Dear Pak Polisi..

Sebuah Janji



Sebuah Janji

0Follow my ig : @lizakarennita01     

Please vote, share, buy privilege and be an active readers!!     

.....     

Wiran saat ini benar-benar cemas memikirkan kondisi Asni. Dia benar-benar mengkhawatirkan istrinya.     

Meskipun belakangan ini, hubungan di antara keduanya kurang baik dan harmonis, namun bagaimana pun juga, Asni adalah istrinya yang telah hidup bersamanya dalam waktu yang cukup lama.     

Wiran tengah uring-uringan saat ini, ia terus saja berjalan mondar-mandir di sekitar kamar miliknya dan Asni dengan kegelisahan.     

"Ya Allah.. di mana Asni berada saat ini?? Bagaimana bisa hamba tidak mengetahui bahwa istri hamba dalam bahaya?? Ya Allah.. tolong lindungilah dia.."gumam Wiran penuh harap.     

....     

"Lepaskan saya!! Lepas!!" ucap Asni berteriak dan terus meronta-ronta.     

"Siapa yang tega melakukan semua ini kepada aku?? Siapa ya Allah??" monolog Asni dengan air mata yang terus mengalir.     

.....     

Anin dan Wil hampir saja tiba di rumah Anin.     

"Tolong lupakan tentang hal itu.. karena saat ini yang sangat penting adalah kondisi mama kamu.. keselamatan dia.." ucap Wil.     

Anin pun akhirnya mengangguk.     

"Iya Wil.. maafkan saya karena saya terlalu memaksa kamu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang gak seharusnya kamu jawab.. maaf.." ucap Anin.     

"Gak masalah kok nin.. untuk saat ini, jika kamu butuh bantuan apa pun, apa lagi ketika kamu dalam situasi sulit dan berbahaya, kamu bisa menghubungi saya.. Saya In Syaa Allah siap dua puluh empat jam untuk kamu.. dan kalau pun saya tidak bisa langsung menolong kamu ketika kamu membutuhkan bantuan saya, saya akan mengirim orang untuk menolong kamu.. saya berjanji.." ucap Wil.     

"Kenapa?? Kenapa kamu terlihat begitu peduli pada saya?" ucap Anin.     

"Karena saya sudah berjanji untuk selalu menjaga, melindungi dan membuat kamu bahagia.. " ucap Wil.     

"Membahagiakan saya bukanlah tugas kamu.. jika kamu memiliki janji dengan seseorang, maka cukup lindungi saya.. itu sudah lebih dari pada cukup.." ucap Anin.     

"Membahagiakan dalam arti menjauhi kamu dari rasa takut, sedih dan kecewa.. bukan hal-hal lain.. karena saya juga tahu bahwa yang berhak untuk membahagiakan kamu hanyalah Hanan.." ucap Wil.     

"Hmm... terima kasih... kita sudah sampai.." ucap Anin lalu melepas seatbeltnya.     

"Saya ikut turun ya.. " ucap Wil.     

Anin sedikit mengernyit.     

"Saya hanya ingin memastikan bahwa di dalam itu kondisinya aman dan baik-baik saja.. saya juga ingin membantu kalian mencari tahu di mana mama kamu.." ucap Wil.     

"Tapi kamu adalah orang sibuk, Wil.. saya tidak ingin merepotkan ataupun membebani kamu dengan urusan saya yang tidak terlalu penting.." ucap Anin.     

"Saya sudah katakan bahwa saya telah berjanji.. ayo.. kita turun dan masuk sama-sama.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Baiklah.." ucap Anin.     

Mereka berdua pun lalu turun dari mobil.     

.....     

Rafka kini sedang berada di apartemen miliknya dan sedang berkutat dengan pekerjaannya di depan laptop.     

"Ini bulan depan sepertinya harus launching produk baru lagi ini.. kalau enggak, bisa mati pemasaran produk lama.. Argh!! Mau buat apa lagi coba?!" monolog Rafka kesal dan bingung.     

Rafka mulai memikirkan kembali ide untuk produk baru yang akan diluncurkan oleh perusahaan keluarga tersebut.     

"Nah... sepertinya itu ide yang cukup baik... Kenapa gue gak coba produksi sabun dan shampo anti bakteri aja?? Nah iya... zaman sekarang kan orang males minum obat dan lebih peduli pada perawatan dari luar.. kenapa gue gak usulin aja sekalian ke papa untuk juga memproduksi sejenis skincare tapi yang juga bisa bermanfaat bagi kesehatan dan perlindungan tubuh.. nah iya.. gue buat proposalnya aja deh dulu.. ntar tinggal gue bahas ini bareng papa, mama dan juga Anin.." monolog Rafka.     

