Cinta dari Masa Depan

Waktu Berlalu Dengan Sangat Cepat



Waktu Berlalu Dengan Sangat Cepat

0"Dari mana kamu melihat aku akan pergi kencan? Apa matamu buta?" Tanya Mu Siyin dengan dingin.     

"Kamu…"      

"Apa? Tidak ada yang memperlakukanmu sebagai seorang bisu jika kamu tidak berbicara!" Mu Siyin berkata tajam sambil berjalan masuk ke rumah dengan sebuket bunga di tangannya, hal ini benar-benar membuat Mu Xingyu ingin memuntahkan darah.      

Nyonya Besar Mu dan Li Tongzhi sedang membicarakan sesuatu di lantai satu. Mereka melihat Mu Siyin masuk dengan membawa sebuah buket bunga, Li Tongzi sontak terkejut kesal, tapi Nyonya Besar Mu merasa bahagia karena dia tidak salah menebak. Mu Siyin ternyata tidak putus!     

Li Tongzhi sedikit kesulitan menerima itu, dia mengerutkan kening lalu berdiri dan bertanya, "Mu Siyin, pria liar mana yang memberimu itu?"      

Mu Siyin hanya berdehem dingin, dan tidak ingin berbicara dengannya. Dia hanya mengeluarkan beberapa kata, "Tidak ada komentar."      

"Kamu, aku adalah ibu tirimu. Apa-apaan dengan sikapmu ini?!"      

Li Tongzhi meraung marah. Dia pikir Mu Siyin akan menanggapinya seperti sebelumnya, tapi tidak disangka Mu Siyin langsung naik ke lantai dua sambil memegang bunga. Mu Siyin benar-benar mengabaikannya.      

Saat itu juga Li Tongzi hanya bisa menelan kemarahannya tanpa memiliki tempat untuk melampiaskannya, jadi dia harus menanggungnya sendiri.      

Nyonya Besar Mu menaikkan pandangan dan menatapnya, "Kenapa kamu selalu mengganggunya? Bunga itu pastinya dikirim oleh Presiden Tengyue, memangnya siapa lagi?"      

"Tapi bukankah dia…"      

"Kapan dia bilang bahwa dia putus?" Pertanyaan Nyonya Besar Mu ini segera membuat Li Tongzhi tidak berani kembali berbicara.      

Mu Siyin masuk ke kamarnya dan mengambil foto dengan buket bunga itu, lalu dia mengirimkannya pada Shi Beiyu dan menambahkan serangkaian kata, [Warna bunganya sangat cantik, aku sangat menyukainya. Terima kasih.]     

Shi Beiyu membalasnya dengan cepat, [Baguslah kalau kamu menyukainya.]     

senyuman Mu Siyin berangsur-angsur hilang dan digantikan oleh guratan kesedihan.      

Bagaimana jika pria yang sangat baik ini diambil oleh wanita lain?     

***     

Keesokan harinya, Mu Siyin terbangun karena suara hujan di luar jendela. Dia berbalik dengan selimutnya untuk melihat jam, ternyata masih jam tujuh pagi. Awalnya dia ingin kembali tidur sebentar, tapi pikirannya yang tajam membuatnya segera bangkit dari tempat tidurnya. Hari ini dia harus pergi mengunjungi makam kakak dan ibunya.      

Dia segera mandi dan turun ke bawah, tidak ada seorang pun di ruang tamu. Dia segera berlari ke dapur untuk mengambil roti dan segera keluar. Dia harus pergi ke toko bunga terlebih dahulu, lalu membeli beberapa persembahan dan pergi ke pemakaman.      

Hujan tidak terlalu deras, tapi juga tidak gerimis. Meskipun dia memakai payung, roknya masih terciprat air dan sedikit basah.      

Bunga kesukaan Mu Siyun adalah tulip merah, jadi Mu Siyin secara khusus membeli seikat bunga tulip merah yang segar dan membawa seikat bunga krisan ungu untuk ibunya. Sudah lewat jam sembilan ketika dia siap untuk pergi ke pemakaman.      

Tidak ada satupun anggota keluarga Mu Yang datang di hari peringatan kematian Mu Siyin, Mu Siyin selalu melakukan ritual itu sendirian setiap tahunnya.      

Dia menurunkan payungnya lalu mendekat ke batu nisan. Dia meletakkan bunga dan persembahannya, lalu dia menatap foto Mu Siyun dan menghela nafas, "Kak, aku datang mengunjungimu."      

"Waktu berlalu begitu cepat, kalian sudah pergi selama dua belas tahun. Kamu dan ibu… bagaimana kabar kalian?"      

Langit mendung, gerimis terus menerus turun membasahi rambut panjang dan gaun Mu Siyin tanpa dia sadari. Dia terus bercerita apa yang terjadi di tahun-tahun yang lalu pada batu nisan yang dingin di depannya.      

Seiring berjalannya waktu, Mu Siyin tidak bermaksud untuk pergi. Pada tahun-tahun sebelumnya, dia bisa tinggal di sana hampir sepanjang hari. Meskipun hari ini hujan, tapi dia tetap ingin berada di sana.      

Tiba-tiba, terdengar langkah pelan di belakangnya. Sebelum dia bisa berbalik, ada sebuah payung yang menutupi kepalanya dari hujan…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.