Dear Pak Polisi..

Bangunan Megah Melebihi Impian



Bangunan Megah Melebihi Impian

0Andre dan Alex kini sedang dalam perjalanan menuju proyek. Ketika sedang dalam perjalanan, Alex tiba-tiba bersuara.     

"Apa gak lebih baik jika kita langsung ke kantor polisi aja dan menyerahkan bukti-bukti ini, ndre??" ucap Alex.     

"Iya sih.. tapi bagaimana pun juga kita perlu mengkonfirmasi hal ini pada Hanan terlebih dahulu.." ucap Andre.     

"Iya sih.. ya udahlah kita ke proyek aja dulu." ucap Alex.     

Drrrrrttt...     

Dering ponsel Andre. Andre pun mengambil ponselnya dan membaca nama penelpon yang tertera pada layar ponselnya.     

"Eric nih.. " ucap Andre.     

"Ya udah terima aja.. siapa tahu penting." ucap Alex.     

Andre pun mengangguk. Ia lalu menerima panggilan dari Eric.     

"Ya halo ric?? Ada apa?" ucap Andre pada Eric di seberang telepon.     

"Gimana Ndre? Kalian sudah berhasil mendapatkan buktinya??" ucap Eric.     

"Udah nih ric... kenapa?? Kalian masih di proyek?" ucap Andre.     

"Gue dan Andre saat ini sedang berada di kantor polisi, ndre.. kita ditugaskan oleh Hanan untuk melaporkan kejadian itu ke kantor polisi.. kalau memang lo dan Alex sudah mendapatkan buktinya, tolong dong kalian ke sini.. supaya pihak kepolisian bisa lebih mudah mengusut kasus ini." ucap Eric.     

"Oh gitu.. iya iya gue dan Alex ke sana sekarang juga ya.." ucap Andre.     

"Oke oke ndre .. kami tunggu." ucap Eric.     

"Oke.." ucap Andre.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Kenapa ndre?" ucap Alex.     

"Kita disuruh langsung ke kantor polisi aja karena Eric dan Jordan juga udah di sana disuruh sama Hanan.." ucap Andre.     

"Oh gitu.. ya udahlah kita langsung ke sana aja.. pak, ke kantor polisi terdekat dari proyek ya pak.. tahu kan pak?" ucap Alex pada sopir yang mengantar mereka.     

"Iya iya pak saya tahu.." ucap sopir. Alex pun mengangguk.     

...     

Setelah melaporkan masalah tersebut pada pihak berwajib, akhirnya pelaku berhasil ditangkap dan diamankan oleh petugas kepolisian.     

Kini, proyek bisa kembali dilanjutkan dan Hanan telah mengurus semua biaya administrasi pekerja di proyek dan kondisi mereka juga kini telah membaik.     

Hanan dan yang lainnya kini telah tiba di rumah.     

Sesampainya di rumah, mereka langsung beristirahat.     

...     

Satu bulan kemudian....     

Akhirnya setelah satu bulan, proyek rumah sakit milik Wiran berhasil diselesaikan dengan tambahan jumlah pekerja yang dilakukan oleh Hanan serta beberapa alat bantu yang lebih canggih untuk mempercepat penyelesaian proyek tersebut.     

Seminggu yang lalu, Wiran akhirnya sadar dari komanya. Selama kepengurusan proyek tersebut, Hanan, Anin beserta yang lainnya harus stay di Medan untuk memantau proses pengerjaan proyek tersebut secara langsung.     

Sedangkan Andre dan Alex harus bolak-balik Medan-Bandung untuk memeriksa kondisi Wiran dan juga perusahaan Hanan.     

Selama sebulan ini, Andre dan Alex sangat berjasa untuknya. Hanan telah berjanji pada dirinya sendiri jika nanti dirinya akan memberikan sesuatu yang mampu memperbaiki perekonomian sahabat-sahabat baiknya.     

Andre dan Alex membawa Wiran ke rumah Hanan yang berada di Medan sebelum mereka berangkat ke rumah sakit Wiran yang telah selesai dibangun.     

Melihat kedatangan Wiran, Anin langsung berlari menyambut papanya dan memeluknya. Anin sangat merindukan sosok papanya setelah sekian lama tidak bertemu.     

"Papa!!" ucap Anin bersemangat seraya berlari ke pelukan Wiran.     

"Anin.. papa sangat merindukan kamu, nak.." ucap Wiran.     

