Cinta dari Masa Depan

Presiden Tengyue Memperlakukanmu Dengan Baik, ‘Kan?



Presiden Tengyue Memperlakukanmu Dengan Baik, ‘Kan?

0Li Tongzhi dan Mu Xingyu sangat marah ketika mendengar ini.      

Hati Nyonya Besar Mu sudah mati pada Mu Siyin si jalang ini!     

Mu Siyin berkedip lalu mengulum bibirnya, dan kembali duduk di kursinya. "Ada baiknya mengambil hari libur~"     

Sebenarnya Nyonya Besar Mu melakukan ini atas inisiatifnya sendiri. Dia masih belum tahu apakah Mu Siyin sudah putus dengan Presiden Tengyue atau tidak, jadi saat ini mereka tidak bisa terlalu keras pada Mu Siyin. Kalau tidak, Mu Siyin bisa menyuruh pria itu untuk ikut campur dan hal tersebut tidak akan sebanding dengan kerugian yang mereka dapatkan.     

Setelah sarapan, Mu Heyuan berangkat kerja dengan wajah yang tenang. Nyonya Besar Mu tidak punya pekerjaan, jadi dia tetap di rumah mengawasi tiga orang yang sedang dihukum itu.      

Dengan begini Li Tongzhi dan Mu Xingyu tidak berani melakukan kesalahan lagi. Mereka memakai pakaian pelayan dan mulai membersihkan rumah dengan patuh. Ada banyak sekali yang harus mereka bersihkan!     

Lantai satu memiliki area yang besar, masih ada tempat umum seperti ruang tamu, kamar tidur, kamar tamu, ruang belajar, dapur, kamar mandi dan lain-lain…     

Di luar juga jauh lebih luas, mereka harus menyapu teras, halaman, taman bunga, membersihkan kolam ikan dan lain-lain. Mu Siyin tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil memikirkan itu.     

Di lantai dua miliknya, selain dua kamar tamu dan kamar tidur Mu Siyin sendiri, ada koridor besar dan balkon yang jauh lebih mudah untuk dibersihkan. Dia membersihkan kamarnya terlebih dahulu, lalu turun ke bawah… untuk minum teh.      

Mu Xingyu yang sedang membersihkan ruang tamu dengan penyedot debu melihat Mu Siyin turun, dia segera menodongkan penyedot debu ke dekatnya lalu merendahkan suaranya dan berkata dengan tajam, "Mu Siyin! Tunggu saja hari ini!"      

Mu Siyin mengangkat alisnya, "Kalian belum menyelesaikan seperlima lantai satu. Cepat, jangan sampai membersihkannya sampai malam." Kemudian dia berjalan ke arah sofa.      

Mu Xingyu awalnya ingin mengejar dan memarahinya, tapi dia hanya bisa menggigit bibir dan berbalik menjauh ketika melihat Mu Siyin yang pergi menuju ruang tamu dan akan minum teh bersama dengan Nyonya Besar Mu.     

Nyonya Besar Mu yang sedang memegang cangkir teh kini menatap Mu Siyin sambil menyesap tehnya dan berkata dengan penuh arti, "Apa kamu bahagia hari ini?"      

Mu Siyin meminum cangkir teh yang lain, dia menatap Nyonya Besar Mu dengan mengulum bibirnya, "Setiap hari aku… selalu bahagia?"      

Nyonya Besar Mu mengerutkan alisnya, "Benarkah?"      

Mu Siyin mengangguk dan tersenyum cerah, "Iya, apa nenek tidak bisa melihatnya?"      

Ketika masih kecil, dengan menangis kita bisa menyelesaikan banyak masalah. Namun ketika sudah tumbuh dewasa, tertawa adalah senjata paling baik untuk menghadapi segalanya.      

Nyonya Besar Mu mendengus. Meskipun kata-kata Mu Siyin penuh dengan tipuan diri sendiri, tapi melihat tatapan Mu Siyin yang begitu bahagia membuatnya berpikir apa perpisahan Mu Siyin ini hanyalah sebuah ilusi.     

"Yinyin, Presiden Tengyue memperlakukanmu dengan baik, 'kan?"     

Mu Siyin tersenyum sinis mendengar pertanyaan itu, "Nenek tidak perlu menjebakku. Kehidupan asmaraku saat ini tidak ada hubungannya dengan perusahaan."      

Wajah Nyonya Besar Mu berubah, "Yinyin, aku adalah nenekmu. Aku punya kewajiban untuk mengurus kehidupan pribadimu."      

Mu Siyin tertawa sinis sambil menatap wajah Nyonya Besar Mu dengan terkejut, "Anda masih tahu bahwa Anda adalah nenekku? Aku pikir… aku orang pinggiran yang kalian pungut."      

Itu adalah kalimat yang sebenarnya tak perlu diucapkan oleh Mu Siyin. Ucapan itu membuat ekspresi Nyonya Besar Mu menjadi jauh lebih suram dan matanya menatap ganas. Namun, tatapan Nyonya Besar Mu terlalu dalam dan dia tidak bisa melihatnya dengan jelas.      

"Yinyin…. kamu tidak boleh mengatakan suatu omong kosong." Nyonya Besar Mu menurunkan pandangan matanya, jari-jari kurusnya memegang cangkir teh lebih erat.      

Mu Siyin meletakkan cangkir tehnya lalu menepuk tangan dan bangkit, "Baiklah, aku mengerti. Anda minum pelan-pelan, aku masih harus ke atas untuk membersihkannya."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.