Istrimu Ganas: Tuan Berhati-hatilah!

Cinta Satu Malam (1)



Cinta Satu Malam (1)

0Sudut bibirnya sedikit melengkung ke atas, lalu Xia Zetao tanpa sadar mengendurkan pedal gas untuk memperlambat kecepatan mobil. Ia tidak hanya tidak ingin mengganggu keluarga di kursi belakang, tetapi juga dengan egois ingin membiarkan adegan hangat ini berlangsung lebih lama lagi.      

Sayangnya, tidak peduli seberapa panjang jalannya, dan seberapa lama waktu yang ditempuh, pada akhirnya tetap tiba di tujuan.      

Saat mobil berhenti, Zhao Youlin perlahan membuka mata.     

Mulanya, ia merasa bahwa tidurnya tidak akan terlalu nyenyak. Apalagi, dirinya gampang bangun ketika ada sedikit pergerakan. Awalnya, ia hanya ingin bersandar di bahu Mu Tingfeng dan menutup matanya sebentar, tetapi nyatanya dirinya malah benar-benar ketiduran.      

Pasti itu karena sebelumnya dirinya menanggapi terlalu banyak masalah yang menguras energinya tadi, juga pelukan Mu Tingfeng terlalu hangat dan nyaman! Ketika bangun, Zhao Youlin yang masih sedikit bingung, seketika terkesima dalam hati.     

Sebelum benar-benar sadar, ia tidak menyadari bahwa saat dirinya mendongakkan kepala, bibirnya yang lembut perlahan menyapu sisi wajah lelaki yang menunduk untuk melihat reaksinya. Gerakan Zhao Youlin itu membuat hati lelaki yang memeluknya erat itu berdetak tidak karuan.      

"Sudah sampai?" Zhao Youlin melihat sekeliling. Setelah memastikan bahwa dirinya sudah benar-benar tiba di rumah, ia menyesuaikan sudut tubuhnya untuk memeluk Joy, lalu keluar dari pelukan Mu Tingfeng. Kemudian, ia membuka pintu dan berjalan turun.     

"Kalau begitu, aku dan Joy masuk dulu. Ini sudah larut, kalian cepatlah pulang." Setelah itu, Zhao Youlin berbalik dan ingin pergi.     

"Tunggu sebentar."     

Zhao Youlin seketika berhenti, lalu menoleh untuk melihat ke arah kursi belakang, dan bertanya dengan bingung, "Ada apa lagi?"     

Kaca jendela mobil ditarik lagi lebih ke bawah, memperlihatkan wajah tanpa ekspresi Mu Tingfeng, "Apa ada jenis bunga yang kamu sukai?"     

Sejak Mu Tingfeng memanggil Zhao Youlin tadi, Xia Zetao sudah menegakkan telinga untuk menguping diam-diam. Lalu setelah mendengar pertanyaan Mu Tingfeng, tubuh Xia Zetao miring dan ingin mengumpat.     

'Presdir, apakah kamu yakin dengan pertanyaan yang kamu tanyakan? Kenapa kamu menanyakan hal itu secara terang-terangan? Sial, aku jadi teringat dengan gajiku yang terpotong gara-gara bunga huhuhuhu!'     

Zhao Youlin juga tercengang ketika mendengar pertanyaan Mu Tingfeng. Ia tiba-tiba teringat mawar merah dan mawar biru yang diterima darinya. Ia merenung, lalu berkata, "Sebenarnya, aku tidak terlalu menyukai jenis bunga apapun, tetapi kalau kamu sungguh ingin memberiku, aku lebih suka…"     

"Hemmm ya?"     

"Foxtail Lily. Aku lebih suka Foxtail Lily."     

Mata Mu Tingfeng sedikit berkedip. Ia dengan cepat mengalihkan pandangan ke Xia Zetao yang ada di depannya.     

Xia Zetao mengerti dalam hitungan detik, lalu buru-buru memberi isyarat jari 'oke' pada Mu Tingfeng, menunjukkan bahwa dirinya sudah mengingatnya juga mengetahui langkah yang selanjutnya dilakukan.      

Mu Tingfeng menarik kembali pandangannya dan melanjutkan, "Ada satu hal lagi."     

"Ng, apa?"     

"Sabtu depan, sekitar jam 8 pagi, aku akan menjemputmu."     

Zhao Youlin tertegun dan bertanya dengan ragu, "Menjemputku? Untuk apa?"     

Mengambil keuntungan dari reaksi tertegun Zhao Youlin, Mu Tingfeng menyipitkan mata, lalu dengan cepat mencondongkan tubuhnya keluar dari mobil untuk mengecup bibirnya, dan mengeluarkan dua kata, "Ken-can."     

"Apa?..." Mata Zhao Youlin tiba-tiba menegang. Ketika meminta Mu Tingfeng untuk mengklarifikasi, ia melihat kaca jendela mobil sudah tertutup sepenuhnya. Selanjutnya, mobil mulai bergerak dan menghilang langsung seolah ditelan kegelapan malam. Tindakan pria itu seolah tanpa memberi kesempatan bagi Zhao Youlin untuk mengajukan keberatan sama sekali.      

