Menantu Pungut

Berhutang Nyawa



Berhutang Nyawa

0Lee Hana bisa melihat ada sesuatu yang salah dengan mereka berdua. Tentu saja ia sangat yakin kalau segala firasat yang dirasakan tentu saja tak salah.     

"Apakah kalian berdua yang datang untuk menyelamatkan aku?" desak Lee Hana menuntut jawaban.     

"Bukan aku Nona Lee. Miranda dan Aaron yang menyelamatkan kamu dari keluarga Wen," ungkap Jiang Lily semakin tak tega pada perempuan cantik itu.     

"Miranda?" ulangnya dengan nada bertanya. Lee Hana benar-benar tak mengira kalau Aaron Liu akan datang bersama saudara perempuannya itu. "Di mana Miranda sekarang?" tanyanya penuh kecurigaan.     

Pasangan suami istri itu tak langsung memberikan jawaban. Mereka berdua saling melemparkan tatapan penuh arti satu sama lain. Terlalu khawatir kalau sampai terjadi hal buruk pada Lee Hana.     

Sebelumnya menjelaskan situasi yang sebenarnya, Aaron Liu tentu saja harus memilih kata-kata yang tepat. Ia tak mau membuat Lee Hana sangat bersalah karena insiden tersebut.     

"Miranda masih berada di ruang operasi. Ada sedikit masalah saat kami datang menyelamatkan kamu, Nona Lee," jelas Aaron Liu dengan segala kecemasan yang ia coba minimalisir.     

"Apakah Miranda terluka karena melindungi aku?" Lee Hana sangat bersalah jika perempuan itu sampai terluka karena dirinya.     

"Bukan, Nona Lee. Miranda terluka karena melindungi Aaron," sela Jiang Lily yang bisa membaca wajah orang kepercayaan keluarganya itu.     

"Tetap saja itu karena kalian datang untuk menyelamatkan aku. Aku ingin melihatnya!" Lee Hana langsung mencabut selang infus di tangannya dan mencoba untuk meninggalkan ruangan itu.     

Lee Hana yang begitu terburu-buru hampir saja terjatuh. Beruntung keseimbangannya cukup baik dan ia pun tak tergelincir. Perempuan itu setengah berlari menuju ke sebuah ruangan di mana Miranda berada.     

Pasangan suami istri itu bergegas mengejar Lee Hana yang sudah pergi lebih dulu. Tak baik membiarkan perempuan itu pergi sendirian.     

Di waktu yang sama, Miranda baru saja keluar dan akan dipindahkan ke recovery room selama tahap pemulihan pasca operasi. Pasien akan diobservasi untuk memastikan kondisinya.     

"Miranda!" ucap Lee Hana lirih kala menyaksikan beberapa perawat tengah membawa perempuan itu keluar.     

"Tak perlu cemas, Nona Lee. Kondisi Miranda sudah cukup stabil. Tak perlu merasa bersalah padanya," ujar Aaron Liu kala menyaksikan penyesalan Lee Hana atas kejadian itu.     

"Kalau aku langsung menolak ajakan mereka, kalian tak akan sampai melewati hal ini." Lee Hana sangat menyesali segala hal yang sudah terjadi.     

"Apa maksudmu, Nona Lee?" Jiang Lily bertanya dengan penuh kecurigaan dan juga rasa penasaran.     

Lee Hana merasa begitu bodoh telah masuk ke dalam jebakan keluarga Wen. Jelas-jelas mereka hanya memperdayai dirinya untuk kepentingan pribadi.     

Tak menyangka kalau segalanya begitu rumit dan sangat merepotkan semua orang. Lee Hana hanya bisa mengutuk dirinya sendiri.     

"Mereka berjanji tak akan mengusik Keluarga Liu dan keluarga Jiang kalau aku bersedia membuat beberapa desain. Nyatanya mereka justru menyekap aku tanpa alasan yang jelas. Apakah keluarga Wen menghubungi kalian?" Lee Hana merasa telah membuat mereka semua terlibat dalam kekacauan itu karena dirinya.     

"Sepertinya mereka belum sempat menghubungi kami dan malah tertangkap basah oleh aku dan Miranda," terang Aaron Liu pada sosok perempuan yang masih saja sangat bersalah.     

"Apakah itu benar?" Lee Hana seolah tak mempercayai apa yang baru didengar. Perempuan itu hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. "Aku ingin melihat kondisi Miranda," ujarnya.     

"Kita bisa menemuinya setelah siuman. Lebih baik kamu beristirahat dulu," bujuk Jiang Lily sembari mengajak Lee Hana kembali ke kamarnya.     

