Menantu Pungut

Hancurnya Sebuah Keluarga!



Hancurnya Sebuah Keluarga!

0Sepulang dari pertemuan itu, Johnny Liu bergegas memeriksa ponselnya. Ia pun melihat jika istrinya sudah menghubungi belasan kali. Pria itu yakin jika telah terjadi sesuatu.     

Dengan sedikit terburu-buru, Johnny Liu bergegas pergi dari sebuah gedung perkantoran di mana sahabatnya menjabat di sana. Ia pun mencoba untuk menghubungi Jenny Liu.     

"Ada apa Mama menghubungiku belasan kali? Apakah telah terjadi sesuatu?" tanya Johnny Liu begitu istrinya menerima panggilan itu.     

Dari panggilan telepon itu, Jenny Liu menjelaskan jika dirinya tengah berada di mansion Keluarga Jiang. Ada sesuatu hal yang perlu dibicarakannya dengan anak dan juga sang menantu.     

"Aku akan menyusul sekarang juga. Ada sesuatu hal yang sangat penting ingin ku tanyakan secara langsung pada Nyonya Jiang." Panggilan itu telah berakhir. Johnny Liu langsung masuk ke dalam mobil di mana seorang sopir telah menunggu.     

Tak jauh dari mobil itu, dua bodyguard juga tengah berjaga dan juga memastikan keamanan dari tuannya. Mereka berdua akan mengawal perjalanan Johnny Liu kemanapun ia pergi.     

Begitu masuk ke dalam mobil, si supir langsung menyalakan mesin mobil lalu melaju meninggalkan gedung perkantoran dengan penjagaan ketat beberapa lantai itu. Mereka harus segera menuju ke sebuah mansion mewah Keluarga Jiang.     

Perjalanan kali ini terasa begitu lama dan juga sangat melelahkan. Johnny Liu sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan istrinya dan Nenek Jiang. Ada sesuatu hal yang sangat penting yang ingin ditanyakan secara langsung pada nenek dari menantunya itu.     

Johnny Liu hanya tak mau membuang waktu dan justru menunda segalanya. Ia sudah sangat siap untuk menghadapi segala resiko yang harus didapatkan.     

"Bisakah kamu melaju lebih cepat lagi? Sepertinya kemampuan mengemudimu mulai menurun," cibir Johnny Liu pada seorang supir kepercayaannya.     

"Baik, Tuan. Sepertinya saya harus lebih sering latihan mengemudi." Pria itu hanya asal menjawab saja. Ia sangat tahu jika suasana hati dari majikannya itu sedang tak terlalu.     

Sudah sangat jelas jika Johnny Liu tampak begitu gelisah sejak keluar dari gedung itu. Si supir tentu tak mengetahui hal apa yang membuat tuannya begitu cemas dan juga tak tenang.     

Si supir menambah kecepatan mobilnya. Ia tak ingin membuat Johnny Liu menjadi semakin tak sabar dan menjadi murka.     

Dengan suasana hati yang begitu buruk, Johnny Liu bisa saja mengamuk tanpa alasan yang jelas. Supir itu tentu saja sangat memahami segala sikap yang ditunjukkan oleh majikannya.     

"Kita telah sampai, Tuan." Si supir bergegas keluar dari mobil lalu membuka pintu untuk tuannya.     

"Apa! Bukankah tadi kita masih berada di jalan utama? Bagaimana bisa sampai sini secepat itu?" tanya seorang pria yang sedikit bingung dan juga terkejut. Johnny Liu masih tak percaya jika mereka telah sampai di sana.     

"Sesuai perintah Anda, Tuan. Saya bisa mempercepat ataupun memperlambat laju mobilnya." Si supir terlihat menahan senyuman. Baru beberapa saat yang lalu, Johnny Liu tengah meremehkan dirinya.     

Namun, kali ini ucapan Johnny Liu justru terdengar seperti sebuah pujian. Hal itu tentu saja sempat melambungkan hati dari supir itu.     

Sesuatu hal yang sangat jarang terjadi. Cukup membanggakan mendapatkan sebuah pujian dari pemilik Liu Corporation itu     

Si supir hanya senyum-senyum sendiri. Ia merasa cukup bangga bisa mendapatkan sedikit pujian dari tuannya. Selama ini pria itu hampir tak pernah mendapatkan pujian apapun dari Johnny Liu.     

