Dear Pak Polisi..

Tentang Jodoh



Tentang Jodoh

0Mereka berdua pun lalu memasuki lift. Kebetulan sekali, di dalam lift itu hanya ada mereka berdua.     

"Wil, apakah kalian sudah mengetahui siapa orang yang menginginkan kematian pak Hanan?? Dan apa motif di balik keinginan atas kematian pak Hanan?" ucap Anin.     

Wil pun menggeleng.     

"Kami belum bisa mengungkap siapa pelakunya.. untuk saat ini, kami menduga bahwa pelakunya adalah boss besar atau bandar narkoba itu.. tapi entahlah.. lawan kami sepertinya terlalu banyak.." ucap Wil.     

"Apa dirimu juga merupakan seorang polisi?" ucap Anin.     

Wil pun mengangguk.     

"Aku juga satu bagian dengan Hanan.. tetapi kami berbeda tempat.. dia di Jogja dan aku di Bandung.. tetapi kami sama-sama polisi intel.. jadi, kami sering bekerja sama untuk menangkap para pelaku tindak kejahatan yang dapat menghancurkan negara ini terutama teroris dan narkoba.." ucap Wil.     

"Kenapa kalian tidak langsung menangkap bandar besarnya saja?? Kenapa hanya menangkap para pengedar itu saja?? Bukankah jika menangkap bandar besarnya langsung tentu akan lebih mudah untuk memberantas adanya penyalahgunaan narkoba di negara ini??" ucap Anin.     

Wil lalu tersenyum.     

"Kamu tentu tahu apa jawabannya.." ucap Wil.     

"Apa karena uang??" ucap Anin.     

Mereka berdua pun telah tiba pada lantai yang dituju, lalu keluar dari lift.     

Wil menggeleng.     

"Ini bukan tentang uang saja, Anin.. tetapi ini juga tentang nyawa dan keselamatan kami semua... bandar besar narkoba itu tentu memiliki pelindung yang kuat.. kami tidak bisa sembarangan menangkap mereka.. untuk itu, untuk menanggulangi atau pun meminimalisir jumlah pengedar, kami mulai mengusut mereka satu-persatu agar jumlah pengedar dan pemakai narkoba di negeri ini perlahan bisa semakin berkurang.." ucap Wil.     

"Sehebat apa pelindung mereka??" ucap Anin.     

"Entahlah.. tapi kami hanya mendapat perintah untuk menangkap para pengedar dan pemakai saja.." ucap Wil.     

"Bukankah itu hanya sia-sia saja?? Mereka ditangkap lalu akan kembali dibebaskan ketika ada yang menjamin.. Lalu mereka kembali melakukan hal itu lagi, kalian mengusut lagi, menangkap lagi, ditebus, lalu dikeluarkan lagi.. sungguh.. hal itu adalah kegiatan yang sangat membosankan.." ucap Anin.     

"Itulah tugas kami... kami sengaja melakukan hal seperti itu, agar mereka jera melakukan hal itu.. bukankah untuk menebus saja tentu menghabiskan uang yang banyak?? Jadi ketika mereka telah berulang kali tertangkap, maka keuangan mereka tentu akan semakin menipis.. sehingga ketika mereka sudah dalam ekonomi yang sulit, mau gak mau mereka akan membusuk di penjara.." ucap Wil.     

"Tapi prosesnya sangat lama.. benar-benar lama... kalian menangkap yang satu, masih ada puluhan pengedar dan pemakai di luar sana yang dengan bebas menikmati.. seandainya kalian langsung diberi perintah untuk menghancurkan pabrik atau gudang narkoba milik bandar besarnya, mungkin jumlah pemakai dan pengedar akan lebih cepat berkurang.." ucap Anin.     

"Lupakan hal itu.. karena ini adalah apartemen Hanan.. kita masuk.." ucap Wil.     

"Kamu mengetahui password-nya??" ucap Anin bertanya.     

Wil lalu mengangguk.     

"Ayo.." ucap Wil.     

Mereka berdua pun lalu memasuki apartemen Hanan.     

......     

Di lain sisi, saat ini Radit tengah berada di dalam kamarnya tepatnya dirinya saat ini sedang berada di balkon kamarnya.     

"Anin ada urusan penting apa ya? Sampai dia gak bisa ketemu sama saya?? Apa sepenting itukah?? Tadi, sewaktu di telepon, saya seperti mendengar suara seorang laki-laki.. tapi siapa dia??" gumam Radit bertanya-tanya pada dirinya sendiri.     

