Dear Pak Polisi..

Wajah Sendu



Wajah Sendu

0Anin dan Aurora kini sudah berada di lobi. Anin lalu mengeluarkan sebuah kado berukuran besar dan berukuran sedang untuk Aurora.     

"This is for a beautiful and cute girl... Aurora..."Ucap Anin memberikan dua buah kado itu dengan ceria.     

Mata Aurora langsung berbinar-binar melihat kedua kado tersebut.     

"Ada dua kado??" ucap Aurora.     

Anin pun mengangguk dengan senyumnya.     

"Iya dong.. tapi kamu hanya boleh buka yang kecil saja ya.. yang besar, nanti saja bukanya di rumah.. supaya bisa menjadi kejutan.. nanti kalau kamu suka sama kadonya, telepon miss ya.. kamu punya nomor miss kan??" ucap Anin.     

Aurora pun mengangguk dan tersenyum.     

"Iya miss.. ayo kita buka kado ini miss.. sebelumnya, terima kasih ya miss.." ucap Aurora.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya sama-sama sayang.. ya udah ayo kita buka.." ucap Anin. Aurora pun mengangguk lalu mereka mulai membuka kado berukuran kecil tersebut.     

Dan setelah dibuka, Aurora mendapati sebuah lolipop dan sebuah coklat di sana.     

Mata Aurora berbinar ketika melihat isi kado tersebut yang sudah jelas sangat menyukai kedua makanan itu.     

Aurora langsung memeluk Anin.     

"Aku suka kadonya miss.. terima kasih ya miss.." ucap Aurora.     

"Iya sayang sama-sama.." ucap Anin.     

"Aku makan ya miss sekalian tunggu papa jemput.." ucap Aurora seraya melerai pelukannya. Anin pun mengangguk.     

Devan tiba-tiba saja menghampiri mereka.     

"Hai Mr. Dev.." ucap Aurora menyapa Devan dengan ramah seraya menjilati lolipopnya.     

"Hello Aurora.." ucap Devan membalas sapaan Aurora.     

"Anin.. kamu sudah mulai masuk?? Kondisi kamu sudah mulai membaik?" ucap Devan bertanya pada Anin.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya kak alhamdulillah.. maaf ya kak.. karena selama ini mungkin aku sudah merepotkan kakak.." ucap Anin.     

Devan tersenyum.     

"Enggak kok... Aku ingin mengatakan satu hal yang perlu kamu tahu.." ucap Devan.     

"Apa itu kak??" ucap Anin penasaran.     

"Selama ini.. Selama kamu tidak masuk untuk mengajar.. Ada satu orang yang selalu setia menunggu kamu di sini ketika bel pulang berbunyi.. dia menunggu kamu dengan dua buah coklat di tangannya.. berharap kamu datang lalu dia memberikan coklat itu pada kamu untuk menghapus kesedihan kamu.. tapi setiap hari itu juga, dia selalu kecewa karena kamu tak kunjung datang.. hingga akhirnya, dia menitipkan coklat-coklat itu pada saya.. saya sudah susun semua coklat itu di dalam sebuah box.. kamu bisa lihat nanti di ruangan saya... satu hal yang perlu kamu tahu Anin... jika kamu kehilangan satu orang, maka kamu masih memiliki seribu orang yang menyayangi kamu.. jadi tolong jangan disia-siakan.. manfaatkan lah dengan baik sebelum kamu menyesal di akhir.." ucap Devan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya kak.. aku paham... aku sudah mulai membuka lembaran baru dan mencoba untuk melupakan dia.. maaf ya kak.. tapi siapa orang itu??" ucap Anin.     

Tin Tin....     

Sebuah suara yang berasal dari klakson mobil yang baru tiba di halaman kursus.     

Aurora langsung turun dari sofa itu.     

"Miss... Mr.... papa sudah jemput..." ucap Aurora dengan riang.     

Anin lalu menoleh pada Aurora dan tersenyum.     

"Iya sayang.. kamu hati-hati ya.. kadonya jangan lupa.." ucap Anin.     

Aurora pun mengangguk.     

"Iya miss.. thank you..." ucap Aurora.     

"Hati-hati anak cantik.." ucap Devan.     

"Thank you Mr. Dev.." ucap Aurora tersenyum.     

Seorang laki-laki dengan masker dan kacamata hitam yang menutupi wajahnya pun berjalan ke arah mereka.     

Ia lalu mengambil tangan Aurora dan menggenggamnya.     

