Dear Pak Polisi..

Part 25



Part 25

0Hanan tengah berdiri di balkon kamarnya menatap langit malam yang sangat indah. Ada banyak bintang di sana.     

"Kalau ada satu bintang yang jatuh, aku akan meminta pada Allah untuk kembali menyatukan kita, mempertemukan kita dan memperbaiki semuanya. Aku benar-benar merindukan kamu Anin... Aku sangat merindukan kamu nin... Apa kamu juga merasakan hal yang sama?" monolog Hanan menatap langit dengan mata yang berkaca-kaca. Kemudian, ada satu bintang yang jatuh.     

"Masya Allah... Semoga apa yang aku doakan tadi benar-benar menjadi kenyataan. Aamiin ya Allah..."     

Hanan lalu memasuki kamarnya. Ia berwudhu lalu berdoa dan tidur.     

"Semoga hari esok bisa menjadi lebih baik. Aamiin ya Allah.." ucapnya di akhir do'a.     

.......     

"Rafka, tolong kamu panggilin Anin ke kamarnya ya.. Suruh dia makan malam bareng kita." ucap Asni pada Rafka yang tengah membantunya menyiapkan makan malam.     

"Iya ma, aku ke atas dulu ya.."     

"Iya nak.." ucap Asni dengan tersenyum. Sepergian Rafka, Wiran pulang dan disambut oleh Asni.     

"Assalamualaikum.." ucap Wiran memasuki rumah.     

"Waalaikumsalam pa.." balas Asni menyalim tangan Wiran dan mengambil tas kerjanya.     

"Wangi banget... Masak apa ma?" ucapnya mengendus aroma masakan.     

"Rahasia dong... Udah papa bersih-bersih dulu ntar kita dinner bareng." ucap Asni tersenyum.     

"Kok tumben?"     

"Udah sana pa..." Ucap Asni sedikit mendorong tubuh Wiran.     

"Ya Allah ma segitunya.." ucap Wiran dan berjalan ke kamarnya.     

Asni hanya cekikikan dan kembali ke dapur.     

......     

"Nin..." ucap Rafka memasuki kamar Anin yang pintunya terbuka separuh. Anin tengah memakai hijabnya di depan cermin.     

"Ya?" tanya Anin sambil menusukkan jarum pada hijabnya. Rafka berjalan ke arahnya.     

"Makan malam yuk... Mama udah siapin di bawah." Ucap Rafka.     

"Iya bentar ya bang..."     

"Iya.. Kamu udah isya kan?"     

"Alhamdulillah udah.."     

"Alhamdulillah.."     

"Dah.. Yuk.." ajak Anin dan bangkit dari depan cermin.     

"Makin cantik kamu ya.." ucap Rafka tertawa kecil.     

"Baru tahu ya.." Anin balik melece Rafka.     

"Udah sehat wal'afiat kan?"     

"Udah dong.."Jawab Anin Semangat.     

"Syukurlah...."     

......     

Tok Tok Tok....     

Seseorang mengetuk pintu rumah Anin.     

"Bi, tolong bukain ya.." ucap Asni pada Bibi yang berada di sebelahnya.     

"Baik nya.." Bibi pun segera membukakan pintu.     

.     

.     

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" ucap bibi sopan.     

"Malam... Saya Radit, bisa saya bertemu dengan Anin?" balas Radit sopan. Yaps, tamunya adalah Radit. Radit tengah membawa sesuatu di tangannya. Ada sebuah paper bag di tangan kirinya dan ada buah-buahan segar yang dikemas di dalam keranjang buah.     

"Silahkan masuk mas..." ucap Bibi mempersilahkan dengan ramah.     

Radit hanya mengangguk dan masuk.     

"Mas, tunggu di sini dulu ya.." ucapnya pada Radit agar ia menunggu di ruang tamu.     

"Iya bi."     

Bibi pun pergi menemui Asni.     

"Nya... " ucap Bibi.     

"Ada apa bi?"     

"Itu nya ada yang pengen ketemu sama non Anin.."     

"Siapa bi?"     

"Radit namanya nya.."     

"Radit? Ya sudah saya temui dulu ya.. Bibi tolong bereskan ini." ucap Asni. Ia pun menemui Radit.     

Saat Radit melihat Asni, ia langsung bangkit dari duduknya dan menyalim tangan Asni.     

"Selamat malam tan..." ucapnya sopan.     

Asni tersenyum. "Ya, selamat malam. Ada apa ya nak Radit?" tanya Asni to the point.     

"Kedatangan saya ke sini untuk menjenguk Anin tan... Apakah bisa?"     

"Oh menjenguk Anin... Bisa kok... Oh iya, kami akan dinner bersama, kalau kamu mau, kamu bisa sekalian ikut dinner bareng kita." ucap Asni tersenyum.     

"Jika tidak merepotkan tidak masalah tan heheh..."     

"Oh tentu tidak. Mari ikut tante.."     

.     

.     

Anin dan Rafka telah berada di meja makan. Mereka saling melempar canda tawa. Hingga kehadiran Radit mengheningkan keadaan.     

"Pak Radit?" ucap Anin terkejut.     

"Hai nin.." sapa Radit tersenyum.     

"Bapak ada apa ya ke sini?"     

"Saya hanya ingin menjenguk kamu. Maaf karena saya baru bisa ke sini soalnya ada banyak kerjaan yang harus saya selesaikan tadi."     

"O-oh.. Iya pak.. Hmm silahkan duduk pak.."     

