Dear Pak Polisi..

Part 13



Part 13

0Anin melangkah ke luar apartemen bersama dengan Hanan.     

"Kamu yakin mau pulang sendiri? Ini sudah malam nin... Saya khawatir beneran.." ucap Hanan cemas.     

Anin berdiri di pintu saling berhadapan dengan Hanan.     

"Saya gak apa-apa pak .. Saya kan berani. "     

Ucap Anin sombong.     

"Tetap aja saya khawatir... Udah deh saya anter aja ya... Mobil kamu nanti saya suruh orang bawa..."     

"Gak mah bapak... Dibilang saya gak apa-apa kok.. Saya sering lagi bawa motor malam-malam."     

"Gak! Saya anter kamu pulang... Kamu itu baru berkunjung ke apartemen saya, jika terjadi sesuatu sama kamu, nanti saya yang kena. Udah, pokoknya kamu pulang sama saya titik!" tegas Hanan.     

"Bapak kan sakit??? Udah ah gak usah.."     

"Saya udah sehat dan besok juga saya udah mulai kerja .. Udah jangan bantah ya... Ayo saya antar.." ucap Hanan bersikeras.     

"Hmm yaudah iya .."     

"Siniin kunci mobil kamu.." ucap Hanan sambil mengulurkan tangan.     

Anin pun meletakkan kunci mobilnya pada tangan Hanan dan Hanan pun menerimanya. Mereka kemudian berjalan di lorong hotel.     

.......     

"Bi, Anin ke mana?" tanya Asni saat pulang dari Rumah Sakit bersama Wiranto.     

"Oh itu nya, non Anin lagi pergi ke tempat temennya.." ucap Bibi.     

"Ke mana?" tanya Asni lagi.     

"Maaf nya saya gak tahu... Tapi tadi siang teman-teman non Anin makan siang di sini."     

Wajah Asni terkejut.     

"Lho, siapa bi?"     

"Non Vio sama atuh Bibi teh lupa yak... Pokoknya cowok itu teh lebih dewasa dari non Vio dan non Anin nya.."     

"Oh yaudah makasih bi..."     

"Sama-sama nya..." Asni pun menyusul Wiranto yang sudah tiba di kamarnya.     

Dan Bibi pun melanjutkan pekerjaannya.     

......     

Radit duduk di ranjangnya dan bersandar pada penyanggah. Kedua tangannya ia letakkan di belakang kepalanya sambil kepalanya ia dongakkan menatap langit-langit di kamarnya.     

"Akhirnya gue bisa bertamu ke rumah Anin.. Lihat aja, gue bakal buat si polisi songong itu kesel hahah... Karena gue udah berhasil main ke rumah Anin.. Sedangkan dia? Nomor handphone Anin aja dia gak punya hahahah...." tawa Radit menggelegar seisi kamarnya.     

Ia kemudian mengambil ponselnya dan membuka galeri. Ia menzoom sebuah foto di sana.     

"Gak sia-sia tadi aku fotoin Anin diam-diam... Nyatanya dia emang benar-benar cantik... Semoga gue bisa beruntung memiliki lo nin.." ucap Radit dengan senyumnya.     

Ia kemudian melirik jam di kamarnya..     

"Woah... Ngantuk juga... Tidur ah siapa tahu gue mimpiin Anin.. Wkwkk" ia kemudian membaringkan tubuhnya dan tidur miring ke kanan sambil memeluk gulingnya. Dan kini ia sudah mulai memasuki alam mimpi.     

.....     

"Makasih pak.." ucap Anin sambil membuka seatbelt saat mobil Hanan telah sampai di depan rumahnya.     

"Sama-sama... Mobil kamu besok aja ya saya suruh orang anter ke sini."     

"Siap 86 heheh.." ucap Anin cengengesan.     

Hanan ikut tertawa kecil. "Udah mulai kamu ya.." canda Hanan.     

"Apa? Gimana? Mulai? Mulai apa?" tanya Anin bingung sambil mengernyitkan keningnya.     

"Udah mulai naksir sama polisi ya..." canda Hanan.     

Anin langsung mengerucutkan bibirnya.     

"Idih jangan kegeeran please"     

"Saya gak GR.. Saya hanya berharap perlahan kamu bisa menerima saya." ucap Hanan menatap Anin dalam. Mereka saling menatap.     

"Maaf pak saya belum bisa buka hati... Assalamualaikum.." ucapnya dan ke luar dari mobil Hanan.     

"Waalaikumsalam.." jawab Hanan hampir tak terdengar karena ia menjawab saat Anin telah ke luar dari mobilnya.     

