Dear Pak Polisi..

Part 24



Part 24

0Sebelum dibaca, please vote and review terlebih dahulu....     

Thank You:sparkles:     

......     

Seorang lelaki tengah berada di dalam sebuah taksi dalam keadaan gelisah.     

"Semoga Anin bisa menerima gue. Gue takut banget kalau dia bakalan benci sama gue. Ya Allah... Tolong hamba ya Allah... Semoga kepulangan gue gak membawa bencana. Aamiin..." gumam lelaki itu.     

.....     

Radit tengah memeriksa tugas makalah para mahasiswanya. Kemudian, ketenangannya terusik oleh kehadiran seseorang.     

Tok Tok Tok...     

Seseorang mengetuk pintu ruangannya.     

"Masuk!" sahut Radit dari dalam.     

Ia kembali memeriksa tugas-tugas di depannya. Seseorang menemuinya.     

"Permisi pak.." cicit orang itu.     

"Oh, kamu." ucap Radit menoleh sekilas pada orang itu lalu kembali fokus memeriksa.     

"Sa-saya mau minta maaf pak.." ucapnya cemas.     

"Saya tidak peduli." datar nya tanpa melihat orang itu.     

"Saya mohon jangan kasih nilai yang jelek ke saya pak.. Saya gak mau ngulang mata kuliah bapak."     

"Saya tidak peduli! Kamu tidak punya sopan santun Vio! Kemarin kamu datang ke rumah saya tanpa izin, lalu membahas hal yang tidak penting, dan tadi, kamu bisa-bisanya mengeraskan suara kamu pada saat kamu berbicara dengan saya! Tidak punya sopan santun!" hardik Radit menatap tajam Vio.     

Vio menunduk.     

"Saya mohon pak maafin saya... Please pak... Saya janji bakal bantuin bapak supaya bisa rebut hati Anin.. Saya janji..." bujuknya.     

Brak!!!     

Radit menggebrak meja.     

"Saya tidak tertarik dengan tawaran kamu! Saya akan tetap pada prinsip saya! Silahkan ke luar dari ruangan saya!" ucap Radit menunjuk pintu ke luar. Namun, Vio masih berdiri di tempat.     

"Kamu tidak mau ke luar? Oh baiklah, saya yang akan ke luar." Radit membereskan semua makalah, memasukkannya ke dalam tas kerjanya, lalu ia bangkit dan keluar membawa tasnya. Vio masih diam di tempat.     

"Argh!!! Kenapa sih susah banget?! Gimana nasib gue kalau sampai gue harus ngulang matkul dia?! Bokap pasti marah sama gue dan akhirnya dia semakin membenci gue. Sialan!" umpatnya.     

.....     

Lelaki itu pun turun dari taksi setelah membayar cargo.     

Ia menatap rumah mewah di depannya. Seorang security rumah itu membukakan pagar dan ke luar.     

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya security itu pada lelaki yang menggunakan kaca mata hitam dan masker hitam serta topi hitam.     

"Saya ingin bertemu dengan Anindya.." ucapnya tanpa melepas maskernya.     

"Kalau boleh tahu, ada keperluan apa ya?" tanya security itu menyelidik.     

Jengah, lelaki itu pun membuka maskernya.     

"Allahuakbar! Den Rafka!!!" ucap Security itu tak percaya.     

"Jadi, boleh saya masuk?" tanya lelaki itu yang bernama Rafka.     

Security itu mengangguk.     

"Ya boleh atuh den... Aya aya wae aden ini. Masa gak boleh. Silahkan den.." ucap Security itu mempersilahkan.     

"Makasih pak jamal." ucap Rafka tersenyum. Ia kembali memakai maskernya.     

"Sama-sama den. Sini saya bawain kopernya den." ucap Jamal.     

"Silahkan pak.." ucap Rafka dan berjalan mendahului Jamal.     

Rafka melangkahkan kakinya memasuki rumah. Di ruang utama, terlihat sepi tak berpenghuni, lalu ia menaiki anak tangga dan sampai pada lantai 2 rumah itu. Masih dalam kondisi sepi. Ia pun memutuskan untuk memasuki sebuah kamar. Kamar yang telah lama tak berpenghuni.     

"Assalamualaikum.." ucapnya saat memasuki kamar kosong itu.     

"Den, ini kopernya saya letak di sini ya.. Kalau begitu saya teh permisi dulu." ucap Jamal.     

"Iya pak.. Makasih."     

"Sama-sama den.." Jamal pun meninggalkan Rafka sendiri . Rafka menarik kopernya dan meletakkannya di samping lemari nya. Ia lalu duduk di tepi tempat tidur, menatap sekeliling kamar.     

"I miss this room... Really miss it..." ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.     

Fokusnya terhenti saat mendengar suara seseorang.     

"Mama!! Ma.... Mama...." Anin berteriak memanggil mamanya sambil mencari keberadaan mamanya di luar kamar.     

Rafka menunduk lesu.     

"Anin.... Gue kangen banget sama lo... Apa lo bisa menerima gue kembali setelah kejadian lalu?" lirihnya meneteskan air mata. Ia masih pada posisinya.     

Sementara di luar, Anin masih sibuk mencari mamanya.     

"Bi!! Bibi!!!" teriak Anin.     

Tak lama, pembantunya pun datang.     

"Iya non, kenapa?" tanya Bibi.     

"Mama ke mana bi? "     

"Duh Nyonya lagi ke luar non.. Kenapa non?"     

"Obat aku diletakin di mana ya sama mama? Kok gak ada di kamar?"     

"Oh tadi bibi lihat ada di dapur. Biar bibi ambilin ya.."     

Anin mengangguk.     

"Bi, sekalian air hangat ya.."     

