Menantu Pungut

Kelancangan Feng Mo



Kelancangan Feng Mo

0Feng Mo tentu sangat tahu jika Johnny Liu bukanlah seorang pria yang murah hati. Dia berbisnis dengan begitu hati-hati dan tak mau mengambil resiko. Jika sebuah bisnis dirasa tak menguntungkan, Liu Corporation pasti langsung menendangnya dengan kejam.     

"Saya benar-benar tak tahu jika Anda adalah anak dari Tuan Liu. Mohon maaf atas kelancangan saya." Feng Mo menunjukkan penyesalan di hadapan Aaron Liu. Dia tak mau merugi karena pembatalan sepihak dari pihak lawan.     

"Saya tak sekejam itu, Tuan Mo. Seharusnya Anda tak mencari masalah dengan saya. Mengenai sewa gedung, bukankah sudah ada peralihan hak sewa terbaru. Tolong hormati hak-hak kami sebagai penyewa!" tegas Aaron Liu pada seorang pria tua yang tak lain adalah ayah dari seorang perempuan yang pernah ditolongnya.     

Aaron Liu mundur beberapa langkah. Kemudian dia berbalik badan dan berdiet di hadapan Wu Yihan. "Aku ada sedikit urusan, kamu lanjutkan saja pembicaraan bisnis dengan Keluarga Mo," pamitnya.     

Begitu Aaron Liu keluar bersama Lee Hana, Tiffany baru saja masuk ke ruangan itu. Ia melihat wajah pucat yang terlukis pada ayahnya. Perempuan itu sangat penasaran hal apa yang membuat keangkuhan seorang Feng Mo bisa luntur.     

Tak bisa menahan rasa penasarannya, Tiffany menghampiri ayahnya dan bertanya secara langsung pada pria tua itu. Rasanya tak bisa hanya berdiam saja tanpa mengetahui apapun.     

"Apa yang sudah Papa lakukan pada Aaron?" tanya Tiffany dengan setengah berteriak pada ayahnya.     

"Jangan menggangunya lagi! Papa tak mau berurusan dengan pria itu," ucap Feng Mo tanpa keangkuhan yang biasanya ditunjukkan pada semua orang.     

Baru kali ini Feng Mo merasa tertampar dan dilemparkan ke dasar jurang. Sayangnya, Keluarga Liu bukanlah lawan yang sepadan. Ia tak mungkin berani mengambil tindakan untuk melawannya.     

Sebuah situasi yang tentu saja sangat memalukan baginya. Segalanya benar-benar di luar dugaan dan perkiraannya.     

"Apakah kita akan melanjutkan pembahasan kerja sama kita, Tuan Mo?" desak Wu Yihan yang kebetulan masih berada di dalam ruangan itu bersama seorang perempuan cantik yang menjadi sekretarisnya.     

"Tentu saja. Silahkan duduk, Tuan Wu." Feng Mo mencoba bangkit dan terlihat baik-baik saja. Sangat memalukan jika ia memperlihatkan sisi lemah dari dalam dirinya.     

Tiffany masih belum terlalu paham akan hal itu. Ia benar-benar tak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. Ia hanya berpikir jika ayahnya sedang memberikan peringatan pada Aaron Liu.     

Tak ingin mengganggu pertemuan bisnis itu, Tiffany bergegas keluar dari ruangan itu. Ia berlari keluar untuk menyusul Aaron Liu yang kebetulan masih berada di lobby depan Royal Hotel.     

"Tunggu, Aaron! Apakah papaku mengatakan sesuatu yang kurang mengenakkan?" tanya Tiffany karena terlalu cemas jika ayahnya telah mengatakan kata-kata kasar pada Aaron Liu. Ia benar-benar takut jika hal itu akan membuatnya tertekan.     

"Tidak, Tiffany. Apakah papamu tak mengatakan apapun? Aku baik-baik saja sekarang. Papamu juga tak akan menggangu lagi," ucap Aaron Liu pada seorang perempuan yang selama ini memperlakukan dirinya dengan cukup baik.     

Tiffany mencoba memahami ucapan Aaron Liu. Ia benar-benar tak paham akan kalimat itu. Jika apa yang dipahami memang benar, ia artinya telah terjadi sesuatu di dalam sana. Sayangnya, pria tua itu sama sekali tak mengatakan apapun padanya.     

