Mengukir Takdir

Timbal Balik



Timbal Balik

0Di bawahnya ada kata-kata yang tertulis dengan tulisan tangan pada selembar kertas memo, timbal balik.     

Shen Xi memegang sarung tangan itu dan membaca memo itu berulang-ulang. Dia merasakan hatinya terasa sangat manis.     

Astaga, dewa seperti apa yang sudah kutemui ini? Dia benar-benar merajut sepasang sarung tangan sebagai hadiah untukku.     

Di meja makan, sudah tersedia berbagai hidangan yang dipesan Shen Changqing dari restoran dekat rumah mereka. Semua itu adalah favorit Shen Xi. Dia dengan senang hati mengatur meja dan meletakkan sumpit di sebelah mangkuk nasi.     

Sejak mulai bekerja di perusahaan, Yun Jinping telah berubah menjadi wanita kuat yang masih belum pulang dari lembur kerjanya hingga saat ini.     

Shen Xi turun dengan membawa sarung tangan barunya. Dia berlari dengan penuh semangat dan mengulurkan tangannya untuk menunjukkan benda yang dipegangnya itu, "Ayah, lihat sarung tangan baruku."     

Shen Changqing hanya meliriknya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kelihatannya bagus."     

Shen Xi terlihat seperti burung kecil yang senang keluar dari kandang. Lalu, dia duduk untuk makan dan terkagum-kagum melihat makanan mewah di atas meja, "Ayah, aku merindukan Ibu."     

"Kamu masih saja mengatakan itu. Jika bukan karena idemu, ibumu tidak akan pergi pagi-pagi dan pulang terlambat setiap hari. Bahkan bekerja lembur dan tidak pulang. Bukankah sekarang aku terlihat begitu menyedihkan?" Shen Changqing sangat sedih. Istrinya sudah sebulan penuh selalu pulang lebih dari jam sepuluh.     

Hanya Tuhan yang tahu betapa tertekannya Shen Changqing. Tetapi, saat melihat istrinya mengabdikan diri untuk pekerjaannya, seluruh hatinya merasa sangat lega sekaligus kasihan padanya.     

Yun Jinping memang menjadi ibu rumah tangga setelah menikah dengannya. Shen Changqing tahu bahwa istrinya tetap harus memiliki karier, ambisi, dan cita-citanya sendiri.     

Shen Xi menghela napas dan menatapnya dengan serius. Sambil menepuk dadanya dengan percaya diri, dia berkata, "Ayah, jangan khawatir. Jika Ibu tidak di rumah, aku yang akan bertanggung jawab untuk memasak."     

Shen Changqing menertawakannya, "Kamu tidak meledakkan dapur saja aku sudah sangat berterima kasih kepada Tuhan. Ibumu tidak akan kembali malam ini, lalu apa yang akan kamu makan besok?"     

 Shen Xi tersenyum padanya dan memesan makanan, "Makan tahu dan cakwe goreng milik Chen Ji!"     

Setelah ayah dan anak yang malang itu menentukan apa yang harus dimakan besok pagi, mereka menghela napas dan mulai makan.     

Shen Changqing terheran saat melihat Shen Xi yang mengenakan sarung tangan saat makan. Dia pun akhirnya bertanya, "Kenapa kamu memakai sarung tangan saat makan? Memangnya nyaman?"     

Shen Xi menunjukkan jari-jarinya kepadanya, lalu pamer, "Kenapa juga tidak nyaman. Lihatlah Ayah, aku tetap dapat menunjukkan jari-jariku. Luar biasa!"     

Ini adalah sarung tangan yang dirajut sendiri oleh Kakak. Kakak memang benar-benar jenius. Bahkan bisa merajut sarung tangan dengan model yang jauh lebih sulit daripada syal hasil rajutanku.     

Entah kenapa saat Shen Changqing melihat sarung tangan itu dia merasa sedikit ada yang salah, "Bukankah kamu tidak suka warna merah muda?"     

Shen Xi membolak-balik tangannya seperti bayi sambil terus melihat sarung tangannya. Matanya berbinar-binar, "Siapa bilang aku tidak menyukainya, favoritku sekarang adalah merah muda."     

Shen Changqing menggelengkan kepalanya dengan heran, "Kamu ini plin plan."     

Shen Xi menuangkan sayuran pada Shen Changqing sambil tersenyum, "Ayah, makanlah lebih banyak."     

Sejak Shen Changqing mulai diet dalam beberapa bulan terakhir, dia telah kehilangan sepertiga dari berat badannya. Sekarang penampilannya sudah terlihat seperti paman yang tampan. Dengan obat yang Shen Xi resepkan, kondisinya semakin baik.     

Setelah makan malam, Shen Xi segera membersihkan meja dan berlari ke dapur untuk membantu mencuci piring.     

Shen Changqing memandangnya, "Pergi, Ayah saja yang melakukannya. Memangnya kamu bisa cuci piring?"     

Shen Xi melihat ke arah ayahnya dengan tatapan kesal, "Apa aku ini sangat tidak berguna? Aku hanya tidak bisa memasak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.