Istrimu Ganas: Tuan Berhati-hatilah!

Ternyata Suka (2)



Ternyata Suka (2)

0"Bagaimana menurutmu?" Mu Tingfeng bertanya-tanya pada pertanyaan Su Ruixin dengan ekspresi wajah yang terlihat tidak wajar. Meskipun hanya sesaat, tetapi itu masih ditangkap oleh mata Su Ruixin dengan jelas.     

Su Ruixin mengangkat alisnya dan menatap putranya yang bermuka dua itu dengan setengah tersenyum, "Tentu saja aku bertanya bagaimana perasaanmu tentang dia?"     

Melihat Mu Tingfeng membuka mulutnya dan terlihat ingin protes, Su Ruixin buru-buru menambahkan terlebih dahulu, "Tingfeng, jangan coba-coba menyembunyikannya dari ibumu. Ibu sudah mendengar dari Su Qing bahwa sikapmu baru-baru ini agak aneh. Terutama setelah kamu menceraikan perempuan itu. Katakan pada ibumu dengan jujur, apakah kamu…"     

Sebelum Su Ruixin bisa selesai berbicara, wajah Mu Tingfeng benar-benar berubah muram. Dalam hati, ia mengutuk Su Qing dan sekretarisnya yang tidak bisa menjaga mulut.      

Sekretaris Xia yang malang, padahal sudah bisa berhasil melarikan diri dari cakar Mu Tingfeng. Namun sebelum dirinya bisa bernapas lega, sekarang ia secara tragis berbaring di pistol lagi. Hal ini membuat sekretaris itu bersin terus-menerus di jalan.      

Diam-diam, Sekretaris Xia berpikir bahwa angin dingin dari presdir telah banyak bertiup baru-baru ini. Ia sendiri selalu mengaku bahwa tubuh besarnya ini tidak buruk dan kebal terhadap semua jenis penyakit. Sekarang ia terkena flu, namun tampaknya ia cukup mengobatinya dengan meminum obat flu sepulang nanti.      

"Bu, sebaiknya kamu tidak usah memperdulikan masalah ini, dia dan aku…" Mu Tingfeng memasang wajah muram, ingin menjelaskan bahwa hubungannya dengan Zhao Youlin sudah berakhir, seperti saat dirinya memberitahu Su Qing.      

Tetapi, saat kata-kata penjelasan sudah sampai di bibirnya, ia tidak bisa mengatakan apa-apa.     

Setelah menunggu lama, Su Ruixin tidak sabar menunggu kata-kata Mu Tingfeng selanjutnya. Hal itu membuatnya terburu-buru mempertanyakannya, "Dia dan kamu kenapa? Katakan!"     

Mata Mu Tingfeng berkedip, lalu berkata dengan dingin, "Bu, aku punya batasan dan tindakan untuk masalah ini. Jadi, kamu tidak usah khawatir tentang itu."     

"Bagaimana mungkin aku tidak peduli?" Su Ruixin memelototi Mu Tingfeng dengan tidak puas. "Jelas-jelas kamu sudah bersama ibu sejak kecil sampai dewasa, kenapa saat dewasa malah sikapmu seperti ayahmu, yang tidak mau mengungkapkan isi hati, dan membiarkan orang lain menebak?" Tambahnya.     

Su Ruixin juga memprotes, "Terutama masalah perasaan, kamu persis sekali seperti ayahmu saat masih muda. Dia jelas-jelas menyukaiku, tetapi sepanjang hari hanya memasang wajah acuh tak acuh, hanya bisa diam-diam memberi hadiah kecil secara anonim. Sikapnya itu membuatku merasa dia tidak menyukaiku. Kami hampir saja tidak menjadi pasangan, hampir saling membenci…."     

Awalnya gaya bicara Su Ruixin tidak enak karena mengeluh, tetapi karena mengingat masa-masa muda bersama ayah Mu Tingfeng, nada bicaranya pun mulai jadi lembut.      

Mu Tingfeng melirik ringan ibunya yang sekujur tubuhnya mulai dipenuhi oleh aura cinta dan ada senyuman tergila-gila di wajahnya. Melirik seseorang yang benar-benar tenggelam dalam nostalgia tanpa bisa melepaskan diri, Mu Tingfeng berdeham ringan di waktu yang tepat. Alhasil, hal ini membuat Su Ruixin ingat topik obrolan awal yang dibicarakan.      

Su Ruixin terkejut ketika mendengar suara berdehamnya. Ia tiba-tiba teringat niat aslinya. Ia buru-buru duduk tegak, lalu dalam sedetik mengembalikan penampilannya yang anggun dan eksklusif seperti biasanya. Alis Mu Tingfeng tidak bisa menahan gemetar.     

Su Ruixin mencoba yang terbaik untuk memulihkan citranya, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Kembali ke obrolan kita. Kamu ini terlalu mirip dengan ayahmu, jadi tidak salah aku khawatir kamu akan mengulangi kesalahan yang sama dengan ayahmu, kan?"     

"Meskipun ibu dan ayahmu tidak melewatkan kesempatan untuk mengungkapkan cinta, tetapi jika ayahmu tidak terlalu berpura-pura cuek, mungkin hubungan kami berjalan beberapa tahun lebih awal, dan untuk apa menunggu bertahun-tahun?" Tambahnya lagi.     

Su Ruixin berkata bahwa dirinya sengaja menghentikan ucapannya sampai di situ untuk mengamati ekspresi wajah Mu Tingfeng. Kemudian, ia baru melanjutkan lagi.      