Seperti sebuah teka-teki yang tak ada jawabannya, hal itu yang dirasakan oleh Tiffany kala itu. Ia benar-benar tak paham dengan ucapan Aaron Liu.     

"Aku akan pergi sekarang, Tiffany. Ada beberapa hal penting yang harus aku lakukan. Ayo, Nona Lee!" ajak Aaron Liu pada seorang perempuan yang begitu setia menemaninya selama beberapa hari itu. Mereka berdua harus segera menyelesaikan segala urusan dan bergegas kembali ke kota asal.     

"Nona Tiffany sepertinya belum mengetahui indentitas Anda yang sebenarnya, Presdir. Mungkin saja Tuan Mo masih terlalu syok dan belum mengatakan apapun," ujar Lee Hana begitu mobil melaju meninggalkan lobby depan hotel itu.     

"Aku tahu. Hanya saja, perasaan Tiffany padaku sedikit mengusik. Aku takut jika hal itu bisa menjadi batu sandungan untuk bisnis kita sini." Aaron Liu sebenarnya cukup menyadari jika Tiffany memiliki perasaan khusus kepadanya. Ia hanya berpura-pura tak menyadari hal itu.     

Untuk sementara, masalah gedung baru mulai teratasi. Segala barang-barang dari gudang juga akan segera dikirim secepat mungkin. Tim marketing juga sudah mulai bekerja baik secara online maupun offline.     

Dalam waktu dekat, mereka sudah bisa beroperasi dengan sebuah brand baru yang akan dipakai untuk memasarkan semua produk yang sudah tertimbun di gudang.     

Begitu segala urusan selesai, Aaron Liu dan juga Lee Hana langsung kembali. Mereka tak mungkin berlama-lama di sana dan membuat kecemasan tersendiri bagi orang-orang di rumah.     

Yang jelas, Aaron Liu tak ingin membuat Jiang Lily murka karena mereka berdua tak kunjung pulang. Perempuan hamil itu pasti aman sangat cemas dan mulai berpikir yang tidak-tidak mengenai hubungan suaminya dan juga Lee Hana.     

Sampai di bandara, Aaron Liu berjalan di sebelah Lee Hana dengan segala rasa lelah yang tiba-tiba muncul. Pria itu tak menyadari jika Jiang Lily sudah menunggu di bandara dengan dua bodyguard di sebelahnya. Dia justru membeli kopi di sebuah cofee shop yang ada di dalam bandara itu.     

"Apakah sangat menyenangkan bisa duduk berdua di sini, Aaron?" ketus Jiang Lily yang tiba-tiba sudah berada di sebelah suaminya.     

"Lily! Mengapa tak mengatakan jika kamu akan menjemput di bandara?" Aaron Liu cukup terkejut mendapati istrinya sudah berdiri cukup dekat dengannya.     

"Apa kabar, Nona Jiang? Sudah lama kita tak berjumpa," sapa Lee Hana pada istri dari atasannya itu.     

Jiang Lily hanya tersenyum tipis mendengar sapaan itu. Ia benar-benar tak senang menyaksikan kedekatan suaminya dengan perempuan itu. Rasanya seperti sedang menahan jutaan ton kecemburuan yang sudah tertahan selama beberapa hari. Terpicu sedikit saja, mungkin akan meledak dan menghancurkan segalanya.     

Dalam posisi itu, Jiang Lily hanya ingin segera membawa suaminya pulang. Ia begitu posesif jika itu menyangkut Aaron Liu. Jika bukan di tempat umum, perempuan itu pasti sudah menghabisi suaminya seketika.     

"Seorang supir akan mengantar Anda pulang, Nona Jiang. Selamat beristirahat." Jiang Lily menarik tangan suaminya dan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam sebuah mobil. Di belakang mereka, ada juga mobil lain yang sudah disiapkan untuk mengantarkan Lee Hana pulang.     

Lee Hana tersenyum simpul menyaksikan sikap konyol dari Jiang Lily. Ia sama sekali tak berpikir jika perempuan itu bisa bersikap seperti itu. Tak ingin membuang waktu, ia pun masuk ke dalam mobil dan langsung pergi meninggalkan bandara.     

Di dalam mobil, Jiang Lily masih menatap tajam suaminya. Ia sangat penasaran dengan hari-hari yang dilalui oleh Aaron Liu bersama Lee Hana.     

"Apakah kamu senang bisa bersama Nona Lee selama beberapa hari?" celetuk Jiang Lily tanpa berpikir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.