Menantu Pungut

Isyarat Khusus?



Isyarat Khusus?

0"Cukup, Aaron! Bagaimana kamu bisa melemparkan tuduhan seperti itu pada mama?" geram Johnny Liu karena pria itu benar-benar melebihi batas.     

Aaron Liu justru tersenyum sinis pada ayahnya. Entah mengapa, ia merasa jika ada banyak hal yang tak diketahuinya. Hal itu terlalu mengecewakan baginya. Ia merasa tak dianggap oleh mereka semua.     

Nenek Jiang menjadi begitu cemas. Ia tak ingin jika hubungan ibu dan anak itu menjadi hancur. Terlihat cukup jelas jika Jenny Liu lebih banyak diam dan tak mengatakan apapun.     

"Mama memang mencintai papamu sebelum dia bertemu dengan Clara Torne. Namun, tak sekalipun mama menjadi orang ketiga atas hubungan mereka. Selama bertahun-tahun, mama memilih untuk menyimpan segala perasaan di dalam hati. Hingga akhirnya .... " Jenny Liu seolah enggan untuk menceritakan hal itu. Andai saja dia memiliki pilihan lain, wanita itu tak ingin menceritakan apapun pada anaknya.     

"Clara Torne bermain gila di belakang papa. Hubungan kami akhirnya berakhir setelah perceraian itu. Hingga akhirnya, papa bertemu mama dan kami berdua memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan serius," terang Johnny Liu atas sebuah kebenaran yang sudah ditunggu-tunggu oleh anak semata wayangnya.     

Aaron Liu tentu merasa sangat bersalah pada ibumu. Ia sudah menuduh Jenny Liu menjadi orang ketiga. Dan kebenarannya ... sama sekali tak seperti yang dipikirkannya.     

Dengan penuh penyesalan, Aaron Liu menghampiri ibunya. Ia pun memeluk sosok wanita hebat di dalam hidupnya. Rasanya bersalah kian menyeruak masuk ke dalam relung hati.     

"Maafkan aku, Ma. Aku benar-benar sangat menyesal telah berpikir tidak bijak mengenai Mama," sesal Aaron Liu tanpa melepaskan pelukan itu. Ia benar-benar sangat bersalah telah menorehkan luka di hati ibunya.     

"Mama yang bersalah padamu karena tak menceritakan apapun mengenai hubungan Papa dan Mama." Jenny Liu sama sekali tak berpikir untuk menyalahkan anaknya. Ia sangat paham apa yang dirasakan oleh Aaron Liu kala itu.     

Jiang Lily merasa cukup lega menyaksikan momen haru diantara ibu dan anak itu. Ia juga merasa bahagia karena suaminya bisa menerima semuanya.     

Meski sebenarnya hal itu sangat sulit bagi Aaron Liu, setidaknya pria itu mau mencoba menerima semuanya. Jenny Liu tak pantas disalahkan atas kisah rumit di antara mereka.     

"Setidaknya kita sudah mengetahui, mengapa Miranda begitu ingin menghancurkan kita. Lebih baik kita semakin berhati-hati sekarang," ujar Johnny Liu pada mereka semua.     

"Jadi alasannya ingin menghancurkan Keluarga Jiang adalah karena Jiang Lily adalah kelemahan kalian. Hal itulah yang membuat Miranda mencoba untuk menghancurkan keluarga kami. Apa yang sebenarnya dikatakan oleh Clara Torne hingga perempuan itu begitu membenci kalian." Nenek Jiang mulai memahami satu persatu akan hal itu. Satu persatu kebenaran mulai terkuak.     

Mereka semua berharap jika segalanya akan jauh lebih baik. Segala persoalan dan juga kekacauan segera diselesaikan.     

Setiap ketegasan demi ketegangan telah terlewati. Johnny Liu dan juga sang istri akhirnya pamit untuk pulang. Pasangan itu akhirnya meninggalkan mansion Keluarga Jiang sebelum hari menjadi gelap.     

Di dalam mansion, Aaron Liu masih terduduk sendirian di ruang keluarga. Dia sengaja tak mengantarkan kepergian kedua orang tuanya. Rasanya masih sangat tak nyaman untuk bersikap biasa saja seperti biasa.     

Begitu ayah dan ibu mertuanya pergi, Jiang Lily menghampiri suaminya. Ia pun ikut duduk di sebuah kursi yang berada di sebelah Aaron Liu. Terlihat cukup jelas jika suaminya itu masih belum benar-benar menerima kenyataan.     

