Mengukir Takdir

Mengambil Nyawamu



Mengambil Nyawamu

0Jeritan Su Mushi yang tajam, memekakkan menembus langit. Rasa sakit luar biasa menyebabkan seluruh wajahnya berkerut.     

Shen Xi dengan santai menjatuhkan tongkat di tangannya. Dia lalu tersenyum dengan sorot matanya yang begitu dingin, "Su Mushi, jangan main-main denganku. Atau lain kali aku akan mengambil nyawamu."     

Ingin kakiku patah?     

Ah!     

Apa mereka bisa melakukannya.     

Saat Shen Xi baru saja pergi, Xuan Yuan muncul seperti hantu. Dia mengamati orang yang tergeletak di tanah dengan serius, kemudian tersenyum puas.     

Gadis ini cukup liar!     

Bos memintanya untuk melindunginya, namun gadis ini tidak membutuhkan perlindungan sama sekali.     

"Shen Xi, ke mana saja kamu?" Song Wenye mencarinya dan akhirnya menemukannya. Dia langsung menyeretnya ke kuil, "Ritualnya sudah dimulai. Cepatlah, cepatlah."     

Kuil sedang melakukan ritual. Musiknya sangat keras sehingga tidak ada yang mendengar teriakan nyaring Su Mushi di halaman belakang.     

Nenek Song Wenye meminta jimat untuk Shen Xi.     

"Untuk orang tuamu dan permintaanmu sendiri." Song Wenye tahu bahwa dia tidak mempercayainya, namun tentu saja akan percaya saat sudah di kuil.     

Ada beberapa hal yang tidak bisa dijelaskan, tapi dengan adanya iman dan kepercayaan semuanya bisa menjadi kenyataan.     

Contohnya Song Wenye sendiri. Pada awalnya dia tidak percaya pada hal-hal ini. Tahun lalu, ketika Nenek datang untuk berdoa, biksu dalam kuil mengatakan dia akan berada dalam musibah besar.     

Nenek lalu membawakannya patung Buddha Maitreya dari kuil.     

Pada tanggal 1 Mei, ketika dia bepergian sendirian, dia mengalami kecelakaan mobil. Gadis yang duduk di sampingnya meninggal di tempat.     

Tapi dia hanya menderita luka di kakinya, tidak ada gegar otak. Semua orang bilang itu keajaiban.     

Hanya dia sendiri yang tahu bahwa patung Buddha Maitreya yang dia kenakan terbelah dua.     

"Yah." Shen Xi tidak banyak bicara.     

Tiga jimat, satu untuk masing-masing orang tuanya dan satu untuk Bos sebelah rumah.     

Adapun untuk Shen Xi sendiri, dia benar-benar tidak peduli pada dirinya sendiri.     

**     

Setelah seminggu, salju telah mencair. Cuaca menjadi lebih dingin setelah salju mencair.     

Saat sore hari, matahari hanya bersinar sedikit, tetapi berkat itu suhu jadi sedikit lebih hangat.     

Shen Xi memegang sebuah buku bahasa Inggris dan duduk di tangga sambil membacanya dengan keras.     

Bos belum pulang jadi dia harus menunggu Bos kembali dan memberinya jimat.     

Bunga prem di halaman rumah Bos telah mekar dan dia dapat mencium aroma bunga prem yang menyegarkan.     

Mobil Li Yuan baru saja berbelok. Li Yuan langsung dapat melihat gadis kecil itu duduk di tangga.     

Gadis kecil itu mengenakan jaket biru dan memakai topi.     

Gadis kecil itu mengenakan headphone dan memegang buku di tangannya. Dia terlihat sangat serius.     

Angin berhembus kencang. Setelah salju mencair, suhu dalam dua hari terakhir mencapai sekitar minus sepuluh derajat.     

"Cepatlah." Perintah Li Yuan.     

Saat semakin dekat, dia bisa melihat wajah gadis kecil itu memerah karena kedinginan. Jari-jarinya yang sedikit kaku ketika membalik-balik buku membuat orang yang melihatnya pasti merasa iba.     

Kun Lun meningkatkan kecepatannya dan melihat pria di kursi belakang melalui kaca spion. Selama berbelok di tikungan, Bos tanpa sadar selalu melihat ke arah dinding.     

Ketika gadis kecil itu ada di sana, Bos akan terlihat senang.     

Ketika gadis kecil itu tidak ada, Bosnya jelas akan merasa sedih.     

"Hari ini sangat dingin. Kenapa menunggu di sini?" Li Yuan memandang gadis kecil di dekat dinding dengan suara tegas, "Bagaimana jika aku tidak pulang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.