Sesampainya di depan mansion, Johnny Liu tampak tengah menghela nafas pelan. Kemudian ia masuk ke dalam bangunan megah itu untuk menemui kedua wanita yang sedang berbincang-bincang.     

"Silakan masuk, Tuan. Nyonya sudah menunggu di ruang keluarga." Seorang pelayan terlihat sedang menunggu kedatangan Johnny Liu di sana.     

"Oh iya ... terima kasih," balas Johnny Liu cukup ramah.     

Sebagai seorang tamu, sudah seharusnya pria itu bersikap cukup baik. Johnny Liu tak ingin memberikan kesan yang buruk pada mereka semua.     

Seperti yang telah dikatakan oleh si pelayan tadi, beberapa orang telah berbincang di ruang keluarga. Jenny Liu langsung bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut sang suami.     

"Ke mana Papa seharian ini?" tanya Jenny Liu pada suaminya.     

"Aku baru saja mendatangi David di kantornya. Ada beberapa hal yang harus aku pastikan dengannya." Johnny Liu sama sekali tak tertarik untuk menutupi apapun dari keluarganya.     

"Apakah Papa sudah mengambil tindakan pada sosok pria di belakang Keluarga Wen?" sahut Aaron Liu sangat penasaran. Rasanya sudah tak sabar ingin menyaksikan kehancuran bagi mereka.     

Johnny Liu hanya menggelengkan kepala. Ia masih belum bisa melakukan hal itu dalam waktu dekat. Mereka perlu memeriksa beberapa bukti dan juga saksi yang mungkin bisa mempercepat segala proses hukum.     

Tak berapa lama, Johnny Liu justru memperhatikan Nenek Jiang. Ia sedang memikirkan sebuah pertanyaan yang tepat yang akan dilontarkannya. Bukan sesuatu yang baik jika ia memilih untuk menahan diri bukan mengatakan kegelisahannya itu.     

Tak jauh dari mereka, Jiang Lily tengah duduk santai sembari mendengarkan pembicaraan itu. Ia bisa menebak jika telah terjadi sesuatu pada ayah mertuanya. Rasanya penasaran yang melebur bersamaan dengan kecemasan.     

"Ada yang ingin aku tanyakan pada Anda, Nyonya Jiang," celetuk Aaron Liu setelah berpikir beberapa saat.     

"Apa yang begitu mengganggu ketenangan Anda, Tuan Liu? Sepertinya ada sesuatu hal yang terlalu mengusik," tebak Nenek Jiang atas kecemasan dari mertua cucunya, Jiang Lily.     

"Apakah saudara laki-laki dari Nyonya Wen adalah Wen Yuan? Mengapa kedua anaknya memakai marga Wen? Bukankah dulunya mereka memiliki papa?" tanya Johnny Liu dengan tidak sabaran. Ia merasa jika ada sesuatu hal yang mungkin saja tak diketahuinya.     

Cukup mengejutkan bagi Nenek Jiang. Tak menyangka jika pria itu akan mendapatkan informasi dengan begitu cepat dan cukup akurat.     

Pertanyaan yang diajukan oleh Johnny Liu sebenarnya cukup aja wajar. Mengingat marga Wen adalah berasal dari ibunya, Wen Ziyi.     

"Awalnya mereka berdua memang memakai marga ayahnya. Namun, begitu ajak laki-lakiku meninggal dunia ... Wen Ziyi justru memutuskan untuk mengganti nama anak-anaknya. Hal itu sempat menjadi perdebatan panjang antara Kau dan juga wanita itu," ungkap Nenek Jiang mengenai sebuah kebenaran yang selama ini disimpan sendirian olehnya.     

"Bagaimana wanita itu bisa berbuat seperti itu? Tak seharusnya Wen Ziyi melakukan hal seperti itu. Itu sudah sangat keterlaluan," balas Johnny Liu atas penjelasan panjang lebar dari Nenek Jiang.     

"Alasan itulah yang membuat hubunganku dengan Wen Ziyi menjadi semakin buruk. Rasanya sangat memuakkan melihat segala kegilaan yang telah dilakukannya," terang seorang wanita tua yang selama ini telah menjadi keluarga satu-satunya dari Jiang Lily.     

Jiang Lily sedikit terkejut mendengar hal itu. Sebelumnya, Nenek Jiang sama sekali tak pernah membahas hal itu dengannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.