"Pa.. bisa bantu aku untuk membawa kado ini gak??" ucap Aurora dengan hati-hati pada Wil.     

Wil menoleh pada sebuah kado berukuran lumayan besar itu.     

Tanpa menjawab ucapan dari Aurora, seorang bodyguard lalu menghampiri mereka.     

"Bawa!" titah Wil pada bodyguard nya.     

"Baik bos.." ucapnya lalu membawa kado tersebut ke dalam bagasi mobil di belakang mobil Wil atau mobil bodyguard yang mengawal mobil Wil.     

"Miss Anin.. Mr. Dev.. aku pamit.. bye!!" ucap Aurora dengan senyum mengembang seraya melambaikan tangan. Anin dan Devan pun tersenyum lalu ikut melambaikan tangan pada Aurora.     

Aurora pun pergi dari hadapan Devan dan Anin.     

'Kenapa jantungku berdegup begitu kencang ketika aku berada di dekat Wil?? Ada apa ini?? Siapa Wil sebenarnya??' ucap Anin dalam hati.     

.....     

Wil dan Aurora telah tiba di rumah. Aurora bahkan kini tengah berada di kamarnya, memandangi sebuah kado yang berukuran besar tersebut yang ia letakkan di atas tempat tidurnya.     

Wil yang tak sengaja melewati kamar Aurora dan melihat setengah dari pintu kamar Aurora pun ia akhirnya masuk ke dalam kamar Aurora dan menemui Aurora.     

Wil duduk di tepi tempat tidur tepatnya di samping kiri Aurora. Pada saat ini, posisi duduk Aurora adalah membelakangi pintu kamar. Wil mengusap rambut Aurora dengan sangat lembut.     

'Ya Allah... tolong lindungilah gadis kecil ini selalu.. bahagia kan lah dia selalu...' ucap Wil dalam hati.     

"Papa??" ucap Aurora menoleh pada Wil.     

Wil pun tersenyum. Untuk pertama kalinya, Wil memperlihatkan wajah aslinya pada Aurora.     

Aurora benar-benar takjub melihat paras tampan yang dimiliki oleh sang papa angkatnya itu.     

Aurora segera memeluk papa angkatnya.     

"Papa ganteng sekali..." ucap Aurora memuji paras tampan yang dimiliki oleh Wil.     

"Benarkah??" ucap Wil dengan senyum indahnya.     

Aurora melerai pelukan itu dan mengangguk seraya mengamati wajah tampan Wil.     

"Aku beruntung karena bisa memiliki papa.." ucap Aurora.     

"Papa juga beruntung karena bisa memiliki kamu.." ucap Wil lalu mencium puncak kepala Aurora.     

"Aku sayang sama papa.." ucap Aurora.     

"Papa juga sayang sama kamu.." ucap Wil.     

Aurora tersenyum.     

"Pa, can you help me for opening this gift??" ucap Aurora.     

"From where did you get it?" ucap Wil.     

"Miss Anin... she gave it to me as a gift karena dia gak masuk mengajar selama beberapa hari terakhir." ucap Aurora.     

"Oh iya?? Kenapa dia tidak masuk mengajar selama beberapa hari sayang?" ucap Wil.     

Aurora mengendikkan bahunya.     

"Miss Anin didepan not tell me about it.. tetapi aku bisa melihat dari raut wajah dan sorot matanya bahwa dia sedang sedih.." ucap Aurora.     

"Bagaimana kamu bisa mengetahui?" ucap Wil.     

"Pada saat hari terakhir waktu itu miss Anin mengajar, dia juga sempat melamun di kelas dan wajahnya terlihat sedih .. dan ternyata benar, dia sedang sedih pada saat itu ... hari ini matanya masih terlihat sembab dan hidungnya merah ... miss Anin masih terlihat sedih hari ini... kasihan miss Anin..." ucap Aurora.     

Wil mengamati wajah gadis kecil di depannya dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.     

"Pa... ayo kita buka kadonya.. aku sudah tidak sabar.." ucap Aurora.     

Wil pun mengangguk lalu membantu Aurora membuka kado tersebut.     

"Iya sayang.. ayo... hmm kamu tolong ambilkan gunting di laci ya.." ucap Wil.     

Aurora pun mengangguk lalu mengambil gunting tersebut di laci. Mereka mulai membuka kado tersebut dengan sangat hati-hati.     

..............     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading...     

Please Support this novel..     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.