Mengukir Takdir

Mimisan



Mimisan

0Mobil itu membunyikan klakson dari arah belakang.     

Shen Xi menepi untuk memberikan jalan.     

Mobil itu masih membunyikan klakson.     

Shen Xi mengerutkan kening dan merasa aneh. Dia ingin melihat jenis mobil itu, tetapi dia sedang berjalan di dekat dinding dan harus memperhatikan jalan di depannya. Saat mobil itu membunyikan klakson lagi, dia melihat ke belakang dan menyadari bahwa mobil telah sampai di sebelahnya, lalu perlahan mengikutinya.     

Jendela mobil perlahan terbuka memperlihatkan wajah tampan seorang pria yang menatapnya dengan hangat. Sambil tersenyum, pria itu berkata, "Naiklah."     

Rasa terkejut jelas muncul di mata Shen Xi dan perasaan bahagia yang hangat menyebar dari hatinya ke seluruh tubuh. Tiba-tiba dia tidak merasa kedinginan sama sekali, "Kakak, kenapa bangun begitu pagi?"     

Li Yuan sudah membuka pintu mobil dan menatapnya, "Masuk dulu ke mobil."     

Shen Xi dengan senang hati masuk. Ini adalah pertama kalinya dia naik ke mobil Li Yuan dan dia merasa sedikit bersemangat. Jantungnya berdetak tanpa henti dan telapak tangannya terasa hangat. Li Yuan memberikan sebuah penghangat di lengannya, lalu Shen Xi tertawa bahagia, "Terima kasih, Kakak."     

Li Yuan memandang gadis kecil itu dan hatinya sedikit tertekan, "Kenapa kamu memakai pakaian yang begitu tipis dan tidak menggunakan payung. Bagaimana jika kamu sakit?"     

Shen Xi menunjuk ke topinya dan tersenyum, "Yang lain punya payung, aku punya topi, jadi aku tidak akan sakit."     

Li Yuan mengulurkan tangan dan menyentuh topinya. Topi itu sedikit basah, jadi dia memintanya untuk melepas mantelnya dan meletakkannya di depan hingga kering. Kemudian, Li yuan meminta Kun Lun untuk meningkatkan suhu di dalam mobil.     

Shen Xi bangun terlalu pagi, jadi sangat mengantuk. Akhirnya, dia tidak bisa menahannya lagi. Dia memiringkan kepalanya dan tertidur di bahu Li Yuan.     

Li Yuan sedikit sedih saat menatapnya. Dia mengambil selimut di sampingnya dan menutupinya. Gadis kecil itu melengkungkan kepala di pelukannya, berusaha menemukan posisi yang nyaman, dan semakin terlelap.     

Sampai di pintu bandara, Li Yuan menepuknya dengan ringan, dan enggan membangunkannya dari tidur nyenyak. Suara hangatnya sedikit serak dan dalam, "Shen Xi, bangun. Ini sudah sampai bandara."     

Shen Xi sangat mengantuk saat mendengar suaranya. Dia bergumam tidak jelas sambil memeluk pinggang Li Yuan erat-erat dengan tangan kecilnya.     

Saat aroma tubuh gadis kecil yang harum dan lembut itu menyerang dan memenuhi hidungnya, Li Yuan bernapas sedikit lebih cepat. Matanya menjadi gelap, bibirnya yang tipis terbuka, dan berkata di dekat telinga Shen Xi, "Kamu tidak akan pergi ke ujian?"     

Saat mendengar kata 'ujian', Shen Xi tiba-tiba langsung mengangkat kepalanya. Seketika kepala kecil itu menghantam dagu Li Yuan dengan keras dan mereka pun meringis kesakitan.     

Saat berikutnya, Li Yuan merasakan cairan hangat jatuh dari lubah hidungnya. Dia menyentuh hidungnya dan ada darah di jarinya.     

Shen Xi segera berteriak, "Kakak, kamu mimisan."     

Kun Lun buru-buru menyerahkan handuk, air, tisu basah, dan tisu kering.     

Shen Xi terburu-buru mengambil air, handuk, dan tisu itu. Pada akhirnya, dia hanya menjejalkan beberapa gulung tisu kering untuk menutup lubang hidung Li Yuan lalu segera tertawa terbahak-bahak.     

Ada dua gulung tisu yang masuk ke lubang hidung Li Yuan. Suaranya terdengar berat dan menjadi sengau, "Jika kamu tidak segera pergi, kamu akan terlambat naik pesawat."     

Shen Xi bertemu dengan mata sipit pria itu yang tampak berkilau oleh cahaya bintang. Untuk sementara, napasnya sedikit terengah-engah dan jantungnya berdetak lebih kencang. Shen Xi dengan gugup mengambil tas sekolahnya dan melarikan diri.     

Li Yuan mengulurkan tangan untuk meraih lengan gadis kecil itu. Dia menariknya kembali dengan tarikan lembut dan sedikit ketidakberdayaan, "Pakai ini."     

Shen Xi mengambil pakaian yang dia serahkan dan memakainya.     

Li Yuan menatapnya, "Jangan bergerak."     

Shen Xi dengan patuh berhenti dan berdiri tegak. Dia hampir meletakkan tangannya di belakang punggung seperti siswa sekolah dasar teladan.     

Li Yuan memandang gadis kecil yang lucu dan konyol itu dan tertawa pelan, kemudian berkata, "Kancingnya tidak pada tempatnya."     