Rafka pun lalu mulai mengetikkan sesuatu di sana untuk membuat proposal tersebut.     

Di tengah-tengah mengetik, Rafka tiba-tiba teringat akan Anin.     

Ia gunakan satu tangannya untuk menopang dagunya.     

"Apa Anin sudah memaafkan gue?? Tapi semoga dia bisa memaafkan gue... yang terpenting kemarin, gue udah kirim pesan ke dia ya meskipun dia gak balas sih.. huuh dahlah.. sekarang gue fokus aja dulu sama proposal ini.." gumam Rafka lalu kembali melanjutkan pengerjaan proposal tersebut.     

.......     

Bugh!!!     

"Lo semua hati-hati ya kalau ngomong!! Dia gak mungkin kekasih Anin yang baru! Enggak!!" murka Arga.     

"Arga.. Ga.. tenangin diri lo dong, Ga.." ucap Ilona berusaha untuk menenangkan Arga.     

"Lo pikir gue bisa tenang gitu?? Dulu si Hanan dan sekarang setelah dia mati, dia titipin Anin ke sepupunya, mau dia apa coba?! Udah mati aja juga masih aja nyusahin!" emosi Arga.     

"Hanan menitipkan Anin dengan sepupunya bukan berarti Anin akan langsung jatuh cinta pada sepupunya.. as you know that, Anin gak semudah itu jatuh cinta sama seseorang.. Lo masih ada kesempatan untuk bisa memiliki Anin tapi dengan cara yang lebih baik dan sabar dari cara lo yang sebelumnya! Jangan gegabah dan emosian kayak gini dong, Ga.." ucap Ilona menenangkan.     

"Lo cuma bisa ngomong tanpa tahu bagaimana caranya! Bacot Lo!!" emosi Arga lalu pergi meninggalkan mereka semua dan beranjak menuju kamarnya.     

"Selalu saja menyalahkan orang lain atas tiap-tiap masalah yang dia punya.. Argh!!" gumam Ilona seraya mengusap wajahnya kasar.     

Ilona lalu melihat pada anak buah Arga.     

"Obati luka kalian dan lanjutkan pekerjaan kalian!" ucap Ilona tegas lalu pergi meninggalkan rumah Arga.     

.......     

"Kenapa rasanya Hanan secepat itu pergi ya?? Kasihan juga Anin kalau harus merasakan kehilangan dia untuk selama-lamanya sebelum dia benar-benar merasa memiliki Hanan... Gue memang mencintai dan menginginkan Anin.. tapi gue gak bisa memaksa Anin untuk membalas cinta gue kalau memang cintanya dia cuma untuk Hanan... ya Allah.. apa benar Hanan memang telah tiada..??" monolog Radit seraya menopang dagunya di meja kerjanya.     

Radit lalu bangkit berdiri dari duduknya dan menghubungi seseorang.     

"Halo... gue ada tugas buat lo.." ucap Radit pada seseorang di seberang telepon.     

"...."     

"Hmmm... nanti gue kirim semuanya dari pesan.." ucap Radit.     

"....."     

"Oke.." ucap Radit.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Semoga aja ada jalan setelah ini.." gumam Radit.     

.....     

Anin dan Wil pun lalu memasuki rumah Anin.     

"Assalamualaikum pa.." ucap Anin ketika dirinya telah memasuki rumah.     

"Waalaikumsalam mbak.. mbak, bapak ada di kamarnya.. beliau benar-benar cemas ketika tahu bahwa ibu gak ada di rumah dan ternyata menghilang..." ucap Bibi ketika menghampiri Anin.     

"Bagaimana bisa mama hilang sih bi?? Dan sejak kapan??" ucap Anin bingung.     

"Semalam mbak... kita semua sedang sibuk dengan pekerjaan kita lalu tiba-tiba ada beberapa orang bertopeng datang dan menyerang kita lalu membawa Ibu pergi dari sini, mbak.." ucap Bibi.     

"Lalu di mana bang Rafka? Apa dia sedang tidak ada di rumah pada saat kejadian??" ucap Anin.     

"Mas Rafka ada di rumah pada saat kejadian kok mbak.." ucap Bibi.     

"Lalu??" ucap Anin bertanya.     

.....     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading...     

Please support this novel...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.