Menantu Pungut

Gerimis VS Hujan Badai



Gerimis VS Hujan Badai

0Jiang Lily menatap sinis sosok perempuan yang baru saja melahirkan itu. Rasanya begitu konyol dan juga sangat menggelikan mendengar sebuah tuduhan yang tak masuk akal.     

Jangankan memiliki suami miskin, Jiang Lily tentu saja sangat siap menerima Aaron Liu dalam kondisi apapun. Entah kaya atau miskin, sakit atau sehat ... semua kondisi itu sama sekali tak mempengaruhi perasaannya pada sang suami.     

Seperti sebuah janji pernikahan yang pernah terucap, begitu juga yang akan dilakukan oleh Jiang Lily dalam hubungannya dan juga Aaron Liu.     

"Apakah kamu pikir aku mencintai Aaron karena hartanya? Bahkan saat dia tak memiliki apapun, tak sedikit pun aku ragu untuk menjadi istrinya," tegas Jiang Lily di hadapan seorang perempuan yang justru tersenyum kecut mendengar jawaban itu.     

"Kupikir kamu terpaksa mencintainya. Jika saja kamu tak mengandung anaknya, apakah kamu bisa menerima Aaron? Bukankah kamu sangat mencintai Hu Xianxu selama bertahun-tahun lamanya?" Miranda Choi tentu cukup mengetahui hubungan antara Jiang Lily dan pria itu. Beberapa kali dia berbincang dengan sahabat dari suaminya.     

"Bagaimana kamu mengetahui hal itu, Miranda? Apakah kamu juga memata-matai hubunganku dengan Xianxu?" tuduh Jiang Lily dengan segala rasa tak nyaman dan juga sangat terusik akan kehidupan masa lalunya.     

Suasana semakin menegangkan. Kedua perempuan itu saling melemparkan tatapan tajam yang sama-sama mengintimidasi. Entah apa yang sebenarnya sedang mereka perdebatan, pembicaraan itu semakin tak jelas dan tak berarah.     

Tujuan utama Jiang Lily menemui perempuan itu hanya untuk mengingatkan Miranda Choi saja. Ia merasa jika suaminya tak pantas menerima segala sikap tak adil dan juga sangat keterlaluan dari saudara tirinya itu.     

Namun, pembahasan mereka justru ke mana-mana. Hal itu bisa saja menciptakan persoalan baru dalam hubungan mereka.     

"Bukankah musuh dari musuhku adalah kawan bagiku?" Bukankah menjawab atau menjelaskan semuanya, Miranda Choi justru melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup memprovokasi.     

"Brengsek! Setelah kamu menghancurkan Aaron, apakah kamu merasa tak punya belas kasihan padanya?" sahut Jiang Lily dalam wajah geram dan juga sangat murka mendengar kalimat konyol dari perempuan itu.     

"Kamu terlalu memandang lemah suamimu sendiri. Aaron bukanlah pria yang lemah. Jangan meremehkannya!" Miranda Choi kembali tersenyum penuh arti. Seolah dia ingin memperlihatkan jika dirinya sangat mengenal adik tirinya itu.     

Sudah lebih dari cukup Miranda Choi mengenal Aaron Liu. Tentu sangat wajar jika ia sangat mengenal mantan tunangannya itu. Ada sebuah keyakinan jika pria itu tak akan mungkin menyerah begitu saja.     

Gerimis tak akan menghancurkan seseorang yang biasa menghadapi hujan badai. Begitulah pandangan Miranda Choi pada adik laki-lakinya itu.     

Sedangkan Jiang Lily ... masih saja belum benar-benar paham ucapan Miranda Choi. Dia masih saja berpikir jika perempuan itu terlalu licik dan juga sangat kejam.     

"Jika tak ada lagi yang ingin kamu bicarakan, lebih baik tinggalkan ruangan ini!" usir Miranda Choi pada perempuan yang masih berdiri dengan wajah bingung.     

"Apakah kamu sedang mengusir aku, Kakak ipar?" sahut Jiang Lily sinis.     

Di waktu yang bersamaan, Su Minghao masuk ke dalam ruangan itu dan memberikan sebotol minuman dingin untuk Jiang Lily. Pria itu bisa melihat jika telah terjadi sesuatu yang tak mengenakan di sana.     

"Duduk dan minumlah dulu, Nona Jiang!" ujar Su Minghao berpura-pura tak mengetahui jika telah terjadi sesuatu di sana.     

