Istrimu Ganas: Tuan Berhati-hatilah!

Bagaimana Bisa Kamu? (2)



Bagaimana Bisa Kamu? (2)

0Pada suatu ketika, ada seorang perempuan yang hanya minum kopi pahit murni tanpa menambahkan krimer ataupun gula ke dalam kopi pahit tersebut.     

Karena itu, ada orang lain yang dengan penasaran bertanya kepada perempuan tersebut mengenai alasannya meminum kopi dengan cara seperti itu. Saat itu hanya sandaran kursi yang membatasi dua orang itu, sehingga orang itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi untuk mendengar perempuan itu menjawab.      

"Beberapa hal yang murni masih jadi yang terbaik. Kopi hitam memang pahit, tetapi selama kamu bisa menikmati kepahitannya sejak awal, rasa yang tersisa tidak sebanding dengan kenikmatan krimer dan gula tadi."     

Qin Huai, yang pada saat itu duduk dekat dengan mereka, secara tidak terduga mendengarkan kata-kata perempuan itu. Hatinya pun sedikit bergerak.     

Itulah pertama kalinya Qin Huai memperhatikan perempuan yang sering minum kopi di kedai kopi yang sama dengannya itu. Lalu setelah memperhatikan hal ini, semua yang ada dalam diri Qin Huai jadi tidak terkendali.      

Sejak itu, Qin Huai menemukan bahwa begitu perempuan itu muncul di kedai kopi, matanya akan secara otomatis terpaku padanya, matanya akan bergerak mengikuti pergerakannya.      

Ia mengawasi setiap gerakannya, sambil mengerutkan kening dan tersenyum. Bahkan dirinya mengejar kebiasaan kecil yang bahkan tidak disadari oleh perempuan itu sendiri.      

Perempuan itu suka minum kopi pahit, suka duduk di dekat jendela dengan dagu disangga tangan, sembari melihat pejalan kaki yang melewati kedai ini.     

Seringkali ketika Qin Huai susah payah keluar dari lamunan, ia telah begitu tenang memandangi seorang perempuan itu sepanjang sore, sampai perempuan itu pergi.      

Setiap waktu ini tiba, Qin Huai selalu tidak tahan untuk berpikir bahwa dirinya harus mengumpulkan keberanian untuk menanyakan nama perempuan itu. Ia sejujurnya juga ingin memberitahu namanya pada perempuan itu.      

Namun, setiap kali momen itu tiba, Qin Huai meragu terus menerus. Ia selalu saja tenggelam dalam memandang perempuan itu. Namun setelah akhirnya terbangun dari lamunan, ia malah menyesal karena tidak juga berani berkenalan, dan lagi-lagi kehilangan kesempatan. Selanjutnya, hal itu terjadi berulang lagi dan lagi, seakan membentuk siklus yang demikian.      

Akhirnya pada suatu hari, perempuan itu tidak pernah muncul di kedai kopi tepat di waktu biasanya. Qin Huai mulai merasa kehilangan. Ia mengira bahwa perempuan itu hanya menundanya sebentar karena sesuatu, dan baginya juga bukan masalah besar jika hanya tidak datang satu sampai dua hari.      

Sejak itu, Qin Huai telah duduk di kedai kopi sepanjang hari menunggu perempuan itu muncul, berharap suatu hari perempuan itu akan tiba-tiba muncul di pintu kedai kopi dan membuka pintu masuk seperti dulu.      

Sayangnya, ia harus kecewa. Setelah menunggu lebih dari setengah bulan, Qin Huai akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Ia menghabiskan segala cara untuk mencari tahu tentang perempuan itu, tetapi itu sangat sulit karena dirinya tidak tahu namanya.      

Hal yang tidak diduganya adalah, bahwa setengah bulan kemudian, ia mendapatkan kabar tentang perempuan itu lagi. Hanya saja, kali ini ia mendapatkannya di televisi, dan berita yang didapatkannya adalah kematiannya.      

Saat mendapat berita itu, hati Qin Huai benar-benar merasa hancur. Ia bahkan tidak punya waktu untuk memberi tahu namanya pada perempuan itu, atau bahkan punya waktu untuk bicara sepatah kata pun secara langsung dan mengungkapkan pikirannya mengenai perempuan itu. Perempuan itu, telah pergi selamanya bersama jiwa dan raganya.      

Bahkan nama orang itu, pekerjaannya sebelumnya, ia baru tahu saat menonton berita itu.      

Qin Huai selalu berpikir bahwa kematian perempuan itu hanyalah kecelakaan dari misi yang gagal. Tetapi ia baru curiga setelah dirinya membaca berkas-berkas di dalam tas arsip adiknya di rumah kemarin.     

Ia sangat marah setelah membaca berkas itu, sehingga dirinya langsung meminta klien yang seharusnya di bawah tanggung jawab adiknya itu untuk bertemu. Oleh sebab itu, ia pun mengambil tas arsip itu tanpa izin.      

Qin Huai mengangkat segelas kopi panas yang masih panas untuk didekatkan ke mulut. Ia membiarkan uap hangat itu memburamkan matanya, menyembunyikan emosi sebenarnya yang melonjak di dalam hatinya.     

Ia harus menyelidiki semua anggota internal kantor polisi tentang insiden yang menyebabkan perempuan itu terbunuh. Nama perempuan itu sama persis dengan nama penyewa yang menginginkan berkas ini.      

Ya, kebiasaan-kebiasaan kecil yang penyewa ini lakukan juga sangat familier bagi Qin Huai. Apakah ini semua hanya kebetulan? Perempuan itu…siapa sebenarnya?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.