"Apakah kamu baik-baik saja, Aaron? Jangan sampai hal itu mempengaruhi dan membuatmu menjadi kacau!" peringat Jiang Lily pada calon ayah bagi bayi di dalam perutnya.     

"Jika kamu sedih, anak kita pasti juga akan ikut sedih." Jiang Lily sengaja memperlihatkan wajah muram sembari mengelus perutnya yang semakin mendesak. Perempuan itu hanya berusaha untuk membuat Aaron Liu tak memperpanjang masalah itu.     

"Benarkah? Apakah dia bisa merasakan kesedihan kita?" Aaron Liu mulai cemas. Ia pun menggeser tempat duduknya.     

Jiang Lily tersenyum penuh arti pada suaminya. Perempuan itu menggegam lembut kedua tangan Aaron Liu. Seolah ia ingin memberikan kekuatan pada jalan raya bagi anak-anaknya itu.     

Rasanya terlalu menyedihkan jika Aaron Liu masih tenggelam dalam segala kekecewaan dan juga kesedihannya. Tak seharusnya ia terus terseret dalam kisah rumit antara kedua orang tuanya.     

"Tentu saja, Aaron. Jika aku menjadi mama kala itu, aku juga akan melakukan hal yang sama. Mama benar-benar sosok wanita hebat bagi kita. Tak seharusnya kita menghakimi hubungan mereka berdua. Apalagi ... Pada saat itu papa sudah benar-benar menceraikan mantan istrinya." Jiang Lily benar-benar sangat berhati-hati dalam mengatakan hal itu. Ia tak ingin suaminya salah paham dan justru semakin murka.     

"Apakah tak masalah jika aku hanyalah anak dari istri kedua papa?" Aaron Liu berpikir jika Jiang Lily akan malu terhadap status itu.     

"Tentu saja tak masalah, Aaron. Terkadang aku justru sangat iri padamu. Kamu memiliki papa dan mama yang benar-benar sangat peduli padamu. Namun sekarang, aku sangat bangga memiliki mereka. Papa dan Mama juga begitu menyayangi aku," ungkap Jiang Lily dalam tutur kata yang begitu lembut dan penuh perasaan.     

Ekspresi Aaron Liu yang tadinya tampak sedikit tegang, akhirnya berangsur lebih tenang. Pria itu mulai tersenyum memandang sang istri. Ia menjadi sadar jika dirinya cukup beruntung memiliki mereka semua.     

Secara mengejutkan, Aaron Liu memeluk istrinya begitu erat. Ia bahkan telah lupa jika ada sebuah nyawa di dalam perut seorang perempuan dalam dekapannya itu.     

"Lepaskan, Aaron! Kamu membuat anak kita tak nyaman." Jiang Lily mencoba untuk mendorong suaminya agar tak menghimpit perut.     

"Maaf-maaf. Aku sampai lupa jika anak kita ada di sini." Dengan penuh kelembutan, Aaron Liu mulai membelai dan juga mengelus perut istrinya. Ia bisa merasakan setiap gerakan yang berasal dari dalam sana. "Apakah itu gerakan dari bayi kita?" tanyanya tak percaya.     

"Apakah kamu terkejut? Tentu saja itu adalah bayi kita, Aaron. Sepertinya dia sangat merindukanmu," ucap Jiang Lily dengan tatapan yang sedikit aneh.     

Seakan perempuan itu baru saja melemparkan sebuah isyarat khusus pada suaminya. Hanya saja ... Aaron Liu masih belum yakin akan hal itu. Dia takut jika sampai salah menafsirkannya.     

Jiang Lily masih saja memandang suaminya sembari mengulum senyuman lembut. Perempuan itu sedang memberikan kode tertentu pada ayah dari bayinya.     

"Apakah ini sebuah isyarat, Lily? Mungkinkah kamu sedang menginginkan .... " Aaron Liu langsung paham dan bergegas menggendong istrinya menuju ke sebuah kamar di mana mereka bisa melakukan apapun.     

Pria itu telah mendapatkan sebuah lampu hijau untuk memulai pertarungan mereka. Dengan tidak sabar, Aaron Liu langsung melancarkan serangan mendebarkan untuk membuat Jiang Lily semakin tak berdaya di bawahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.