Awalnya, Lee Hana ingin menolak segala bujuk rayu Jiang Lily. Padahal dia bisa melihat segala ketulusan dan juga kebaikan cucu dari Nenek Jiang itu. Mau tak mau, ia pun mengurungkan keinginannya.     

Dua perempuan itu akhirnya berjalan menuju ke sebuah ruangan di mana seharusnya Lee Hana beristirahat. Sedangkan Aaron Liu bergegas menemui dokter untuk menanyakan kondisi saudara perempuannya.     

"Bagaimana kondisi Miranda, Dokter?" tanya Aaron Liu dengan segala kepedulian dan juga perasaan cinta yang mendalam.     

"Apakah Anda adalah wali pasien?" tanya sang dokter memastikan.     

"Saya adalah adiknya, Dokter. Kebetulan suaminya sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri." Aaron Liu mencoba untuk menyakinkan dokter tersebut.     

"Meskipun pasien sempat mengalami pendarahan, kondisinya cukup stabil sekarang. Semoga saja pemulihan bisa lebih cepat." Dokter pun menjelaskan kondisi Miranda yang sebenarnya.     

"Terima kasih, Dokter." Hanya kalimat itu yang terucap dari mulut Aaron Liu setelah mendengar penjelasan sang dokter.     

Aaron Liu hanya bisa memandang Miranda dari kejauhan. Ia masih tak percaya kalau perempuan itu akan mengorbankan nyawa untuknya. Seolah segala dendam dan kebencian melebur begitu saja.     

Pengorbanan yang sudah dilakukan oleh Miranda telah membayar lunas segala hal buruk yang pernah dilakukannya. Aaron Liu tentu saja tak akan berkeras hati dan menutup mata.     

"Kamu harus segera bangun, Miranda. Jangan sampai kamu membuat aku merasa berdosa atas pengorbananmu," gumam Aaron Liu pelan tanpa mengalihkan pandangannya.     

Aaron Liu akhirnya memutuskan untuk beranjak dari depan recovery room. Ia berjalan menuju ke tempat di mana Lee Hana dan Jiang Lily berada.     

Begitu sampai di ruangan itu, ia melihat Lee Hana sudah terlelap. Jiang Lily duduk di sebelah perempuan itu dengan wajah yang begitu cemas.     

"Apakah Nona Lee sudah tidur?" tanya Aaron Liu mengejutkan sang istri.     

"Astaga, Aaron! Kamu mengejutkan aku saja," keluh Jiang Lily karena suaminya datang tiba-tiba dan tanpa suara.     

"Lebih baik kamu beristirahat di rumah, Lily. Aku akan meminta seorang perawat untuk menemani Nona Lee," bujuk Aaron Liu karena terlalu mencemaskan kondisi istrinya.     

"Bagaimana dengan Miranda? Siapa yang akan menemaninya?" Jiang Lily seolah tak tega meninggalkan kakak iparnya sendirian pasca operasi.     

Aaron Liu tampak ragu untuk memberikan jawaban. Ia hanya terlalu takut kalau Jiang Lily akan salah paham padanya.     

Meski sebenarnya, tak ada sedikit pun niat buruk Aaron Liu akan hal itu. Ia hanya merasa berhutang nyawa pada seorang perempuan yang dulu hampir dinikahinya itu.     

"Apakah kamu keberatan kalau aku menemani Miranda di sini? Aku benar-benar merasa berhutang nyawa padanya," ungkap Aaron Liu dengan segala keraguan dan juga kecemasan yang tak bisa ditutupi.     

"Apakah kamu yakin, Aaron?" Jiang Lily seperti tak percaya akan ucapan suaminya.     

Perempuan itu merasa sedikit aneh dengan keinginan Aaron Liu. Selama ini Jiang Lily sangat tahu bahwa suaminya itu sangat benci dengan Miranda.     

Aaron Liu justru merasa tak nyaman akan permintaannya itu. Ia berpikir kalau Jiang Lily bisa saja cemburu. Hal itu membuatnya berniat untuk mengurungkan niat untuk membatalkan keinginan untuk menemani Miranda.     

"Jika kamu tak mengijinkannya, aku akan pulang bersamamu. Tentu aku sangat paham kalau kamu berpikir sedikit berlebihan, Lily," ujar Aaron Liu dengan wajah sedih namun tak bisa mengubah segalanya.     

Bagaimanapun juga Miranda adalah mantan tunangannya. Meski kejadian itu terjadi sebelum dia mengetahui kalau mereka berdua adalah saudara satu ayah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.