Dear Pak Polisi..

Mimpi Berisyarat



Mimpi Berisyarat

0Keesokkan harinya....     

Anin bersama dengan Wil, Aurora dan juga Zivan saat ini tengah menikmati sarapan pagi mereka di meja makan.     

"Bagaimana keputusan kamu??" tanya Wil pada Anin di sela-sela makan.     

Anin menggeleng.     

"Saya tidak akan bertemu dengan orang tuanya pak Radit..." ucap Anin dengan lemah dan menunduk.     

"Kenapa?" ucap Wil.     

"Ada suatu hal yang membuat saya mengurungkan niat saya untuk mengiyakan permintaan pak Radit.." ucap Anin.     

"Apa itu?" Ucap Wil.     

"Tolong jangan bahas hal itu sekarang, Wil... Kita sedang berada di meja makan dan menikmati sarapan pagi saat ini.. jangan membuat suasana menjadi canggung hanya karena obrolan tidak penting kita ini.." ucap Anin ketika dirinya mengetahui bahwa ekor mata Zivan terus melirik ke arah dirinya dan juga Wil.     

Merasa tersindir, Zivan langsung mengalihkan tatapannya pada makanannya.     

"Miss, nanti kita main ya.. kan kemarin kita gak jadi main.." ucap Aurora pada Anin.     

Anin pun tersenyum lalu mengangguk.     

"Iya dong.. tentu .." ucap Anin.     

"Temui saya setelah kamu selesai sarapan di ruang kerja saya... jangan beralasan!" ucap Wil.     

"Hmmm.." ucap Anin hanya dengan deheman saja.     

......     

"Paman... Paman tidak ada jadwal apa pun kan hari ini??" ucap Aurora menghampiri Zivan yang sedang duduk di sofa seraya memainkan ponselnya.     

Aurora datang menghampiri Zivan dengan sebuah box berisi mainan-mainannya.     

"Paman sibuk... kamu main sendiri saja di kamar..." ucap Zivan.     

Aurora pun lalu menunduk.     

"Baiklah.. maafkan aku karena aku mengganggu waktu paman.." ucap Aurora memutar tubuhnya dengan kekecewaan.     

'Sebenarnya aku juga kasihan pada Aurora.. dia seperti kekurangan kasih sayang karena ada atau tidaknya Wil di rumah ini, dia tetap saja tidak memedulikan Aurora. Lalu untuk apa dia mengasuh anak ini jika dia sendiri enggan merawatnya?? Bodoh! Apa lagi semenjak sekarang ada Anindya di rumah ini, Wil menjadi lebih fokus pada Anindya karena Janji itu... hmm.. semoga aja dia gak jatuh cinta sama si Anin..' ucapan Zivan di dalam hatinya.     

Zivan lalu bangkit dari duduknya dan memanggil Aurora yang langkahnya belum terlalu jauh dari sana.     

"Aurora!" panggil Zivan pada Aurora yang membuat Aurora memutar tubuhnya dan menoleh.     

"Ya Paman??" ucap Aurora.     

"Paman ingin pergi ke supermarket.. apa kamu mau ikut?? Kamu boleh beli fast food apa pun yang kamu mau... chocolate? Ice cream?? Whatever it is.. ayo!!" ucap Zivan dengan senyum.     

Aurora yang semula cemberut langsung tersenyum.     

Aurora pun lalu mengangguk.     

"Iya Paman.. tentu.. aku mau... tapi, boleh aku simpan mainan ini terlebih dahulu??" ucap Aurora.     

Zivan pun tersenyum lalu mengangguk.     

"Ya tentu... paman tunggu di mobil sedan warna hitam milik paman ya.." ucap Zivan..     

Aurora pun mengangguk.     

"Oke paman.. siap!!" ucap Aurora seraya mengaxungkan ibu jarinya.     

Aurora lalu berlari menuju kamarnya untuk menyimpan mainan nya. Sedangkan Zivan pergi keluar rumah untuk memanaskan mobilnya.     

'Semoga dengan cara ini, bisa menebus kesalahan paman yang kemarin yang sempat mengabaikan kamu hanya karena kesal pada Wil..' ucap Zivan di dalam hatinya.     

......     

Anin dan Wil kini sedang berada di dalam ruang kerja Wil.     

