Mengukir Takdir

Mimpi Buruk



Mimpi Buruk

0Sebuah mobil abu-abu perak cerah melaju melewati gerbang dan menuju ujung jalan.     

Shen Xi menghela nafas dan menggenggam tangannya, ternyata bukan dia.     

Pada pukul dua belas malam, dia yakin orang itu tidak akan kembali. Jadi dia menyerah, mengguncang lapisan tebal salju yang jatuh di payung, dan turun.     

Patung salju 'Li Yuan' yang sedang memegang payung ia letakkan di kursi. Kaki kursi tertutup salju setinggi setengah meter.     

Shen Xi ingin Bos menjadi yang pertama melihat hadiah itu. Jadi, dia memindahkan 'Li Yuan' ke pintu sambil menutupnya dengan payung.     

"Kakak, selamat malam." Shen Xi berkata kepada patung itu sambil tersenyum. Seolah memikirkan sesuatu, dia melepaskan syalnya dan memakaikannya ke patung itu.     

Setelah dia melakukan semua ini, dia melihat lagi ke jalan.     

Jalannya putih bersih, dengan lapisan salju tebal, tanpa bekas.     

Pada tengah malam, lingkungan sangat sunyi. Hujan salju mulai mereda. Jika mendengarkan dengan seksama, hanya terdengar hela napasnya yang berat.     

Setelah Shen Xi terlahir kembali, ini adalah pertama kalinya dia sendirian di rumah. Sepi, kosong, dan walau sudah terbungkus selimut tebal, dia tetap merasa kedinginan.     

Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat serangkaian pesan percakapan yang dikirim kepadanya oleh orang tuanya. Dia terus memegang ponsel itu lalu tertidur.     

"Kamu ini, kenapa masih memegang ponselmu saat tidur?" Yun Jinping hendak membangunkannya dan melihat bahwa dia masih memegang ponsel di tangannya.     

"Bu." Shen Xi membuka matanya dengan bingung. Dengan air mata berlinang, dia membenamkan kepalanya ke dalam pelukan ibunya dan menangis.     

Yun Jinping terkejut dan khawatir. Tapi dia lebih merasa kasihan, "Ada apa? Mimpi buruk?"     

Shen Xi mengangguk.     

Dia mimpi buruk.     

Dia memimpikan hari-harinya yang paling putus asa dan tersiksa dalam Keluarga Su. Dia cacat dan lumpuh, ditinggalkan di sebuah ruangan kecil yang gelap. Ibunya yang kurus kering berdiri di depannya.     

Dia memanggil ibunya, namun ibunya mengabaikannya.     

Dia semakin dekat dengannya, namun ibunya semakin jauh darinya.     

"Tidak apa-apa, Ibu dan Ayah hanya pergi selama sehari. Kita tidak akan pergi lain kali." Yun Jinping menepuk punggung putrinya dengan lembut.     

Dia dan suaminya merencanakan kembali ke kampung halaman mereka akhir pekan ini. Mereka telah memesan tiket pesawat sebulan yang lalu.     

Siapa sangka bahwa putrinya harus masuk sekolah, jadi hanya dia dan suaminya saja yang pulang.     

Mereka pergi hari Jumat malam. Mereka hanya menghabiskan satu hari di rumah dan langsung terbang kembali pada Minggu dini hari.     

"Bu, aku baik-baik saja." Shen Xi menyeka air matanya dan menatapnya, "Kenapa Ayah dan Ibu baru pulang? Bukankah seharusnya malam hari tadi?"     

"Kita sekarang sudah pulang. Makanan sudah siap. Cepat bangun untuk makan dan pergi ke sekolah." Yun Jinping menyeka air matanya, dia merasa tertekan.     

Sekarang dia khawatir jika tidak melihat putrinya walau sehari saja.     

Hari ini salju berhenti. Matahari terbit dengan sangat cerah.     

Sekitar tengah hari, Bentley hitam melaju perlahan.     

Kun Lun melihat pintu rumah dari kejauhan. Manusia salju memegang payung hitam besar dan sehelai kain merah kecil terjuntai.     

Pasti itu adalah mahakarya gadis kecil itu.     

Dia diam-diam melirik wajah pria di kursi belakang dan menemukan bahwa mata tenang pria itu menatap manusia salju di pintu.     

Ketika mobil berhenti, salju di jalan sudah disapu oleh petugas kebersihan, tetapi manusia salju itu masih utuh.     

Kun Lun mendorong manusia salju itu dan bertanya dengan hormat, "Bos, apa yang harus aku lakukan dengan ini?"     

Li Yuan menatap manusia salju itu dengan tenang. Setelah menurunkan payung, dia menyadari bahwa manusia salju itu mirip dengannya. Gadis kecil itu juga melingkarkan syal favoritnya di leher manusia salju.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.