Dear Pak Polisi..

Part 16



Part 16

0Wiran dan Asni sedang menonton televisi di ruang tv. Kemudian, Anin datang dan bergabung bersama mereka. Ia merebahkan diri di sofa panjang sambil mengemil cemilan. Aksi mengunyahnya berhenti saat fokusnya tertuju pada berita di tv.     

'Pemerintah baru saja mengesahkan UU mengenai ***** hal ini membuat banyaknya masyarakat yang tidak setuju atas hal ini. Diperkirakan besok, di depan gedung pemerintahan akan dilakukannya aksi oleh para mahasiswa-mahasiswi. Demikian berita ini saya sampaikan. Selamat sore.'     

Anin terdiam setelah mendengar berita itu.     

"Papa gak habis pikir dengan aturan sekarang. Aneh-aneh saja." ucap Wiran.     

"Aku juga gak ngerti pa.. Tapi di sisi lain, ada juga nilai positif yang diambil dari pengesahan UU ini.." ucap Asni.     

"Ya, nilai positifnya hanya sekian persen dari beberapa persen." ucap Wiran.     

Anin hanya mendengarkan obrolan orang tuanya tanpa berniat menambahi.     

"Yaudahlah biarin aja... Kita bisa apa coba? Mereka kan lebih berkuasa." ucap Asni.     

"Allah lebih berkuasa dari pada mereka. Nin, " ucap Wiran. Anin menoleh.     

"Kamu besok ikutan aksi gak?" tanya Wiran.     

Anin mengangguk. "Iya pa... "     

"Bagus! Bagaimana pun, kita harus menegakkan keadilan." ucap Wiran.     

"Iya pa.. Kalau gitu, aku ke kamar dulu." pamit Anin dan pergi ke kamarnya. Sesampainya di kamarnya, ia mengecek ponselnya. Sudah ada ratusan chat dari grup kelasnya yang mana isinya membahas tentang aksi besok.     

"Ya Allah .... Ada apa dengan negeriku?" lirih Anin.     

Drrrtttt....     

Ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.     

'Vio is calling you....'     

"Halo vi.." ucap Anin.     

'Assalamualaikum nin..'     

"Eh... Waalaikumsalam.. Kenapa vi?"     

'Lo udah lihat beritanya kan? Udah baca grup juga kan?' tanya Vio     

"Iya udah.."     

'Jadi, gimana? Lo ikutan aksi kan besok?'     

"Iya vi.."     

'Lo gak hubungi pak Hanan?'     

"Kenapa?"     

'Dia pasti kan besok ikut aksi. Gue harap kejadian di hari itu gak terulang lagi besok. Hari di mana lo mulai membenci polisi.'     

Anin terdiam. Ia menunduk lesu. Ia langsung mematikan ponselnya.     

Ia duduk di tepi tempat tidur.     

Perlahan tapi pasti, air matanya menetes.     

Ia teringat akan kejadian di masa lalu.     

#Flashback On     

Anin dan teman-temannya sedang mengikuti aksi. Dirinya dibuat terkejut kala melihat seorang temannya yang babak belur akibat dipukuli oleh salah seorang polisi.     

"Jeno! Lo kenapa?!" tanya Anin panik saat beberapa temannya menggotong Jeno.     

"Jeno digebukin sama polisi itu!" ucap Ali menunjuk seorang polisi di sana. Mata Anin menatap pada sosok yang ditunjuk oleh Ali. Ia memejamkan matanya tak percaya. Tangannya terkepal kuat.     

"Nin, udah, tenang, mungkin Ali salah tunjuk. Bukan Arga yang ngelakuin ini ke Jeno." ucap Vio.     

"Gue gak salah tunjuk vi.. Gue beneran karena gue juga dipukulin dia dan dua orang temennya tadi." ucap Ali.     

"Iya vi, gue juga lihat sendiri." tambah Arya.     

"Arga sialan!" umpat Anin.     

"Lo kenal sama polisi itu nin?" tanya Ali.     

"Pacar Anin." cicit Vio.     

"Apa?! Jadi, selama ini lo pacaran sama polisi nin?" tanya Arya.     