"Ada apa??" ucap Anin ketika dirinya baru saja mendudukkan diri pada kursi di depan meja kerja Wil.     

"Apa hal yang membuat kamu mengurungkan niat kamu untuk mengiyakan permintaan Radit?? Bisa kamu beritahukan hal itu pada saya??" ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Saya memimpikan pak Hanan..." ucap Anin.     

'Karena dia benar-benar merindukan kamu..' ucap Wil di dalam hatinya.     

"Lalu? Apa yang kamu lihat di dalam mimpi itu sampai kamu mengurungkan niat kamu untuk mengiyakan permintaan Radit?" Ucap Wil.     

"Saya dipertemukan dengan pak Hanan... tapi pada saat itu, dia hanya diam dan menangis. Dia bahkan menunduk dan tidak mau menatap wajah saya.. karena di mimpi itu, saya dan pak Radit menikah.. lalu pak Hanan datang di acara pernikahan kami.. dia benar-benar kecewa pada saya.. bahkan dia membenci saya hiks.." ucap Anin terisak dan menunduk.     

"Bagaimana bisa kamu bermimpi akan hal itu?" ucap Wil.     

Anin pun menggeleng.     

"Saya gak tahu.. tapi saya takut jika semua yang ada di dalam mimpi saya itu benar-benar terjadi.. saya takut seperti apa yang kamu katakan pada saya malam itu jika sampai sandiwara itu berlanjut dan saya dengan terpaksa pada akhirnya harus menghentikan sandiwara itu lalu mengalah untuk orang tua pak Radit.. saya takut menyakiti banyak pihak dengan harapan palsu dan kebohongan ini.. saya gak mau... Ta-tapi Wil.. saya belum menghubungi pak Radit karena saya benar-benar gak sanggup untuk mengatakan hal ini padanya." ucap Anin.     

"Saya mengerti nin.. tapi mau tidak mau kamu tetap harus mengatakan hal ini pada Radit.. dari pada kamu akhirnya mengecewakan dia lebih dalam lagi..?? Sakit di awal itu lebih baik dari pada manis di awal tapi pahit di akhir.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya Wil.. kamu benar... nanti setelah ini, saya akan memberitahu hal ini pada pak Radit dan semoga saja dia tidak kecewa atas jawaban saya.." ucap Anin.     

Wil tersenyum.     

"Keputusan yang kamu pilih sudah tepat kok nin.. ini lebih baik dari pada nantinya akan menyakiti banyak pihak terutama diri kamu sendiri.." ucap Wil.     

Anin mengangguk.     

"Iya Wil.. maafkan saya karena saya sempat berdebat sama kamu malam itu mengenai hal ini.. maaf.." ucap Anin merasa bersalah.     

"Iya nin.. gak apa-apa kok.. saya paham.. paham sekali bahkan... ya sudah kamu boleh keluar kok dari ruangan saya.. dan bisa untuk menghubungi Radit atau nanti setelah itu, kamu bisa main dengan Aurora.." uvap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya Wil.. terima kasih.. hmm... tapi kamu gak mau main dengan Aurora juga?" ucap Anin.     

Wil menggeleng.     

"Saya sibuk nin.. ada banyak hal yang harus saya urus dan selesaikan.. maaf ya.." Ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya Wil.. gak apa-apa kok.. saya paham.. hmm ya udah kalau begitu saya permisi dulu ya Wil.. kamu semangat kerjanya.." ucap Anin dengan senyum menyemangati di akhir.     

Wil pun tersenyum dan mengangguk.     

"Iya Nin.. thank you.." ucap Wil.     

Anin hanya membalasnya dengan mengangguk. Anin lalu bangkit dari duduknya dan beranjak keluar meninggalkan ruang kerja Wil.     

"Saya sudah berjuang sejauh ini untuk hubungan kamu dan Anin, nan ... dan saya harap, setelah semua perjuangan ini, kamu gak lagi mengecewakan Anin.. semoga kalian bisa bahagia dan bersatu setelah ini.." ucap Wil.     

Tring...     

Sebuah pesan masuk ke nomor Wil. Wil pun segera membukanya dan membalasnya.     

'Saya akan selalu menepati janji itu..' ucap Wil di dalam hatinya.     

............     

Maafkan Typo....     

Thank You for Reading....     

Please support this novel....     

:red_heart::red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.