Ruang Organisasi
Ruang Organisasi
"Saya buru-buru pak.. saya harus ke ruang organisasi.. permisi.." ucap Anin tetap berjalan meninggalkan Radit.
Tak mau kehilangan kesempatan untuk berbicara dengan Anin, Radit dengan segera mencekal tangan Anin.
"Anin.. saya mohon sebentar saja.." ucap Radit.
Tac!
Anin pun menghentikan langkahnya karena pasrah.
"Lepasin tangan bapak dari lengan saya!" ucap Anin tegas menatap lengannya yang dipegang oleh Radit.
Radit pun melepas cekalan tangannya pada lengan Anin.
Beruntungnya, kulit Radit tak langsung menyentuh kulit tangan Anin dikarebakan Anin selalu menggunakan pakaian yang tertutup dan juga hijab.
"Maaf.." ucap Radit.
"Mau bicara apa lagi sih pak?? Apa kemarin sewaktu kita membahas semua ini di rumah sakit, itu belum cukup jelas untuk membuktikan pada bapak?? Belum??" ucap Anin.
"Saya hanya ingin tahu, kenapa kamu dan Arga bisa sampai putus?? Ada apa?" ucap Radit.
"Itu sama sekali bukan urusan bapak! Apa pun yang terjadi dalam hidup saya, gak ada sama sekali hubungannya sama bapak! Jadi please untuk gak usah ikut campur dengan urusan pribadi saya!" ucap Anin mempertegas ucapannya dengan penuh penekanan.
"Saya hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada kamu, Anin.." ucap Radit.
"Saya akan baik-baik aja.. bapak gak perlu berlebihan seperti ini.. saya dan Arga putus dengan cara yang baik-baik.. Jadi, tolong jangan pernah ikut campur urusan pribadi saya lagi! Saya permisi pak.." ucap Anin meninggalkan Radit begitu saja.
"Saya memang benar-benar mengganggu kamu.. tapi saya hanya ingin memastikan supaya kamu selalu baik-baik saja nin... Saya tahu siapa Arga.. dia gak akan mungkin bisa melepas kamu begitu saja.. pasti, dia sedang merencanakan sesuatu untuk membuat kamu kembali menjadi miliknya.. saya yakin akan hal itu.. tapi semoga saja kamu bisa baik-baik aja.." gumam Radit lalu pergi dari tempat itu.
.......
Anin memasuki ruang organisasi.
Tok Tok Tok...
"Permisi.." ucap Anin seraya memasuki ruangan.
"Hey Anin.. silahkan masuk.." ucap Devan, ketua BEM.
Anin pun mengangguk lalu memasuki ruangan itu.
Suasana ruang organisasi saat ini masih sepi, hanya ada Anin, Sinta, Devan dan juga Jack.
"Lo udah selesai kelas, nin?" ucap Jack.
"Iya kak udah.." ucap Anin.
"Berapa matkul??" ucap Devan.
"Hmm satu kak... cuma matkul ganti aja karena kemarin gak masuk.." ucap Anin.
"Oh gitu.. matkul siapa emangnya?" ucap Devan.
"Pak Radit.." ucap Anin.
"Oh pak Radit..." ucap Devan.
"By the way, gue pernah lihat lo ngobrol dekat parkiran dan beberapa kali juga gue sering lihat lo ngobrol berdua sama pak Radit.. lo sedekat itu ya nin sama pak Radit?" ucap Jack.
"Hmm.... enggak kok kak.. itu cuma kebetulan aja.." ucap Anin.
"Kebetulan gimana nin??" ucap Sinta.
"Hmm... ada hal yang mau dia bahas.." ucap Anin.
"Tadi juga gue lihat lo kayak marah gitu sama pak Radit waktu dia cekal tangan lo.. kenapa??" ucap Sinta.
"O-oh itu.. gak apa-apa kok kak.. cuma gak suka aja sama sikap pak Radit yang merupakan dosen tapi kelakuannya seperti itu.. memangnya gak boleh ya mahasiswi marah sama dosennya kalau apa yang dibuat oleh dosennya gak sesuai??" ucap Anin.
"Boleh lah.. boleh banget.. sesekali dosen itu juga harus dikerasi supaya mereka bisa sadar dan paham juga.. jangan hanya mau dipahami tapi tidak bisa memahami.." ucap Devan.
Anin pun mengangguk.
"Iya kak.." ucap Anin.
"Itu artinya ... lo sedekat itu ya nin sama pak Radit?? Gue bagi nomornya pak Radit dong nin.." ucap Sinta.
"Buat apa kak?" ucap Anin.
"Ya buat pendekatan aja.. pak Radit itu kan dosen paling ganteng dan paling muda seantero kampus... siapa coba mahasiswi yang gak mau sama dia??" ucap Sinta.
'Gue.. lo semua sih cuma mandang fisik tapi gak mandang sifatnya dia yang hampir sama kayak Arga.. kenapa sih hampir semua cowok itu nyebelin??' ucap Anin dalam hati.