"Mulai detik ini gak akan lagi! Gue benci!" emosi Anin dan berjalan menghampiri Arga yang berada di sana. Vio ikut mengejar.     

"Arga!" bentak Anin. Arga pun terkejut melihat kedatangan Anin.     

"Anin? Kamu ikut aksi juga?" tanya Arga sedikit cemas.     

PARRRR!!!     

Anin menampar pipi Arga.     

"Kamu apain temen aku ARGA?!! Kamu apain ha?!" bentak Anin menekan nama 'Arga'.     

"Maksud kamu apa sih? Temen kamu yang mana?" tanya Arga sambil memegangi pipinya yang habis ditampar oleh Anin. Aksi keduanya menjadi sorotan orang-orang yang berada di sana.     

"Gak usah pura-pura lagi ya! Aku udah tahu semuanya! Kamu kenapa sih jahat banget?! Kenapa?! Untung ya aku ikut aksi jadi aku bisa tahu kelakuan kamu yang sebenernya!"     

"Astaga nin... Aku beneran gak tahu apa maksud kamu? Aku sama sekali gak ada mukulin siapa pun dari tadi. Aku dari tadi di sini, aku hanya berjaga tanpa mukulin siapa pun.. Kamu kenapa? Siapa yang bilang?" tanya Arga dengan tatapan serius.     

"Aku benci sama kamu! Mulai detik ini, jangan pernah kamu hubungi aku! Ternyata kamu gak sebaik yang aku kira ya!"     

"Anin... Aku sama sekali gak ngerti apa-apa." ucap Arga berusaha mengambil tangan Anin namun langsung ditepis oleh Anin.     

"Jangan pernah kamu datang lagi ke kehidupan aku!" Anin langsung meninggalkan Arga. Sementara, ada seseorang yang tersenyum melihat pertengkaran keduanya.     

'Akhirnya gue berhasil memisahkan kalian.' batin orang itu.     

#Flashback Off.     

.......     

Anin bersama teman-teman sudah berada di kelas. Menunggu instruksi dari dosen mereka, Radit. Radit pun memasuki kelas.     

"Ok, kita sudah membahas ini sebelumnya di grup, jadi saya harap kalian paham apa yang harus dilakukan. Ingat, mengutarakan pendapat boleh tapi anarkis jangan! Paham?!" ucap Radit.     

"Paham pak!" serempak mereka.     

"Ok, silahkan berangkat." ucap Radit. Mereka semua pun segera ke luar dari kelas. Sementara Anin dan Vio masih setia duduk di kursi.     

Radit menghampiri Anin.     

"Anin, kamu tahu kan , di mana ada aksi, di situ ada polisi?" Anin langsung mendongak pada Radit.     

"Maksud bapak apa?" tanya Anin tak terima.     

"Saya hanya menyampaikan. Mungkin di sana, akan ada Hanan. Saya harap Hanan tidak mengkasari para mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti aksi ini. "     

"Pak Hanan gak mungkin seperti itu." ucap Anin.     

"Kita tidak pernah tahu hati orang nin.." Radit lalu meninggalkan keduanya.     

Anin lalu menghubungi Hanan.     

"Assalamualaikum..." ucap Anin pada Hanan di sebrang telepon.     

'Waalaikumsalam nin... Ada apa?'     

Balas Hanan. Jika Anin saat ini melihat wajahnya secara langsung, maka Anin akan menemukan wajah pucat Hanan. Hanan benar-benar takut saat ini. Takut bahwa Anin akan salah paham padanya.     

"Bapak ikut mengamankan?"     

Deg!     

Hanan diam sesaat.     

'Iya'     

"Saya harap bapak tidak bertindak kasar. Assalamualaikum." Anin langsung memutuskan sambungan.     

Di lain sisi, Hanan cemas.     

"Semoga tidak ada salah paham yang terjadi di antara kita." gumam Hanan.     

"Ayo nan.." ajak Jordan Pada Hanan.     

Bismillah...     

Once more, cerita ini hanya fiktif berdasarkan khayalan author. Apabila ada kesamaan waktu, tempat dan kejadian, ini hanyalah ketidaksengajaan. Biasakan untuk membaca dengan baik. Author akan next part hari ini juga.     

Thank You<3     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.