"Terlebih lagi, tidak semua orang di dunia ini punya kesabaran yang sama seperti ibumu ini, yang menunggu labu membosankan seperti ayahmu untuk mendapatkan pencerahan."      

"Kalau ayahmu tidak bertemu dengan ibu, mana mungkin kamu bisa ada di sini, kan? Jadi, ada beberapa hal yang tidak bisa mentolerir keraguan sedikitpun. Jika tidak, jika kamu melewatkannya, akan terlambat untuk menyesalinya."     

Mu Tingfeng tidak merespon, namun dirinya hanya bergumam meremehkan, 'Jika Ayah tidak bertemu denganmu saat itu, baginya, itu mungkin belum tentu keberuntungan.'     

Walau demikian Mu Tingfeng tetap menghela nafas dengan emosi. Apalagi beberapa kata Su Ruixin masih menyudutkan Mu Tingfeng. Contohnya seperti kata-kata "jika kau melewatkan kesempatan, maka akan terlambat untuk menyesalinya". Apakah sekarang dirinya… tampak sedang menyesalinya?     

Su Ruixin telah memperhatikan setiap gerakan Mu Tingfeng. Sekarang, ia melihat bahwa wajah Mu Tingfeng akhirnya sedikit mengendur, menyembunyikan kenyataan bahwa selama ini ada drama yang bergejolak di hatinya.      

Kemudian Su Ruixin terus berkata, "Tingfeng, katakan yang sebenarnya kepada ibu, bagaimana menurutmu perempuan itu? Empat tahun lalu, kami semua tahu bahwa kamu sangat membenci perempuan itu, bahkan beberapa dari kami tidak punya kesan yang baik tentang dia…"      

"Ditambah lagi, kami pada dasarnya tinggal di luar negeri sehingga selama setahun kami belum pernah bertemu dengannya beberapa kali. Kami sangat tidak paham dengan kondisi kalian yang sebenarnya."     

Su Ruixin menghela napas ringan dan melanjutkan, "Jika kakekmu tidak peduli pada anakmu yang ada di perut perempuan itu, dan memaksamu untuk menikah dengannya, sejujurnya, kami juga tidak bersedia memaksa dia untuk tinggal di sisimu dan masuk ke keluarga kita."      

"Mendengar perceraianmu, sejujurnya ibu lega, berpikir bahwa kau bisa memiliki awal yang baru, yang bukan hal yang buruk. Hanya saja setelah beberapa saat kemudian, aku mendengar dari Su Qing bahwa perasaanmu pada perempuan itu…."     

Su Ruixin tiba-tiba meraih tangan Mu Tingfeng dan berkata, "Tingfeng, katakan yang sebenarnya kepada ibu, apakah kau masih khawatir dengan kejadian empat tahun lalu dan tidak ingin membiarkan wanita itu pergi begitu saja?..."     

Mu Tingfeng tampak terdiam. Ia hampir jatuh berlutut ke dalam lubang pikiran ibunya.     

Namun ketika Su Ruixin menyebutkan ini, Mu Tingfeng mulai ingat bahwa sebelum bercerai dengan Zhao Youlin, ia tidak pernah punya perasaan seperti ini.      

Hanya setelah perceraian, sedikit demi sedikit ia mulai perhatian pada Zhao Youlin… dan mulai merasakan sebuah perasaan yang aneh di hatinya.      

Setelah berbicara untuk waktu yang lama, Su Ruixin tidak mendapat tanggapan apapun dari Mu Tingfeng. Senyum di wajahnya pun banyak menghilang, lalu mengerutkan kening.      

"Kalau itu masalahnya, Tingfeng, ibu harap kamu tidak menganggap masalah ini sebagai lelucon. Kamu sudah susah payah menyakiti orang lain dan menyakiti diri sendiri. Kalau kamu benar-benar tidak mau menanggung ini, ada cara lain yang bisa kamu gunakan untuk melampiaskannya. Apalagi melihat posisi Keluarga Mu di kota S ini…."     

Melampiaskannya? Apakah itu benar-benar hanya untuk melampiaskannya pada Zhao Youlin? Tidak... tidak seperti itu.     

Mu Tingfeng membalas kata-kata Su Ruixin secara naluriah, "Ini tidak seperti yang Ibu pikirkan."     

"Kenapa begitu?" Su Ruixin sangat gembira ketika melihat Mu Tingfeng akhirnya bereaksi, "Jangan-jangan karena… suka?"     

Suka? Suka! Satu kata ini meledak di benak Mu Tingfeng seperti kembang api yang mekar sempurna. Cahayanya seakan mampu menerangi denyutan yang tidak pernah disadari Mu Tingfeng tersembunyi di sudut tergelap pikirannya.     

'Siapa yang bilang padaku dengan tegas tadi malam bahwa karena kamu sudah bercerai dengannya maka tidak mungkin menyukainya? Tapi tahukah kamu seperti apa sikapmu barusan?'     

'Seperti seorang suami yang khawatir disalahpahami oleh istrinya! Sebelum bercerai dengannya, kamu tidak pernah menganggapnya sebagai istrimu! Apakah kamu tahu apa artinya itu?'     

Kata-kata yang diteriakkan Su Qing padanya di rumah sakit hari itu terus bergema di telinganya, mengganggunya untuk waktu yang lama. Tetapi ia mendapat jawabannya saat ini.     

Apa artinya? Mulai peduli dengan setiap gerak-geriknya, setiap wajah cemberutnya, setiap senyumannya, bahkan setiap emosi serta setiap reaksinya, apakah ini yang dinamakan perasaan suka?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.