Dear Pak Polisi..

Misterius



Misterius

0"Mas Rafka juga kalah melawan mereka semua mbak karena jumlah mereka yang begitu banyak.. bahkan dua security yang berjaga di depan aja langsung ambruk, mbak.." ucap Bibi.     

"Ya Allah.. Papa!" gumam Anin dan langsung tersentak mengingat Wiran.     

Segera Anin berlari menuju kamar Wiran dan juga Asni. Wil yang berada di sana pun melakukan hal yang sama seperti apa yang Anin lakukan.     

......     

Rafka telah selesai membuat proposal pengajuan untuk ide bisnis yang baru untuk perusahaan keluarga mereka.     

"Oke udah selesai.. ntar gue tinggal bicarakan ini dengan papa dan Anin saja.. huuuh..." monolog Rafka. Dirinya pun menghembuskan nafas di akhir.     

"Bagaimana kondisi mama sekarang ya?? Apa yang bisa gue lakukan untuk menyelamatkan mama dari mereka??" gumam Rafka.     

"Tapi kalau gue melakukan semua ini sendirian, tentu rasanya akan sia-sia... karena kemarin aja gue kalah sama mereka yang sebanyak itu.. ya Allah.." gumam Rafka dengan penuh kecemasan.     

.....     

"Papa!!" ucap Anin sedikit berteriak kala dirinya memasuki kamar kedua orang tuanya.     

Anin langsung berhambur ke pelukan Wiran yang langsung dibalas oleh Wiran.     

"Nak.." ucap Wiran memeluk Anin dengan sangat erat.     

Wil yang menyaksikan hal tersebut merasa sedikit tersentil hatinya dan terharu.     

'Anin terlihat sangat menyayangi kedua orang tuanya.. Dia benar-benar mencemaskan kondisi mama dan papanya.. kamu memang perem idaman, nin..' ucap Wil di dalam hatinya.     

Anin dan Wiran pun lalu melerai pelukan keduanya.     

"Pa, bagaimana bisa mama hilang??" ucap Anin bertanya pada Wiran.     

Wiran diam sejenak.     

"Papa yakin bahwa hilangnya mama kamu itu pasti ada kaitannya dengan Rafka.. papa yakin nak.." ucap Wiran.     

"Kenapa papa bisa berpikir seperti itu tentang bang Rafka?? Apa papa punya bukti yang kuat yang membuat papa sampai menuduh bang Rafka seperti itu??" ucap Anin.     

'Kenapa papanya Anin justru menuduh Rafka sebagai pelakunya?? Bukankah tadi pembantunya Anin sendiri bilang bahwa Rafka pun ikut membantu menyelamatkan mamanya Anin dengan melawan para pelaku tersebut tapi dia kalah.. lantas mengapa papanya Anin menuduh Rafka debagai pelakunya ya??' ucap Wil di dalam hatinya penuh tanda tanya.     

"Papa melihat di cctv nin..." ucap Wiran.     

"Ya udah, Anin juga mau coba lihat cctv nya.." ucap Anin berusaha untuk menenangkan Wiran.     

Wiran lalu menunjukkan isi rekaman cctv tersebut yang mana memperlihatkan keributan yang terjadi di rumah itu pada malam itu.     

"Pa, papa lihat kan?? Bang Rafka juga ikut membantu melawan penjahat itu.. terus kenapa papa berpikir bahwa bang Rafka sebagai pelakunya??" ucap Anin.     

Wil pun mengamati setiap pergerakan di dalam rekaman cctv tersebut.     

"Tapi firasat papa mengatakan bahwa semua ini ada campur tangan dari dia.." ucap Wiran.     

'Kenapa papanya Anin masih saja bersih keras menganggap bahwa Rafka juga ikut terlibat dalam hal ini ya?? Apa yang sebenarnya telah terjadi??' ucap Wil di dalam hatinya.     

"Ya udah ya udah iya pa.. papa tenang ya.. papa jangan seperti ini.. aku akan bantu papa untuk mencari mama.. udah ya pa.. " ucap Anin berusaha menenangkan Wiran.     

Wiran pun mengangguk.     

"Iya nak.." ucap Wiran.     

"Hmm om... boleh saya minta rekaman cctv nya untuk penyidikan??" ucap Wil.     

"Kamu siapa?" ucap Wiran.     

"Hmm pa... ini Wil.. teman Anin.. dia-" ucapan Anin langsung dipotong oleh Wil.     

"Saya punya teman seorang polisi.. mungkin saya bisa berikan bukti ini padanya untuk dilakukan penyidikan lebih dalam.." ucap Wil.     

Wil memberi kode pada Anin. Anin pun mengerti. Ia tidak seharusnya memberitahukan soal identitas Wil secara penuh.     