"Terima kasih, Tuan Su. Anda benar-benar sangat baik," puji Jiang Lily sembari melirik ke arah Miranda Choi.     

"Apakah kamu sedang menyindir aku, Jiang Lily?" Miranda Choi tentu bisa merasakan sebuah sindiran yang sebenarnya ditujukan untuknya.     

Kedua perempuan itu saling melemparkan tatapan tajam dan juga percikan amarah. Seolah percikan api semakin membara dan juga membakar keduanya.     

Su Minghao tak mungkin membiarkan hal itu terjadi lebih lama. Dia takut jika mereka berdua akan saling melukai satu sama lain. Pria itu mencoba untuk memikirkan sebuah cara agar ketegangan itu segera berakhir.     

"Haruskah aku menghubungi Aaron dan mengatakan kamu di sini, Nona Jiang?" celetuk Su Minghao memecahkan ketegangan itu.     

"Tak perlu, Tuan Su. Aku akan pergi sekarang juga. Sampai jumpa lagi." Jiang Lily memandang sekilas Miranda Choi lalu keluar dari ruangan itu. Dia benar-benar tak bisa lagi menahan dirinya jika tetap di sana.     

Di sisi lain, Su Minghao mulai mendekati istrinya. Ia berpikir jika tak sepantasnya Miranda Choi bersikap seperti itu pada Jiang Lily. Pria itu tak habis pikir jika hubungan mereka benar-benar sangat kacau.     

Meski bagaimanapun, Jiang Lily adalah adik ipar dari istrinya sendiri. Sudah sepantasnya Miranda Choi memperlakukan perempuan itu cukup baik.     

"Tidak bisakah kamu bersikap lebih baik pada Nona Jiang? Apakah kamu benar-benar ingin memperburuk hubunganmu dan Keluarga Liu?" protes Su Minghao pada sikap tak pantas yang dilakukan oleh istrinya sendiri.     

"Sudahlah, Minghao! Kita tak perlu berdebat masalah ini. Besok pagi kita akan pulang ke kediaman Keluarga Liu. Aku sudah membicarakan hal ini pada pengacara yang tadi ke sini." Miranda Choi hanya tak ingin melibatkan suaminya dalam masalah keluarga. Ia cukup yakin jika dirinya bisa mengatasi masalah itu.     

"Aku adalah suamimu! Aku berhak untuk mengingatkan kamu jika berada di jalan yang salah!" tegas Su Minghao pada istrinya. Rasanya sangat menyesakkan jika perempuan itu juga tak mengacuhkan ucapannya.     

Kesalahpahaman itu tentu saja membuat hubungan mereka tak baik-baik saja. Su Minghao merasa jika istrinya sendiri sama sekali tak peduli padanya. Hal itu tentu saja sudah sangat menyinggung dirinya.     

Sedangkan Miranda Choi berpikir jika semua yang dilakukannya adalah untuk kebaikan mereka berdua. Menyeret Su Minghao dalam kerumitan hubungan keluarganya tentu saja bukan sesuatu yang tepat.     

Pasangan itu tengah berada di masa kritis. Bisa saja hubungan mereka justru berada di ambang kehancuran. Jika hal itu terus berlanjut, pasti akan berdampak sangat buruk bagi hubungan mereka berdua.     

"Aku benar-benar tak paham dengan pemikiranmu, Miranda. Rasanya sangat tak pantas kamu memperlakukan Keluarga Liu seperti itu. Setelah semua keinginan tak masuk akal itu dipenuhi ... kamu juga tak bisa bersikap lebih baik pada mereka!" kesal Su Minghao karena sikap istrinya yang sudah sangat berlebihan.     

"Jangan mengritik aku, Minghao! Kamu hanya perlu menjadi seorang suami dan juga papa yang baik untuk keluarga kita." Miranda Choi sangat paham kekesalan suaminya. Ia bukan perempuan tak berperasaan sedikit pun.     

Semua hanya soal waktu dan juga keberuntungan saja. Segalanya bisa saja terjadi tanpa persetujuan mereka semua. Akan ada banyak kejutan yang cukup mencengangkan mereka semua.     

Pria itu masih tak bisa menutupi kekesalan di dalam hatinya. Su Minghao memilih untuk meninggalkan ruangan itu untuk mengurus administrasi kepulangan Miranda esok hari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.