"Hm nin, ini untuk kamu. Cepat sembuh ya.." Radit memberikan paper bag dan buah tersebut Pada Anin. Rafka hanya melirik tak suka pada interaksi keduanya. Radit pun duduk. Tak lama, Wiran datang dan ikut duduk di sana.     

"Lho, Rafka, kamu di sini?" kaget Wiran.     

"Iya pa.. Maaf ya pa aku gak izin dulu." ucap Rafka.     

"Ah iya tidak apa-apa. Papa senang karena akhirnya kamu dan Anin bisa baikan." ucap Wiran.     

"Iya pa.."     

"Ohya, ini siapa?" tanya Wiran pada Radit.     

"Hm pa, ini pak Radit, dosen aku di kampus." ucap Anin.     

"Saya Radit om.." ucap Radit.     

"Oh saya Wiranto.. Terima kasih sudah berkenan hadir ke sini." ucap Wiran.     

"Eh iya om sama-sama."     

"Yaudah, kita mulai dong dinner nya. Sebelumnya jangan lupa berdoa ya..." ucap Asni memecahkan kecanggungan yang ada.     

.......     

Arga tengah mondar mandir di kamarnya sambil menggenggam ponselnya.     

"Anin ke mana sih? Dari kemarin sehabis pulang dari sini dia gak ngabarin gue?! Apa jangan-jangan Anin mau menghindari gue? Dia mau ninggalin gue lagi?! Gak! Anin gak boleh jauh lagi dari gue! Anin milik gue!" kekeuh Arga. Ia lalu mencoba menghubungi Anin kembali namun nomornya masih tidak aktif.     

"Apa-apaan sih Anin?! Dia beneran mau hindari gue?! Kalau memang iya, gue gak akan pernah biarin! Sialan!" umpatnya.     

Ia lalu menghubungi nomor seseorang.     

"Lo cari tahu soal dia, kenapa nomornya gak aktif?! Dan kenapa dia gak ngabarin gue?!" ucap Arga pada seseorang di sebrang telepon.     

Tut!     

Arga memutuskan sambungan sepihak.     

"Lihat aja nin, lo gak akan pernah bisa jauh dari gue lagi! Gak akan pernah bisa!" ucapnya penuh penekanan.     

Tring!     

From : Kaki tangan     

Bos, menurut informasi dari temannya, Anin sedang sakit. Dia gak ngampus tadi pagi.     

Setelah membaca pesan itu, Arga membuang handphonenya ke tempat tidur.     

"Jadi, Anin sakit?! Argh! Kenapa gak ngabarin gue sih?! Apa gue udah gak penting lagi menurut lo nin?! Segitunyakah?! Apa karena gue sedang sakit sekarang?! Nin, asal lo tahu, gue udah sehat sejak 2 bulan yang lalu!" kesal Arga.     

"Gue sengaja pura-pura sakit di depan semua orang supaya lo kembali ke pelukan gue! Tapi kenapa sih susah banget buat ngerebut hati kamu kembali?! Apa karena di hati kamu sudah ada nama lain?! Aku gak akan pernah biarin itu terjadi! Aku akan buat kamu kembali ke dalam pelukanku!" ucapnya dengan sorot mata tajam.     

.....     

"Anin, aku mau bicara sama kamu." ucap Rafka saat makan malam telah selesai.     

"Hm nak Radit, mari ikut kita ke ruang tv." ucap Wiran.     

"Eh iya pak.." balas Radit. Wiran sengaja seperti itu agar Radit tidak salah paham.     

Rafka dan Anin pergi ke halaman belakang rumah sedangkan Wiran, Radit dan Asni pergi ke ruang tv.     

Rafka dan Anin tengah berada di tepi kolam renang sambil berjalan.     

"Ada hubungan apa kamu dengan Radit?" tanya Rafka to the point.     

"Dosen dengan mahasiswa." balas Anin enteng.     

"Kenapa dia bisa sedekat itu sama kamu?"     

"Ya wajar."     

"Gak ada yang wajar di antara kedekatan mahasiswa dengan dosennya."     

"Ada. Tukang helm aja baru kenal udah akrab sama aku. Polisi aja baru kenal udah mau anterin aku ke kampus. Dosen yang baru kenal aja peduli banget sama aku."     

"Jangan samakan setiap orang!" hardik Rafka.     

"Semua orang itu beda sama kamu! Jadi, jangan pernah samakan mereka dengan kamu!" balas Anin tak kalah sengit.     

"Aku minta maaf untuk setiap kesalahan yang pernah terjadi. Tapi sebagai abang, aku slalu ingin yang terbaik untuk kamu."     

"Gak usah alibi deh. Udah ya.. Aku udah maafin kamu tapi itu bukan berarti kamu berhak larang aku dekat dengan siapa pun. Aku punya hak untuk dekat dengan siapa pun. Ingat, hubungan kita yang dulu dengan sekarang sudah jauh berbeda. Saya, kembali menerima kamu itu karena Mama! Bukan karena keinginan saya! Jadi, berhenti untuk bersikap peduli terhadap saya!" tegas Anin.     

"Kamu berbeda nin... Aku tidak mengenal kamu yang sekarang. " ucap Rafka kecewa.     

"Anda yang telah mengajarkan saya menjadi seperti ini.!" Anin langsung meninggalkan Rafka yang terdiam.     

"Ya Allah..." lirih Rafka.     

Hola!!     

Alhamdulillah akhirnya bisa update lagi.     

Thank You Readers:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.