Dear Pak Polisi..

Di Balik Masker Wil



Di Balik Masker Wil

0"Maaf pak Radit... saya sedang ada urusan penting saat ini... Kita tidak bisa bertemu untuk hari ini.. mungkin, lain waktu.." ucap Anin.     

"Besok ya nin... saya ingin mengatakan hal penting pada kamu soalnya.. ini tentang Vio.." ucap Radit.     

"Ah iya pak... besok kita atur jadwal pertemuannya ya.." ucap Anin.     

"Baik nin... ya sudah kalau begitu saya tutup dulu ya.. assalamualaikum.." ucap Radit.     

"Waalaikumsalam pak.." ucap Anin.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

Anin lalu menyimpan ponselnya di dalam tasnya.     

"Kamu ingin bertemu dengannya besok??" ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Apa kamu akan tetap menemui dia besok jika kamu mengetahui siapa saya yang sebenarnya??" ucap Wil.     

"Memangnya siapa kamu.? Kamu bukan pak Hanan kan?? Tentu bukan.. karena pak Hanan telah tiada... saya berencana akan pergi ke Jogja bersama dengan pak Radit.." ucap Anin.     

"Untuk apa kamu pergi ke sana??" ucap Wil.     

"Sesuatu..." ucap Anin.     

"Bagaimana jika saya adalah Hanan?" ucap Wil.     

"Tidak mungkin! Pak Hanan tidak seperti dirimu... kalian benar-benar sangat jauh berbeda.. suara dan bentuk tubuh kalian memang sama persis, tetapi kalian berbeda dari sikap dan sifat.." ucap Anin.     

"Bagaimana jika semua perbedaan itu adalah settingan semata yang dengan sengaja saya buat?" ucap Wil.     

"Jika kamu benar-benar pak Hanan, maka kamu tentu tidak akan menunda saat itu.." ucap Anin.     

Deg!     

"Permisi, ini makanannya pak... sudah selesai dibungkus.." ucap pelayan. Wil pun mengangguk dan pelayan itu pun lalu pergi.     

Wil kembali menepuk tangannya dan satu bodyguardnya datang..     

"Ambil makanan itu dan lakukan sesukamu.." ucap Wil lalu meninggalkan bodyguardnya dan menarik tangan Anin untuk keluar dari cafe tersebut.     

"Kamu menyuruhnya untuk membuang makanan itu?? Bahkan, makanan yang dibungkus adalah makanan yang tak tersentuh sama sekali olehku.. itu masih makanan bersih dan steril.." ucap Anin.     

"Saya tidak memintanya untuk membuangnya.. tapi saya memberi perintah padanya untuk melakukan apa pun yang dia mau terhadap makanan itu.. masuklah.." ucap Wil membukakan pintu mobil di sebelah kursi pengemudi.     

Anin pun mengangguk dan memasuki mobil tersebut. Wil pun ikut masuk pada kursi pengemudi.     

Mobil mulai dilakukan oleh Wil. Ketika sedang berada di perjalanan, Anin membuka obrolan.     

"Wil, aku ingin bertanya.." ucap Anin.     

"Tentang?" ucap Wil.     

"Bodyguardmu.." ucap Anin.     

"Silahkan.." ucap Wil.     

"Aku heran sekali... bagaimana bisa bodyguardmu muncul hanya dengan sekali tepukan tangan?? Padahal sejak tadi kita pergi, tak ada seorang pun yang ikut dengan kita.." ucap Anin heran.     

Wil tersenyum di balik maskernya.     

"Rahasia..." ucap Wil.     

"Ck!! Baiklah.. pertanyaan berikutnya.." ucap Anin.     

"Kamu seperti sedang menginterogasi saya ya..." ucap Wil.     

"Boleh atau tidak??" ucap Anin kesal.     

"Silahkan..." ucap Wil.     

"Tapi kali ini jawabannya tidak boleh rahasia, sesuatu, kepo, gak usah sok tahu, gak usah penasaran, bukan urusan kamu, atau apalah itu.. jawabannya ya harus yang benar-benar jawaban ya.." ucap Anin kesal.     

Anin tertawa kecil seolah tak bersuara.     

"Hmm.." ucap Wil.     

"Awas saja kalau sampai jawabanmu kali ini benar-benar menyebalkan.. aku akan melakukan sesuatu.." ucap Anin mengancam.     

"Saya juga bisa.." ucap Wil.     

"Ihhh Wil!! Jangan bercanda terus dong! Aku serius ini!" ucap Anin kesal.     

"Baiklah... silahkan tanyakan saja apa pun yang ingin kau tanyakan.. karena kita telah tiba ..." ucap Wil menahan tawanya.     

Mereka telah tiba di sebuah apartemen.     

