Menantu Pungut

Panik!



Panik!

0Aaron Liu tak bergerak dari mobilnya. Bukan pilihan tepat kalau ia nekat menerobos masuk ke rumah itu. Bukan karena takut, ada berbagai pertimbangan yang membuatnya harus menahan diri kali ini.     

"Sebaiknya kita ke rumah sakit saja!"     

"Apakah Tuan tak ingin mencarinya ke dalam?"     

"Apakah kamu ingin mencobanya?"     

"Tak ada salahnya kita mencoba."     

Si bodyguard akhirnya turun dari mobil. Ia berjalan menuju ke sebuah gerbang tinggi dengan penjagaan ketat di rumah itu.     

Tak ada salahnya jika mereka mencoba meski hasilnya sudah bisa ditebak. Beberapa penjaga langsung menghampiri si bodyguard kala ia berjalan ke arah gerbang.     

"Ada yang bisa kami bantu, Tuan?" tanya salah seorang penjaga penuh telisik.     

"Aku datang untuk mencari Nyonya Wen. Bukankah dia tadi datang ke sini?" tanya si bodyguard dengan begitu hati-hati.     

"Sepertinya Anda salah alamat, Tuan. Tak ada Nyonya Wen di sini," sangkal penjaga itu tak mau mengaku.     

"Ternyata aku salah melihat. Kalau begitu permisi." Si bodyguard kembali masuk ke dalam mobil tanpa hasil apapun.     

Mereka akhirnya meninggalkan rumah mewah itu. Aaron Liu bisa menduga kalau si bodyguard tak berhasil mendapatkan informasi apapun.     

Bisa terlihat dari raut wajahnya yang tak senang dan juga tampak kecewa begitu masuk ke dalam mobil. Mungkin saja pria itu merasa gagal dalam tugasnya.     

"Apakah kamu mendapatkan informasi?" Aaron Liu hanya berbasa-basi ingin mendengar hasilnya.     

"Mereka menyangkal kalau Nyonya Wen ada di sana, Tuan." Si bodyguard mencoba menjelaskan soal itu.     

"Tentu saja mereka tak mengaku keberadaan wanita itu. Lebih baik kita ke rumah sakit dulu, tak mungkin kita menerobos masuk dan membuat kekacauan di sana," pungkas Aaron Liu sebelum mereka meninggalkan depan rumah itu.     

"Baik, Tuan."     

Bukan tanpa alasan Aaron Liu mengurungkan niatnya untuk mengejar Wen Ziyi sampai ke rumah itu. Ada beberapa hal yang tak mungkin diabaikan begitu saja.     

Kalau Aaron Liu nekat masuk ke sana tanpa izin, mereka bisa saja menjadikan hal itu sebagai masalah. Ia harus benar-benar berhati-hati agar tak terjadi kesalahan sekecil apapun.     

Yang terpenting, mereka sudah memiliki bukti kejahatan Wen Ziyi atas Miranda. Hal itu sudah sangat cukup untuk membuat wanita itu terjerat dalam kasus percobaan pembunuhan.     

Tak berapa lama, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah sakit di mana Miranda dan Lee Hana berada. Aaron Liu bisa melihat keluarganya sudah berada di sana.     

"Aaron!" Jiang Lily langsung menghampiri suaminya. "Apakah kamu baik-baik saja?" cemasnya.     

"Aku baik-baik saja. Bagaimana kondisi Miranda dan Nona Lee?" tanya Aaron Liu pada istrinya.     

"Nona Lee sudah berada di ruang perawatan, sedangkan Miranda masih di ruang operasi," terang perempuan itu begitu cemas.     

"Tak seharusnya Miranda mengorbankan dirinya." Aaron Liu tampak sangat menyesal karena kakaknya harus terluka karenanya dirinya.     

Jiang Lily sudah menduga hal itu. Ia bisa melihat kesedihan dan juga penyesalan dari suaminya.     

Tak jauh dari sana, Johnny Liu tampak sangat cemas dan juga tak tenang. Pria itu tentu sangat mengkhawatirkan kondisi anak perempuannya.     

Johnny Liu langsung menemui Aaron Liu begitu melihat kedatangannya. Dia harus mencari tahu kejadian yang sebenarnya.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, Aaron? Bagaimana Miranda bisa terluka?" tanya pria dua anak itu.     

"Itu salahku, Pa. Tak seharusnya aku membawa Miranda untuk mencari Nona Lee," sesal Aaron Liu atas musibah yang menimpa saudara perempuannya.     

"Siapa pelakunya?"     

