Dear Pak Polisi..

Unbelieveable



Unbelieveable

0"Di-di mana pak Hanan?? Kenapa pak Alex yang justru berada di sini??" ucap Anin bertanya-tanya tak percaya.     

"Maafkan kami Anin.. tapi Hanan memang benar-benar telah tiada..." ucap Wil.     

"Enggak!! Kalian bohong!! Tolong jangan bohongi saya!! Tolong!! Pak Hanan masih hidup! Saya bisa merasakan semua itu.." ucap Anin.     

"Maafkan kami Anin.. tetapi Hanan sudah benar-benar tiada karena kasus itu.." ucap Wil.     

"Pak Alex.. bapak ini sahabatnya pak Hanan.. bapak pasti tahu di mana keberadaan pak Hanan saat ini.. pak Hanan gak mungkin meninggal.. gak mungkin!! Dia berjanji bahwa dia akan kembali pada saya!! Dia akan melamar saya! Dia gak mungkin meninggal!" ucap Anin.     

"Anin... kamu harus menerima kenyataan bahwa Hanan memang telah tiada... Bahkan, kami ikut dalam acara pemakaman Hanan.." ucap Alex.     

"Bohong!! Hiks!! Kalian berbohong.. apa buktinya kalau pak Hanan memang telah tiada?! Apa?!" ucap Anin.     

"Saya akan tunjukkan pada kamu di mana makam Hanan.." ucap Wil.     

Anin menangis tak percaya.     

"Hiks.. pak Hanan... enggak... Pak Hanan masih hidup.. dia belum meninggal.." ucap Anin menangis dengan suara yang semakin melemah.     

'Semoga kamu bisa kuat dan sabar menerima semua ini....' ucap Wil di dalam hatinya.     

Wil"Di-di mana pak Hanan?? Kenapa pak Alex yang justru berada di sini??" ucap Anin bertanya-tanya tak percaya.     

"Maafkan kami Anin.. tapi Hanan memang benar-benar telah tiada..." ucap Wil.     

"Enggak!! Kalian bohong!! Tolong jangan bohongi saya!! Tolong!! Pak Hanan masih hidup! Saya bisa merasakan semua itu.." ucap Anin.     

"Maafkan kami Anin.. tetapi Hanan sudah benar-benar tiada karena kasus itu.." ucap Wil.     

"Pak Alex.. bapak ini sahabatnya pak Hanan.. bapak pasti tahu di mana keberadaan pak Hanan saat ini.. pak Hanan gak mungkin meninggal.. gak mungkin!! Dia berjanji bahwa dia akan kembali pada saya!! Dia akan melamar saya! Dia gak mungkin meninggal!" ucap Anin.     

"Anin... kamu harus menerima kenyataan bahwa Hanan memang telah tiada... Bahkan, kami ikut dalam acara pemakaman Hanan.." ucap Alex.     

"Bohong!! Hiks!! Kalian berbohong.. apa buktinya kalau pak Hanan memang telah tiada?! Apa?!" ucap Anin.     

"Saya akan tunjukkan pada kamu di mana makam Hanan.." ucap Wil.     

Anin menangis tak percaya.     

"Hiks.. pak Hanan... enggak... Pak Hanan masih hidup.. dia belum meninggal.." ucap Anin menangis dengan suara yang semakin melemah.     

'Semoga kamu bisa kuat dan sabar menerima semua ini...' ucap Wil di dalam hatinya.     

Wil lalu menarik Anin ke dalam pelukannya.     

"Kamu yang tabah ya..." ucap Wil berusaha menenangkan Anin.     

Anin terus menangis dalam dekapan Wil.     

'Kenapa bapak pergi secepat ini meninggalkan saya?? Kenapa rasanya semua ini seperti mimpi pak?? Kenapa?? Tadinya saya berpikir bahwa hari ini saya akan bertemu dengan bapak tapi nyatanya, saya justru harus mengetahui hal pahit ini... hiks.. kenapa harus secepat ini pak??' ucap Anin di dalam hatinya.     

......     

#Skip     

Anin dan Wil telah berada tepat di pemakaman Hanan.     

Anin berjongkok di depan pemakaman Hanan.     

Anin menaburi tanah merah tersebut dengan beberapa bunga yang sempat ia beli di depan kuburan tadi.     

Anin lalu mengusap nisan yang bertuliskan sebuah nama 'Hanan'.     

Anin bahkan menyandarkan kepalanya pada nisan tersebut.     

Air matanya tak henti-hentinya mengalir bahkan terus mengalir semakin derasnya.     

"Anna uhibbuka fillah pak Hanan... Saya berjanji bahwa saya akan selalu mencintai bapak.. jika kita tidak bisa bersatu di dunia, tapi semoga kita bisa bersatu di surga.. aamiin ya Allah.." ucap Anin dengan suara yang lemah.     