'Hampir saja aku keceplosan..' ucap Anin di dalam hatinya.     

Wiran pun mengangguk.     

"Baik... silahkan kamu ambil rekaman cctv nya.." ucap Wiran. Wil pun mengangguk lalu mulai mengirim isi rekaman cctv tersebut pada flashdisk nya.     

"Pa, aku mau coba untuk menghubungi bang Rafka ya.." ucap Anin.     

"Untuk apa?? Bukankah hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja karena katanya temanmu salah paham padanya soal kedekatan kamu dengan Rafka padahal kalian adalah abang adik dan lalu temanmu memukuli dia??" ucap Wiran.     

"Salah paham?? Teman Anin memukul bang Rafka?? Apa??" ucap Anin bingung dengan kening yang mengernyit.     

"Iya nak.. Rafka mengatakan hal itu ketika mama dan papa pulang dan tidak mendapati kamu berada di rumah." ucap Wiran.     

'Rafka benar-benar licik.. dia menyembunyikan keburukannya di depan seluruh keluarga Anin.. apa sebenarnya motif di balik semua kejahatan dia? Dan apa benar bahwa kejadian hilangnya mama nya Anin itu ada campur tangan Rafka juga seperti yang dituduhkan oleh papanya Anin??' ucap Wil di dalam hatinya.     

"E-e... hmmm... iya pa.. ya udah, sekarang papa istirahat aja ya... Anin dan Wil akan mencari tahu di mana keberadaan mama.." ucap Anin.     

"Apakah kamu juga akan meminta bantuan pada Rafka untuk menyelamatkan mama kamu?" ucap Wiran.     

"Hmm.. mungkin pa.. papa sudah makan??" ucap Anin.     

Wiran pun menggeleng.     

"Ya udah.. Anin ambilin makanan untuk papa, papa makan ya.." ucap Anin.     

Wiran pun mengangguk.     

"Makasih nak.." ucap Wiran.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya pa sama-sama.." ucap Anin.     

"Hmm Wil.. aku titip papa sebentar ya.. aku mau ke dapur dulu untuk mengambil makanan untuk papa.." ucap Anin pada wil.     

Wil pun mengangguk.     

"Iya nin.. " ucap Wil.     

Segera Anin pergi ke dapur untuk mengambil makanan untuk Wiran.     

.....     

Di lain sisi, seseorang tengah sibuk dengan pekerjaan pentingnya.     

"Setelah semua ini selesai dan terungkap.. saya tidak akan lagi menunda-nudanya.. saya berjanji.." gumam orang tersebut.     

Drrrttt....     

Tiba-tiba ponsel orang tersebut berdering, menandakan ada panggilan masuk di sana.     

Segera, orang tersebut pun menerimanya.     

"Halo.." ucapnya pada seseorang di seberang telepon.     

"..."     

"Oke.. gue ke sana sekarang... perketat penjagaan.."     

"....."     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Bismillah ya Allah..." gumamnya dengan penuh harap.     

Segera, orang tersebut mempersiapkan dirinya sebelum dirinya benar-benar pergi dari tempat tersebut menuju ke suatu tempat.     

...     

Anin kembali dengan nampan berisi makanan dan segelas air mineral untuk Wiran.     

"Pa... ini makanannya.. maafin Anin ya pa karena Anin gak bisa suapin papa... Karena Anin dan Wil harus buru-buru untuk bisa mencari tahu di mana mama berada.." ucap Anin.     

Wiran pun mengangguk.     

"Iya nin.. gak apa-apa kok. kamu dan Wil hati-hati ya." ucap Wiran.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya pa.. papa juga hati-hati ya di rumah... kalau ada apa-apa, langsung hubungj Anin atau bang Rafka ya pa.." ucap Anin.     

Wiran pun mengangguk.     

"Om.. saya dan Anin pamit.. om hati-hati.. Assalamualaikum.." ucap Wil.     

"Iya.. waalaikumsalam.." ucap Wiran.     

"Pa.. Anin pergi.. assalamualaikum.." ucap Anin berpamitan pada papanya seraya menyalim tangan Wiran.     

"Waalaikumsalam.." ucap Wiran.     

Anin dan Wil pun lalu beranjak dari kamar Wiran dan dengan segera menuju mobil untuk menemukan titik keberadaan Asni.     

Wil melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata.     

"Kamu jangan cemas ya nin.. In Syaa Allah kita bisa menemukan mama kamu tetap dalam kondisi baik-baik saja.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya Wil.. makasih.." ucap Anin.     

Wil pun mengangguk.     

"Iya sama-sama nin.." ucap Wil.     

..............     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading....     

Please support this novel...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.