Zhao Youlin tentu tercengang…     

Xia Zetao melirik bos di kursi belakang yang telinganya memerah, sambil diam-diam menghela napas pada kepolosan Presdir ini. Ia dengan tenang pura-pura tidak tahu apa-apa.     

Ketika panas di ujung telinganya mereda, Mu Tingfeng akhirnya mendapatkan kembali sikap mendominasi dan wibawanya. Ia berkata dengan dingin, "Dalam sebulan, aku ingin mendengar berita kebangkrutan Grup Zhang."     

Suara rendah dan mempesona itu membawa aura dingin dan menindas yang tidak bisa ditolak, membuat Xia Zetao yang sedang mengemudi di depannya merasa gemetar.     

Grup Zhang, adalah perusahaan milik pria yang istrinya menindas Zhao Youlin di pesta tadi. Wajah Xia Zetao sedikit berubah. Benar saja, presdir sama sekali tidak berniat untuk mengabaikan insiden itu. Dewa kebangkrutan ini memang sangat kejam!     

Namun, jika presdir tidak kejam terhadap Grup Zhang, bosnya ini pasti akan kejam padanya!     

Oleh karena itu, demi menjaga integritas moral dengan makhluk mengerikan ini, Xia Zetao bersumpah, "Saya jamin saya akan menyelesaikan tugas!"     

Mu Tingfeng tampak puas. Ia dengan lembut menggosok tangan kanannya, yang tadi dirinya letakkan di bahu Zhao Youlin, seolah bisa menemukan kehangatan yang baru saja dirasakan ketika dirinya memeluk Zhao Youlin.     

Setelah beberapa lama, cahaya dingin tiba-tiba muncul di mata Mu Tingfeng.     

Ia ingin melihat baik-baik, setelah keluarga yang berani mengutuk Zhao Youlin dan anaknya di depan umum itu kehilangan tempat berlindung, dan kehilangan harta yang bisa mereka banggakan, masih bisakah mereka merasa tinggi, suka menindas yang lemah, dan bertahan di komunitas kelas atas yang tidak menolong mereka?     

Harus diakui, Presiden Mu dan Zhao Youlin sangat mirip dalam hal melindungi orang terdekat yang disakiti.      

Kebenciannya pada Zhao Youlin sebelumnya sudah cukup. Sekarang, ia telah memutuskan untuk mengubah perasaannya itu. Ia tidak akan membiarkan siapapun mencelakai Zhao Youlin dan anaknya sama sekali. Siapapun yang mencelakai mereka harus siap menanggung amarahnya!     

*****     

Malam ini sunyi. Gelapnya malam membuat warna jalanan yang luas terasa tidak jelas.      

Semua lampu tengah malam menyala dengan cemerlang. Proyeksi lampu-lampu itu di tengah malam yang sunyi terasa sangat menawan.      

Pada saat ini, di sebuah bar di pusat kota, deru musik memekakkan telinga, membuat banyak remaja laki-laki dan perempuan menjadi gila.     

Di jam ini, banyak orang sudah mulai beristirahat, tetapi di sini baru mulai beraktifitas sedikit demi sedikit.     

Di lantai dansa yang sangat luas, para lelaki maupun para gadis yang tidak terhitung jumlahnya sedang berdansa, berpelukan, berciuman, diiringi musik yang memekakkan telinga, menciptakan kesenangan sendiri.      

Di bawah suasana yang begitu ramai, ada juga orang yang datang ke sini untuk mencari tempat untuk meluapkan suasana hatinya. Hanya meluapkan... kesepian dan kesedihan yang terkubur di lubuk hati mereka.     

Di depan bar yang dingin, seorang lelaki muda yang lembut dan tampan menuangkan anggur ke mulutnya segelas demi segelas.      

Bartender yang menemaninya pun menuangkan sebotol anggur dengan gesit, tetapi tidak bisa mengikuti kecepatan minum pemuda itu.     

Lelaki itu bertubuh ramping dan berkulit putih, dengan buku-buku jari secantik seniman menggenggam gelas anggur, menarik gelas anggur ke depannya dan menenggaknya langsung ke mulut tanpa ragu.     

Dari samping, bisa terlihat bahwa jakunnya yang sangat seksi meluncur ke atas dan ke bawah. Godaan fatal yang abstrak dari seorang lelaki dewasa ini sangat berbahaya, membuat banyak gadis di sekitarnya mudah terpesona.     

Sejak lelaki itu masuk ke pintu bar, tanpa sepengetahuannya, atau bisa dibilang dalam situasi yang bisa diabaikannya, banyak gadis yang sudah mengincarnya.     

Tindakan lelaki itu akan membuat dirinya sendiri sangat mabuk. Mata yang selalu jernih dan licik itu menjadi sedikit buram, para gadis yang sudah mengincarnya tidak bisa menahan diri, dan mereka akan bergerak.     

Akhirnya, seorang gadis mengenakan kaos hitam berkerah lebar dan celana pendek coklat berjalan ke arah lelaki itu, kemudian duduk di kursi putar kirinya yang kosong, dan tersenyum, "Kakak tampan, apakah ada orang lain yang duduk di sini? Kalau kamu tidak keberatan, bolehkah aku duduk di sini sebentar?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.