Shen Xi menundukkan kepalanya hanya untuk mengetahui bahwa dia benar-benar salah mengancingkan pakaiannya.     

Dari sudut ini, dia bisa melihat alis halus dan mata pria itu. Raut wajahnya sangat pucat dengan cahaya dingin bagaikan batu giok. Lehernya ramping dan jakunnya terlihat sangat seksi.     

Lebih jauh ke bawah, kancing kerah kemeja putih dikancingkan hingga ke atas, lalu ada perasan panas yang datang secara tiba-tiba.     

Tenggorokan Shen Xi tampak agak kering untuk sementara waktu dan iblis kecil di hatinya sudah meronta-ronta. Dia benar-benar ingin merobek kemeja itu!     

"Ingatlah untuk meneleponku saat kamu sudah tiba di sana." Li Yuan merapikan kancing pakaian Shen Xi sambil menasihatinya dengan lembut. Dia tidak tahu bahwa iblis kecil Shen Xi saat ini sedang memikirkan dirinya, "Katakan padaku kapan kamu pulang."     

Baru pada saat itulah Shen Xi mendapatkan kembali kesadarannya. Dia segera berusaha menenangkan pikirannya. Sambil menggigit bibirnya, dia memalingkan pandangan dari leher pria itu dan berdeham beberapa kali.     

Li Yuan mengancingkan pakaiannya dan mengenakan syal padanya. Gerakannya sangat lembut.     

Shen Xi tidak berani menatapnya lagi. Matanya berkeliaran ke mana-mana, takut dia tidak akan bisa mengendalikannya dan akan salah melakukan sesuatu.     

"Sudah." Li Yuan memandang gadis kecil itu dengan puas sambil menepuk lembut kepala kecilnya dengan tangannya yang besar dan bertanya, "Apakah masih sakit?"     

"Tidak sakit lagi." Setelah selesai berbicara Shen Xi tidak berani menatapnya lagi, lalu berbalik dan segera pergi. Udara terasa pengap untuk beberapa saat dan ujung hidungnya sedikit sakit.     

Shen Xi takut jika tidak segera berbalik, dia akan semakin tidak bisa merelakan Li Yuan pergi.     

Padahal, dia hanya pergi untuk mengikuti kompetisi dan akan kembali dalam sehari, tetapi merasa ada suatu kesedihan di hatinya.     

Li Yuan memperhatikan gadis kecil itu keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Sebelum keluar, Li Yuan meraih pergelangan tangannya. Saat Shen Xi berbalik, matanya yang besar tampak bercahaya dengan pantulan cahaya bintang, membuat Li Yuan merasa sedikit tertekan. Dia mengambil sesuatu dan meletakkannya di tangan Shen Xi. Li Yuan berkata kepadanya, "Ambillah, jangan minum air dingin. Kamu paham?"     

Saat mendengar apa yang dia katakan, Shen Xi memeluk benda yang dia berikan. Perasaannya menjadi sangat sedih, tapi dia tetap mengangguk dengan penuh semangat. Karena takut dia tidak kuat menahan tangis, dia menoleh dan melambaikan tangan dengan membelakanginya, "Selamat tinggal, Kakak."     

Li Yuan tidak mengucapkan selamat tinggal. Dia hanya menatapnya dan berkata, "Ikuti ujian dengan baik."     

Di sebelah kiri gadis kecil itu, sekelompok orang berjalan sambil berbicara dan tertawa menuju ke arahnya.     

Gadis kecil yang hangat dan lembut itu menjadi dingin dalam sekejap. Seketika tubuhnya menjadi waspada akan kehadiran orang asing. Matanya gelap dan hatinya sakit.     

Matahari kecilku. Betapa banyak penderitaan yang telah dia derita sampai harus membentengi dirinya begitu tinggi demi menutupi dirinya dengan erat.     

Kun Lun memandang Shen Xi melalui jendela mobil dan merasa kagum.     

Nona kecil bisa mengganti ekspresi wajahnya dengan begitu cepat. Hanya di depan orang tuanya dan di depan Bos, dia bisa menjadi dirinya yang sebenarnya!     

Orang-orang yang akan mengikuti lomba fisika berkumpul di sekolah, lalu bersama-sama naik mobil ke bandara.     

Shen Xi dan Song Wenye tidak mau repot-repot melihat wajah menjijikkan anak-anak kelas roket. Mereka tidak pergi ke sekolah dulu dan memberi tahu guru pembimbing kalau mereka langsung pergi ke bandara.     

Orang-orang yang berkerumun adalah dari kelas roket.     

"Brengsek, aku tidak salah lihat, kan? Mobil itu adalah Rolls-Royce Silver Charm!" Seorang anak laki-laki di kelas roket tiba-tiba menunjuk ke seberang jalan. Matanya terlihat membara.     

"Hanya ada satu mobil di dunia, harganya 2 miliar yuan!"     

"Lihat plat nomornya, Jing 8888, plat nomornya bahkan tidak jauh lebih murah daripada mobilnya. Apakah kamu tahu siapa yang punya mobil itu?"     

"Bagaimana bisa Bos dengan level ini datang ke bandara? Bukankah dia seharusnya memiliki bandara pribadi dengan jet pribadi?"     

"Itu Shen Xi. Aku melihatnya keluar dari mobil itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.