"Radit...!!" panggil dita ketika memasuki kamar Radit.     

Radit lalu bangkit berdiri dari duduknya dan menyahut panggilan dari mamanya.     

"Iya ma?? Ada apa??" ucap Radit.     

"Siang nanti kamu ada jadwal gak?" ucap Dita bertanya.     

"Hmm ada apa memangnya, ma?" ucap Radit.     

"Mama ingin memperkenalkan kamu dengan anak dari teman mama.." ucap Dita seraya mengusap lengan sebelah kiri Radit.     

Radit langsung menurunkan tangan mamanya dari lengannya ketika mendengar maksud dan tujuannya.     

"Maaf ma.. Radit gak bisa.. harus berapa kali sih Radit katakan pada mama bahwa Radit tidak suka cara seperti ini! Kenapa mama dan papa selalu memaksa sih?!" ucap Radit.     

"Karena umur kamu sudah cukup matang untuk menikah nak.. mama dan papa juga sudah tidak lagi muda.. kita benar-benar ingin menimang cucu.." ucap Dita.     

"Tapi bukan dengan cara seperti itu ma.. setiap manusia itu ada jodohnya masing-masing.. tapi kapan Allah kasih, kita gak akan pernah tahu.." ucap Radit.     

"Makanya kita harus berusaha Dit.. supaya kamu bisa segera menemukan jodoh kamu.." ucap Dita.     

"Enggak ma.. aku gak mau! Sekali aku bilang enggak ya enggak! Please jangan paksa aku ma!" ucap Radit.     

"Oke baik.. mama gak akan paksa kamu lagi.. kamu tahu dit, kami sebagai orang tua yang sudah tak lagi muda, melihat kamu menikah dengan perempuan yang tepat adalah kebahagiaan untuk kami.. kita gak akan pernah tahu kapan umur kita berakhir, tapi mama harap, sebelum papa dan mama meninggal nanti, kamu sudah menikah.." ucap Dita.     

Radit hanya diam menanggapi. Dita lalu pergi meninggalkan dirinya yang mematung di sana.     

"Saya juga ingin menikah.. tapi sampai detik ini saya belum bisa menemukan yang tepat untuk saya.. Kecuali dia.. namun hatinya sepertinya masih terikat akan cinta lamanya.." gumam Radit.     

........     

Aurora kembali ke meja makan setelah membereskan kamarnya. Namun dirinya tak mendapati siapa pun yang berada di sana.     

"Ke mana miss Anin dan papa ya??" gumam Aurora.     

Ia lalu beralih pada ruang televisi. Dan mendapati Zivan di sana.     

"Paman..." ucap Aurora pada Zivan. seraya duduk di sofa sebelah Zivan.     

Zivan lalu menoleh pada Aurora.     

"Ya?? Ada apa Ra?" ucap Zivan.     

"Di mana miss Anin dan papa?" ucap Aurora.     

"Paman tidak tahu di mana mereka saat ini.. tapi mungkin mereka sedang ada urusan penting.. memangnya kenapa?" ucap Zivan.     

"Miss Anin mengatakan bahwa dia akan mengajak aku main setelah selesai breakfast.." ucap Aurora.     

"Ya sudah tunggu saja sampai nanti mereka kembali ... atau kamu main saja dulu sendiri di kamar.. paman juga sebentar lagi akan pergi karena ada pekerjaan." ucap Zivan.     

"Jadi, paman juga akan pergi meninggalkan aku sendirian di rumah ini??" ucap Aurora dengan tatapan sedih.     

"Maafkan paman sayang.. tetapi hari ini akan ada launching buku terbaru milik paman di sebuah hotel berbintang.. Paman tidak mungkin tidak hadir karena di sana sudah pasti paea penggemar dari novel-novel paman akan datang untuk membeli buku-buku itu.." ucap Zivan.     

"Baiklah... sabtu yang menyedihkan.." ucap Aurora lesu lalu ia pun beranjak dari sana, meninggalkan Zivan.     

"Semoga kamu bisa segera bertemu dengan orang tua kandungmu yang bisa memberikan kamu kasih sayang yang lebih.. " gumam Zivan seraya menatap punggung Aurora yang kian menghilang.     

"Wil dan Anin ke mana ya?? Huuh..terserah mereka sajalah.. lebih baik aku prepare untuk acara nanti." gumam Zivan.     

Zivan lalu bangkit dari duduknya dan beranjak dari ruang televisi untuk mempersiapkan hal-hal yang akan ia bawa pada acara nanti.     

.......     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading...     

Please support this novel...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.