Hanan benar-benar terharu melihat kedekatan sosok ayah dan anak perempuan itu yang merupakan istri dan mertuanya.     

"Anin juga kangen banget sama papa.. papa sudah sehat kan?? Maafin Anin ya pa karena Anin gak bisa mendampingi papa selama masa koma papa.." ucap Anin.     

"Iya sayang gak apa-apa.. papa mengerti nak.. papa tahu bahwa kamu juga memiliki tanggung jawab lain." ucap Wiran seraya mengusap air mata di pipi Anin.     

"Makasih pa.. Anin senang banget karena akhirnya papa sudah kembali sehat." ucap Anin.     

Wiran tersenyum.     

"Iya nak alhamdulillah.. ini rumah kamu dan Hanan yang baru??" ucap Wiran.     

Anin tampak menoleh pada Hanan dan bertanya. Hanan lalu mengangguk.     

"Iya pa.. ini rumah kami yang ada di Medan." ucap Hanan.     

"Masya Allah.. papa senang sekali melihat kamu yang semakin sukses, nan.. terima kasih ya nan karena kamu sudah benar-benar menjaga dan membahagiakan anak papa.. papa dengar, kamu juga yang menanggung semua biaya rumah sakit papa. Sekali lagi terima kasih, nan.." ucap Wiran.     

Hanan tersenyum dan mengangguk.     

"Iya pa sama-sama.. Hanan senang bisa membantu papa.. Oh iya pa.. Hanan dan Anin punya kejutan lho untuk papa.." ucap Hanan.     

"Iya pa.. kita punya kejutan untuk papa.." ucap Anin tersenyum bahagia.     

"Kejutan? Kejutan apa nak?" ucap Wiran.     

"Kejutannya gak ada di sini pa.. tapi ada di suatu tempat.. Dan selama perjalanan itu, mata papa harus ditutup ya.." ucap Anin.     

"Baiklah.. iya iya papa bersedia jika mata papa akan ditutup.. papa benar-benar penasaran sekali dengan kejutan seperti apa yang akan kalian berikan pada papa.." ucap Wiran.     

Anin lalu menutup mata Wiran dengan kain penutup. Mereka lalu bergegas memasuki mobil dan melakukan perjalanan menuju rumah sakit.     

Tak lama melakukan perjalanan, mereka pun akhirnya tiba di rumah sakit milik Wiran.     

Mereka lalu turun dari mobil.     

"Kita mau ke mana sih ini nak??" ucap Wiran.     

"Sebentar lagi akan sampai kok pa.. papa tenang aja ya.." ucap Anin.     

Wiran pun mengangguk.     

"Iya iya nak.." ucap Wiran.     

Mereka pun tiba di depan gerbang rumah sakit tepatnya di mana pita yang akan digunting dipasang sebagai pembatas untuk acara peresmian grang opening rumah sakit tersebut.     

Mereka berhenti di sana.     

"Apa kita sudah sampai nak??" ucap Wiran.     

"Sudah pa.. aku akan membuka mata papa dalam hitungan ketiga ya pa.." ucap Anin.     

Wiran pun mengangguk.     

"Papa benar-benar deg-degan sekali nak.." ucap Wiran.     

"Satu... dua... tiga..." ucap orang-orang yang ada di sana. Airin lalu membuka penutup mata Wiran.     

Ketika matanya dapat melihat dengan sempurna apa yang ada di depan dan sekelilingnya, Wiran benar-benar takjub dan tak percaya atas apa yang ia lihat saat ini.     

Matanya berbinar-binar menatap bangunan bernuansa putih yang mewah dan gagah yang berdiri di depannya. Ini lebih dari apa yang Wiran impikan mengenai bangunan rumah sakit tersebut.     

"Anin.. apakah ini bangunan rumah sakit??" ucap Wiran dengan mata yang tak berkedip. Anin pun mengangguk dan tersenyum.     

"Iya pa.. ini bangunan rumah sakit." ucap Anin.     

"Tapi milik siapa rumah sakit yang indah dan megah ini, nin??" ucap Wiran.     

Anin dan Hanan saling memandang dan tersenyum.     

Hanan pun mengangguk sebagai isyarat pada Anin.     

"Ini adalah bangunan rumah sakit milik papa, pa.. Ini punya papa.." ucap Anin dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu.     

Wiran benar-benar tak percaya atas apa yang disampaikan oleh Anin kepadanya.     

"Anin.. kamu tidak sedang membohongi papa kan??" ucap Wiran.     

Wiran lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi dan ternyata....     

.....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.