"Semoga suatu hari nanti kamu bisa memahami perasaan saya yang sebenarnya dan bisa belajar untuk menerima saya nin.." lirihnya dan menancap gas mobilnya. Anin pun memasuki rumahnya.     

Ia berjalan santai menuju kamarnya.     

"ANIN!" Panggil seseorang dengan nada tinggi. Anin menghentikan langkahnya dan menoleh. Ia kemudian mematung.     

"Ma?" cicit Anin menatap Mama dan Papanya yang berjalan ke arahnya dengan tatapan serius.     

"Dari mana kamu?!" bentak Asni.     

"Jenguk teman aku yang lagi sakit." ucap Anin santai.     

"Siapa?!"     

"Kepo"     

"Jawab ANIN!!!" Kesal Asni.     

"Ihhh Mama kenapa sih? Aneh banget"     

"Siapa yang mengantar kamu tadi?" datar Wiranto.     

"Lah, papa juga ngapain sih ikut-ikutan Mama? Gak lucu ah!" kesel Anin.     

"Jawab!" tegas Wiranto.     

"Apa sih? Temen!"     

"Siapa nama dia Anin?!!!" geram Wiranto.     

"Hanan.." Jawabnya pelan.     

"Kenal dari mana kamu dengannya?"     

"Jalan"     

"Apa-apaan kamu?! Kenal di jalan sudah berani pulang malam seperti ini!" bentak Wiranto.     

"Di-"  Ucapan Anin dipotong oleh Asni.     

"Anin! Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk menjadi anak seperti ini!" emosi Asni.     

"Apa sih?! Dengarin aku dulu dong! Belum selesai ngomong udah dipotong aja ihhh!" kesal Anin.     

"Jelaskan!" datar Wiranto.     

"Aku ketemu sama dia di jalan..-"     

"Tuh kan" sanggah Asni.     

"Ish mama-"     

"Lanjutkan!" tegas Wiranto.     

"Hmm iya... Jadi dia itu polisi yang tilang aku waktu itu.. Terus dia tadi kabarin aku kalau dia sakit dan gak dinas. Katanya dia sendirian di apartemen dan belum makan dari pagi. Sebagai manusia yang memiliki hati, aku gak mungkin dong diam aja waktu aku tahu kondisi dia kayak gitu. Apa lagi dia pernah berbuat baik sama aku. Nah, jadilah aku bawain makanan buat dia tadi siang. Eh..." ucap Anin tiba-tiba dan memukul keningnya.     

"Kenapa?" tanya Asni bingung.     

"Aduhhh aku lupa bawa pulang kotak makannya.." ucap Anin was-was.     

"ANIN!!! Kamu Pasti pakai rantang Mama! Rantang imut mama kan?! Ngaku?!" kesal Asni terhadap kelakuan putrinya. Wiranto pun hanya geleng kepala jika sudah begini.     

"Ihhh yaudah sih besok kan bisa aku ambil.. Mama lebay ih"     

"Awas ya kalau sampai hilang atau rusak! Mama potong uang jajan kamu!" ancam Asni.     

"Pelit ih mama"     

"Biarin!"     

"Anin" ucap Wiranto.     

"Ya pa?"     

"Perbuatan baik apa yang pernah dia lakuin ke kamu? Sampai kamu sebegitu perhatiannya sama dia." tanya Wiranto curiga.     

"Ha lihat... Sifat suudzon nya muncul.. Kebiasaan.." nyinyir Anin.     

"Jangan bantah papa ya!" ucap Wiranto melotot.     

"Iya deh iya... Dia pinjemin aku helmnya dia dan alhasil dia sendirian pulangnya gak pakai helm, terus dia anterin aku sampai kampus waktu dia tilang aku. Tahu gak pa? Kata temennya dia itu sampai pulang malem cuma untuk menghindari polisi lain supaya gak ngelihat kalau dia berkendara gak pakai helm... Aku kan gak enak juga.."     

"Syukurlah kalau kamu masih tahu terima kasih." sindir Wiranto.     

"Papa ihhh kok gitu sih? Gini-gini aku masih punya hati."     

"Kadang-kadang doang" sambar Asni.     

"Ihhh terserah.. aku mau tidur aja .. Bye"     

ucap Anin dan meninggalkan keduanya yang geleng kepala melihat tingkah Anin.     

"Anak kamu itu.." ucap Wiranto.     

"Darah daging kamu." balas Asni.     

"Emak anak sama aja.." sindir Wiranto dan berlalu.     

"Iri bilang bos?" balas Asni tak mau kalah.     

Hai!!!     

Maaf banget karena aku baru update lagi..     

Tungguin terus ya update part dari cerita ini...     

Thank You <3     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.