"Nyonya Wen. Wanita itu seharusnya menargetkan aku, Miranda justru datang untuk menyelamatkan aku." Begitulah penjelasan Aaron Liu pada ayahnya.     

"Apa kalian tak berhasil menangkapnya?" Johnny Liu ingin memastikan situasi yang sebenarnya.     

Aaron Liu tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia merasa sangat malu karena harus menjadikan Miranda menjadi korban. Tak seharusnya perempuan itu terluka untuk menyelamatkan dirinya.     

Terlalu memalukan untuk menceritakan detail kejadian itu. Aaron Liu berharap kalau ayahnya tak akan berpikir macam-macam.     

"Nyonya Wen bersembunyi di sebuah rumah yang diduga adalah milik seorang petinggi kepolisian."     

"Aku tahu. Apakah kalian sudah mengirimkan semua bukti dan juga saksi?" tanya pria itu pada anaknya.     

"Aku sudah meminta mereka untuk langsung menghubungi Detektif Yang. Semoga saja wanita itu dapat segera ditangkap dan mendapatkan hukuman setimpal," ujar Aaron Liu sembari memperhatikan sekeliling. "Apakah Minghao tak di sini?"     

"Dia sedang ada urusan bisnis di luar negeri. Papa sudah memberitahunya agar segera kembali," jawab Johnny Liu mengenai keberadaan menantunya itu.     

"Semoga saja kondisi Miranda semakin membaik." Aaron Liu berharap begitu tulus untuk saudara perempuannya. Ia sangat menyesal pernah begitu membenci mantan kekasihnya itu.     

Aaron Liu dan Jiang Lily akhirnya menunggu di di depan ruang operasi. Mereka harus memastikan kalau Miranda akan selamat.     

Untuk pertama kalinya, Aaron Liu begitu takut kehilangan perempuan itu. Bukan sebagai seorang mantan pacar, melainkan seorang saudara satu ayah.     

"Haruskah kita menemui Nona Lee selama operasi berlangsung?" Jiang Lily hanya ingin mengalihkan kecemasan suaminya.     

"Apakah dia sudah lebih baik?" tanya pria itu tak bersemangat.     

"Kondisinya sudah lebih baik, sepertinya mereka memberikan obat tidur dosis tinggi padanya." Jiang Lily mencoba menjelaskan kondisi Lee Hana setelah dibawa ke rumah sakit.     

"Keluarga Wen benar-benar sudah gila! Aku tak akan membiarkan mereka hidup dengan tenang." Pria itu begitu emosional dan juga kehilangan kesabaran menghadapi ibu dua anak itu.     

"Papa mengatakan akan mengurus semuanya. Lebih baik kamu beristirahat sebentar," bujuk Jiang Lily karena tak tega melihat suaminya begitu kelelahan.     

Aaron Liu hanya tersenyum simpul mendengar ucapan istrinya. Jangankan untuk beristirahat, memikirkan kondisi Miranda dan juga Lee Hana membuat darahnya seolah mendidih.     

Pria itu hanya mencoba untuk mengendalikan diri di hadapan sang istri. Aaron Liu tak mungkin menunjukkan amarahnya di hadapan seorang perempuan yang tengah mengandung anaknya.     

"Apakah mama dan nenek menunggu di rumah?" Aaron Liu tak melihat dua wanita itu si sekitar sana.     

"Mereka tak mungkin membawa keponakanmu ke sini, Aaron," jelas Jiang Lily.     

"Tak seharusnya Miranda meninggalkan bayinya. Apalagi Minghao juga tengah berada di luar negeri. Kasihan sekali bayinya." Aaron Liu begitu sedih dan juga tak tega pada bayi mungil itu. Tak seharusnya mereka pergi meninggalkan anaknya.     

"Apakah kamu sedang mencemaskan anak dari Miranda dan Su Minghao?" Jiang Lily tentu akan sangat senang kalau suaminya bisa menerima mereka sebagai keluarga.     

Terlalu memalukan bagi Aaron Liu untuk mengakui hal itu. Ia memang sangat peduli pada Miranda dan juga bayinya itu. Meski sedikit terlambat menyadari, perasaan itu benar-benar tulus.     

Tak berapa lama, seorang perawat berlari keluar. Hal itu membuat Aaron Liu dan juga Jiang Lily ikut panik. Mereka curiga kalau ada yang salah di dalam sana.     

"Apa yang terjadi? Mengapa perawat tadi berlari keluar dengan begitu panik?" tanya Aaron Liu tak bisa menutupi segala kecemasan dan juga ketakutannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.