"Iya non, sebentar ya.."     

Anin mengangguk.     

Di dalam kamar, Rafka terus mendengarkan obrolan Anin dan Bibi.     

"Gue masih sangat takut untuk menemui Anin. Apa gue sepengecut itu?? Ya Allah..." gumamnya cemas.     

"Gak, gue gak boleh kayak gini. Kalau gue terus-terusan gini, kapan coba gue baikan sama Anin? Pokoknya gue harus ngomong sama Anin." Rafka lalu bangkit dari duduknya dan ke luar kamar. Anin telah memasuki kamarnya, berdiri di dekat jendela kamar dan menatap ke luar.     

Rafka mengetuk pintu kamar Anin yang terbuka.     

Tok Tok Tok!     

"Masuk. Obatnya letakin di nakas aja ya bi.." ucap Anin tanpa menoleh. Ia mengira bahwa yang datang adalah bibi.     

Rafka melangkah perlahan ke arah Anin.     

Merasa ada seseorang di belakangnya, Anin pun menoleh.     

"Ka-kamu?" gugup Anin.     

Rafka menatap khawatir Anin.     

"Anin..." ucap Rafka.     

"Ngapain ke sini?! Kenapa balik ke sini?! Pergi!" bentak Anin.     

"Aku minta maaf nin... Maafin aku ya.."     

"Gak! Pergi!"     

"Tolong dengerin penjelasan aku nin.."     

"Enggak! Pergi kamu dari sini!"     

"Tolong nin... 5 tahun kita sudah berpisah nin... Tolong jangan biarkan ini terus berlarut."     

"Aku gak peduli! Pergi!"     

Tok Tok Tok!     

Bibi mengetuk pintu.     

"Letakin di nakas." ucap Anin. Bibi pun meninggalkan mereka.     

"Tolong maafin aku nin.." ucap Rafka memohon.     

"Enggak! Kamu kan lebih memilih orang yang baru kamu kenal dari pada kami semua! Lalu, untuk apa kamu kembali?! Kamu gak percaya kan sama aku? Kamu bilang aku masih kecil gak tahu apa-apa.. Aku gak boleh ikut campur urusan kamu. Yaudah, kamu gak usah kembali lagi ke sini!"     

Rafka berusaha mengambil tangan Anin untuk digenggam.     

"Aku mohon maafin aku nin.."     

"Enggak!" Anin menepis tangan Rafka.     

"Mulai detik itu, aku membenci kamu! "     

"Tolong jangan benci aku nin... 5 tahun aku menyesali semuanya... Tolong nin.." Rafka menangis, ya ia menangis.     

"Aku sudah terlanjur membenci kamu!"     

.....     

Asni pulang ke rumah.     

"Nyonya, nya, non Anin sama den Rafka berantem." ucap Bibi pada Asni.     

"Astaghfirullah... Yaudah makasih bi.." ucap Asni dan langsung menuju kamar Anin.     

....     

"Aku minta maaf nin karena aku lebih memilih orang lain dari pada kalian semua. Aku minta maaf karena aku udah gak percaya sama kamu. Aku minta maaf nin... Maaf..." mohonnya dengan tangis.     

Anin menangis.     

"Hiks... Kamu udah nyakitin hati aku, mama dan papa! Kamu tahu gak?! Saat itu aku sakit hati banget! Aku udah berusaha mencari bukti tapi kamu lebih percaya dia! Kita kenal sejak kecil, tapi bisa-bisanya kamu lebih mempercayai dia! Sekarang kamu nyesel? Percuma!" Anin menghapus air matanya.     

Asni yang berada di ambang pintu hanya menyaksikan keduanya dengan tatapan sedih.     

'Ya Allah..  Tolong luluhkan hati Anin untuk bisa memaafkan Rafka..' Batin Asni.     

"Tapi aku sudah menyesali semuanya nin.. Apa yang kamu katakan ternyata benar adanya.. Maafkan aku."     

"Udahlah! Semua sudah terlambat."     

"Maafin aku nin... Kamu tahu kan, memutuskan tali silaturahmi itu dosa.. Tolong nin.."     

"Aku tahu! Tapi aku sudah sangat kecewa! Kemana aja kamu selama 5 tahun?! Kenapa gak balik ke sini sebelum 5 tahun?"     

"Aku belum berani nin.. Aku takut kamu marah."     

"Tetap saja! Aku tetap marah! Udahlah"     

"Maafin aku nin..."     

Asni menghampiri keduanya.     

Ia memeluk Anin.     

"Maafkan kakak kamu nin..." ucap Asni.     

Yaps, Rafka adalah kakak angkat Anin.     

"Enggak ma..." tangis Anin di pelukan Asni.     

"Bagaimana pun kita semua adalah keluarga... Tolong nak... Biarkan kita kembali seperti dulu. Mama sangat merindukan keluarga kita yang dulu." ucap Asni menatap sendu Anin. Tak kuasa melihat kesedihan Asni, akhirnya Anin memutuskan.     

"Ok! Aku maafin kamu! Tapi jika kamu kembali mengulangi, jangan harap ada maaf lagi untuk kamu!" ucap Anin.     

"Makasih nin makasih. Aku janji aku gak akan ulangi ini lagi." ucap Rafka menatap dalam Anin.     

"Sini nak.." ucap Asni memanggil Rafka. Rafka mendekat ke arah Asni. Ia memeluk Rafka dan Anin.     

"Tolong jangan bertengkar lagi.." ucap Asni pada keduanya dalam peluknya.     

Alhamdulillah akhirnya bisa update lagi..     

Sebelumnya maaf ya karena author baru bisa update, author sakit semalem. Jadi mohon maaf...     

Happy Reading:red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.