"Kita bicarakan ini di apartemen milikku.. ayo.." ucap Wil seraya melepas seatbeltnya.     

Anin pun mengangguk lalu ikut melepas seatbeltnya. Namun pada saat Anin akan melepas seatbeltnya, ia mengalami kesulitan.     

"Duhhh kenapa sulit sekali?? Mobilmu mahal, tapi seatbeltmu seperti ini..." gerutu Anin kesal.     

"Bukan salah harganya.. tapi salahmu yang tidak sabar.. biar aku bantu.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk. Wil lalu membantu Anin melepas seatbeltnya.     

Di kesempatan itu, terbesit ide jahil di otak Anin.     

'Kenapa aku tidak mengambil kesempatan saja untuk membuka masker Wil pada saat ini?? Ah iya.. ini adalah kesempatan yang baik..' ucap Anin dalam hati.     

Plug!     

Anin menarik masker Wil dan terlihatlah wajah asli Wil.     

"Anin!!!" ucap Wil terkejut.     

Anin langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.     

"Ja-jadi.. kamu bukan pak Hanan??" ucap Anin ketika mengetahui bahwa Wil bukanlah Hanan.     

Anin lalu menatap gedung apartemen yang menjulang tinggi.     

"Dan ini juga bukan gedung apartemen pak Hanan... Siapa kamu sebenarnya, Wil?" ucap Anin.     

Wil tersenyum.     

"Perkenalkan.. aku adalah Wilbert Anderson. Aku adalah sepupunya Hanan Adyatma Nugroho... Pada saat malam itu, Hanan mengirimkan pesan kepadaku bahwa perasaan dia sedang tidak tenang memikirkan dirimu.. perlu kamu tahu, bahwa Hanan selalu mengawasimu baik secara langsung mau pun dengan media atau melalui orang lain... tetapi kondisi Hanan saat ini sedang kurang baik.. dia terpaksa disembunyikan terlebih dahulu di sini.. di apartemen ini.. Ayo kita turun dan akan kutunjukkan padamu bagaimana kondisi Hanan..." ucap Wil.     

"Apa pak Hanan terluka??" ucap Anin.     

Wil pun mengangguk.     

"Ya.. dia terluka... pisau lipat itu ternyata sudah diberi cairan yang berbahaya, sehingga ketika menancap tepat pada kakinya, kondisinya langsung melemah.. lukanya sudah cukup membaik, tetapi tenaganya belum terkumpul sepenuhnya... pada saat malam itu, dia mengirimkan aku sebuah pesan bahwa dia sedang cemas memikirkan kondisimu dan aku pun menjadi khawatir akan hal itu.. kebetulan sekali, aku mengetahui alamatmu dan aku langsung pergi ke rumahmu.. dan ternyata firasat Hanan itu benar.." ucap Wil.     

"Aku mengira bahwa selama ini, kamu adalah pak Hanan... tapi ternyaya kalian adalah dua orang yang berbeda.." ucap Anin.     

Wil tersenyum.     

"Ya.. kami memang sedikit berbeda.. ayo kita temui dia.. dia tentu akan senang karena bisa melihatmu secara langsung... hmm tapi satu hal, tolong jangan katakan hal ini pada siapa pun.. karena nyawa Hanan sedang dalam bahaya saat ini.. itulah sebabnya dia diberitakan meninggal dunia.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Baik Wil.. aku tidak akan memberitahu siapa pun soal ini.. terima kasih telah membantuku untuk bisa bertemu dengan pak Hanan.." ucap Anin.     

Wil pun mengangguk.     

"Ayo.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

Mereka berdua pun lalu segera turun dari mobil Wil dan melangkahkan kaki memasuki gedung apartemen tersebut.     

'Saya bersyukur sekali pak karena bapak ternyata masih hidup... semoga saja ini adalah awal yang baik untuk kita.. terima kasih ya Allah.. karena Engkau masih melindungi pak Hanan...' ucap Anin dalam hati.     

Tiba-tiba, Anin kembali teringat akan siapakah orang yang menginginkan kematian Hanan?? Dan ada masalah apa antara dirinya dengan Hanan sehingga dia menginginkan kematian Hanan?     

'Siapa sebenarnya dalang di balik semua masalah ini?? Apa masalah yang dia dan pak Hanan miliki sehingga dia sampai ingin membunuh pak Hanan?? Ya Allah.. semoga siapa pun yang berniat jahat pada pak Hanan, Engkau selalu melingungi pak Hanan dari bahaya apa pun..' ucap Anin dalam hati.     

"Jangan melamun.. kita akan memasuki lift.." ucap Wil. Anin pun mengangguk.     

"Maaf.." ucap Anin.     

........     

Maafkan Typo...     

Thank You For Reading....     

Please support this novel...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.