Mengukir Takdir

Menantu



Menantu

0Shen Changqing tersenyum dan menoleh kepada Shen Xi agar bisa menatap matanya, "Putriku adalah gadis yang paling hebat. Tangan putriku hanya pantas digunakan untuk bermain piano dan biola, bukan untuk memasak dan mencuci piring. Jika ada yang berani menyuruhmu mencuci piring, Ayah akan memberinya pelajaran."     

Shen Xi menggenggam tangan ayahnya, "Ayah yang terbaik."     

Mata Shen Changqing penuh dengan binar kekaguman, lalu berkata, "Geser sedikit. Jangan ganggu Ayah mencuci piring."     

Shen Xi melangkah ke samping dengan patuh. Dia tetap berdiri di samping Shen Changqing untuk menemaninya berbicara sambil memakan apel.     

Ayahnya benar-benar pria yang baik. Setiap kali dia di rumah, Ayah tidak pernah membiarkan dia memasak atau mencuci piring bersama ibunya, "Ayah, ayo beli mesin pencuci piring!"     

"Tanganku ini saja sudah cukup, apa masih perlu membeli mesin pencuci piring?" Shen Changqing punya inisiatif sendiri.     

Shen Changqing dengan senang hati mencuci piring dan beres-beres. Dia memahami bahwa istrinya sudah bekerja keras. Selain itu, setiap kali dia melakukan pekerjaan rumah, istri dan putrinya akan lebih mencintainya dan memperlakukannya dengan lebih baik.     

Shen Xi mengacungkan jempolnya, "Ayah, hebat sekali. Ibu dan aku sangat senang."     

"Baguslah jika kamu tahu." Shen Changqing berkata dengan sungguh-sungguh, "Nantinya, ketika kamu mencari pacar, kamu harus menemukan seseorang yang tahu bagaimana menyayangi orang. Tidak peduli bagaimana penampilannya atau latar belakang keluarganya, yang paling penting adalah dia bersikap baik padamu."     

Saat berbicara seperti itu, hatinya merasa tersayat dan sedih. Shen Changqing enggan memikirkan bahwa suatu saat dia harus menikahkan putrinya.     

Shen Xi tetap bersikap tenang saat mendengar kalimat itu. Perasaannya juga sama seperti ayahnya. Dia berusaha mencairkan suasana dan berkata sambil tersenyum, "Ayah, setelah aku menikah, aku akan tinggal bersamamu dan Ibu. Biar saja dia menjadi menantu yang tinggal di rumah mertuanya. Jika dia berani memperlakukanku dengan buruk, Ayah harus memotongnya."     

Shen Changqing tersenyum, "Kalau begitu Ayah sudah tidak sabar menunggumu menikah."     

Setelah selesai membersihkan dapur, Shen Changqing berjalan menuju kandang Si Permen Kecil. Namun, dia melihat bahwa kandangnya kosong dan Si Permen Kecil tidak ada. Dia segera panik, "Shen Xi, di mana Si Permen Kecil? Si Permen Kecil hilang?"     

Shen Xi membuka pintu dapur dan melihat Ayahnya yang cemas mencari Si Permen Kecil. Shen Xi terpikir untuk sengaja menggoda ayahnya, "Dia akan kembali."     

Shen Changqing menunjuknya dengan marah dan cemas, "Kamu ini! Bagaimana kamu bisa tenang dia akan kembali. Kamu bahkan tidak bilang padaku bahwa dia hilang. Menurutmu mudah menyembuhkannya?"     

Shen Xi semakin bersemangat menggodanya, "Bukankah Ayah mengatakan bahwa kucing itu terlihat jelek, bau, dan terus mengeong?"     

"Saat itu Ayah hanya asal bicara saja?" Shen Changqing tidak bisa menahan kesedihannya. Dengan nada panik, dia terus mendesak Shen Xi, "Cepat cari Si Permen Kecil. Dia kesayangan Ayah. Kucing itu tidak jelek sama sekali dan kotorannya tidak bau."     

Si Permen Kecil ada di kamar Shen Xi. Ketika mendengar seseorang terus menyebut namanya, Si Permen Kecil mengeong beberapa kali.     

Mata Shen Changqing dipenuhi dengan kegembiraan, " Si Permen Kecil, Kakek ada di sini. Pus, pus, Si Permen Kecil."     

Shen Xi tertawa, "Ayah sadar tidak, Ayah telah menjadi budak kucing?"     

Si Permen Kecil sudah melangkah keluar dengan malu-malu. Dia menatap Shen Changqing dari lantai dua dan terus mengeong padanya. Tingkahnya seperti anak kecil yang manja.     

Air mata bahagia Shen Changqing hampir mengalir dan buru-buru naik ke lantai dua. Setelah sampai di dekatnya, dia menggendong Si Permen Kecil di tangannya seperti bayi, "Kamu ini Shen Xi! Apa kamu sedang menggoda ayahmu?"     

Shen Xi tertawa terbahak-bahak, " Si Permen Kecil, kakekmu merindukanmu. Cepat turun!"     

Ketika Shen Xi pertama kali membawa Si Permen Kecil kembali, Shen Changqing pikir kucing itu jelek, berisik, dan sangat bau.     

Hanya dalam beberapa hari, ayahnya telah menjadi budak kucing. Memang benar bahwa tidak ada yang bisa jahat pada hewan kesayangan. Ayahnya sangat menyukai kucing ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.