'Anin begitu mencintai Hanan... Ya Allah.. kuatkanlah..' ucap Wil di dalam hatinya.     

Di tempat yang sama, tetapi sedikit jauh dari Anin dan Wil, ada seseorang yang diam-diam mengamati mereka.     

'Saya juga mencintai kamu....' ucapnya di dalam hati.     

Drrrrrtttttt....     

Ponsel Anin mendadak berdering menandakan ada panggilan masuk di sana.     

Anin segera merogoh tasnya dan mengambil ponselnya. Ia mendapati satu panggilan dari Wiran, papanya.     

"Papa.." gumam Anin lalu menghapus air mata di wajahnya.     

Ia pun segera menerima panggilan dari Wiran.     

"Ya.. Halo pa, Assalamualaikum.." ucap Anin pada Wiran di seberang telepon.     

"Waalaikumsalam.. Anin.. mama tidak ada di rumah nak.. papa mendapat surat peringatan bahwa mama kamu disekap oleh seseorang.. " ucap Wiran dengan cemas.     

"Apa?! Mama disekap?! Siapa yang berani menyekap mama, pa?! Siapa?!" ucap Anin terkejut.     

"Papa gak tahu... tapi papa merasa bahwa pelakunya adalah dia... kamu di mana sekarang nak?? Bisa kamu pulang sekarang?? Ada hal penting yang harus papa beritahukan pada kamu.." ucap Wiran.     

"Aku.. aku akan segera pulang pa.. papa tunggu aku di rumah ya.." ucap Anin.     

"Iya nak.. papa tunggu.. kamu hati-hati ya.. assalamualaikum.." ucap Wiran.     

"Iya pa.. papa juga ya.. waalaikumsalam.." ucap Anin.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Ada apa nin?? Apa yang telah terjadi?" tanya Wil.     

"Mama.. mama saya hilang Wil.." ucap Anin.     

Wil terlihat mengernyitkan keningnya bingung.     

"Bagaimana bisa?" ucap Wil bertanya.     

"Saya juga gak tahu Wil.. tapi papa meminta saya untuk segera pulang karena ada hal penting yang ingin papa bahas.." ucap Anin.     

"Saya antar kamu pulang.. ayo.." ucap Wil.     

Mereka pun bergegas dari pemakaman dan menuju rumah Anin yang menempuh perjalanan cukup panjang.     

.......     

"Lepaskan saya!! Lepaskan!!!" teriak Asni meronta-ronta ketika ia tersadar dan mendapati tubuhnya yang diikat dengan posisi duduk di sebuah kursi single.     

Ruangan ini benar-benar sepi. Tak ada seorang pun yang berada di sana.     

"Tolong!! Siapa pun tolong lepaskan saya!! Tolong!!" teriak Asni meminta tolong.     

Namun tak ada seorang pun yang datang menemuinya.     

......     

"Apa kamu ingat, siapa saja musuh keluarga kamu?" ucap Wil bertanya seraya mengemudikan mobil.     

Anin pun menggeleng.     

"Saya gak tahu Wil .. siapa saja musuh keluarga kami.. Karena setahu saya, kami memang tidak pernah memiliki musuh.." ucap Anin.     

"Apa ada seseorang yang kamu curigai??" ucap Wil bertanya.     

Anin pun menggeleng.     

"Saya gak tahu Wil.. tapi saya punya satu pertanyaan untuk kamu.." ucap Anin.     

"Apa??" ucap Wil.     

"Kamu mengatakan pada saya bahwa yang membawa kamu datang ke rumah saya pada malam itu hingga akhirnya kamu menyelamatkan saya dari Rafka, kamu mengatakan bahwa apa yang kamu lakukan karena pesan yang dikirim oleh pak Hanan.. kamu datang karena pak Hanan yang meminta.. tapi nyatanya?? Kemarin ketika kita telah berada di apartemen, kamu dan Alex mengatakan bahwa pak Hanan memang telah tiada.. apa yang sebenarnya telah terjadi dan apa yang sedang kalian sembunyikan dari saya??" ucap Anin bertanya-tanya.     

Deg!!     

"Kenapa kamu tiba-tiba membahas hal itu?? Bukankah tadi kamu juga sudah melihat makam Hanan secara langsung?? Bukankah itu sudah jelas membuktikan bahwa Hanan memang telah tiada?" ucap Wil.     

"Jika memang pak Hanan telah tiada sejak lama, kenapa kamu berkata seperti itu pada saya kemarin?? Kamu seolah-olah mengatakan bahwa pak Hanan masih hidup, Wil!" ucap Anin tertekan.     

...........     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading...     

Please support this novel...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.