"Anin lah.. buktinya ketika semua mahasiswi caper sama tuh dosen, dia justru cuekin dan marahin dosen itu.." ucap Devan membela Anin.
"Dev, lo kenapa?? Kayaknya dari tadi lo belain Anin terus deh.." ucap Sinta.
"Suka-suka gue lah.. ada masalah sama lo??" ucap Devan.
"Ya bukan gitu, cuma aneh aja gitu.. baru kali ini deh lo banyak omongnya.. biasanya juga diam aja.. mau ada yang mati sekali pun lo juga kan bodoh amat orangnya.." ucap Sinta..
"Gak usah banyak omong.. mending lo urus aja tugas lo.." ucap Devan.
"Gue paham nih.. akhirnya ya... love in silent tersampaikan sedikit demi sedikit.." ucap Jack dengan kekehan kecil.
"Maksud lo?!" ucap Devan.
"Udahlah Dev.. jangan malu-malu.. entar direbut orang tahu rasa lo.." ucap Jack.
"Lo gila?!" ucap Devan.
"By the way nin, lo jomblo kan??" ucap Jack.
"Memangnya kenapa kak? Apa yang sudah ada pasangan gak boleh join di organisasi ini?" ucap Anin.
"Boleh kok nin.. boleh-boleh aja asalkan masih tetap fokus pada organisasi ini.." ucap Jack.
Anin pun mengangguk.
"Aku singel kak..." ucap Anin.
"Noh Dev.. pas banget.." ucap Jack.
"Pas apanya..?? Jangan aneh-aneh ya lo.." ucap Devan.
Drrrrrtttt.....
Ponsel Anin pun tiba-tiba berdering, menandakan ada panggilan masuk di sana.
Segera Anin izin untuk menerima teleponnya dan berdiri sedikit jauh dari sana..
"Kak, sebentar ya.. mau terima telepon.." ucap Anin.
Mereka pun mengangguk.
"Dari siapa nin??" ucap Devan kepo.
"Hmm teman.." ucap Anin tersenyum kikuk.
"Teman hidup maksudnya Dev wkwk.." ucap Jack.
Anin menjadi tersipu malu lalu pergi menerima telepon tersebut.
"Anin... kenapa kamu gak bales pesan saya??" ucap Hanan pada Anin dari seberang telepon.
"Assalamualaikum pak.." ucap Anin pada Hanan.
"Oke siap salah.. waalaikumsalam Anin.. kenapa kamu gak bales pesan saya?? Kamu masih belajar?" ucap Hanan.
"Hmm enggak kok pak... tapi saya lagi diskusi sama teman-teman organisasi... bapak chat apa ya memangnya?" ucap Anin.
"Banyak... buka chat saya ya.. balesin... Saya lagi free ini.. nanti kalau saya sudah mulai sibuk, saya gak akan bisa membalas pesan kamu.. " ucap Hanan.
Anin pun mengangguk.
"Iya pak... nanti saya balas ya... maaf ya pak..." ucap Anin.
"Iya gak apa-apa.. ingat ya.. jaga jarak kamu dengan lelaki lain.." ucap Hanan.
"Iya pak... bapak semangat ya kerjanya..." ucap Anin.
"Iya.. terima kasih.. kamu juga semangat kuliah nya supaya saya bisa segera melamar kamu.." ucap Hanan.
"Assalamualaikum pak.." ucap Anin.
"Waalaikumsalam.." ucap Anin.
Tut.
Sambungan telepon pun terputus.
Anin pun kembali pada posisinya.
"Roma-romanya.. itu tadi saingan lo Dev.." ucap Jack.
Anin menunduk.
"Pacar kamu yang telepon ya, Nin??" ucap Devan.
"Tadi gue dengar deh kalau lo manggilnya pak?? Pak siapa nin?? Pak Radit?? Wah jangan-jangan benar ya kalau lo pacaran sama pak Radit?" ucap Sinta.
Anin menggeleng dengan cepat.
"Enggak kak.. gak mungkin.. aku gak suka sama pak Radit.." ucap Anin.
"Kenapa lo gak suka?? Dia kan ganteng, pintar, mapan lagi.." ucap Sinta.
"Gak mau kak... pak Radit orangnya posesif.. aku gak suka.." ucap Anin.
"Jadi, lo pernah sedekat itu sama pak Radit??" ucap Sinta terkejut..
"Bu-bukan.. pokoknya yang aku tahu pak Radit seperti itu.." ucap Anin kelabakan.
"Gue dengar dari anak-anak, mantan lo polisi ya...??" ucap Jack.
"Mantan polisi, Jack.. "ucap Sinta meralat.
"Iya itulah pokoknya.." ucap Jack.
"Hmm..." ucap Anin.
"Oh iya.. gue pernah lihat deh nin kalau lo pernah dianterin sama polisi ganteng beberapa waktu yang lalu.. polantas yang dikagumi oleh ciwi-ciwi.. benar gak sih??" ucap Sinta.
Anin pun mengangguk.
"Iya kak ... tapi itu karena dia tilang motor aku.." ucap Anin.
"Kok bisa?" ucap Devan
"Aku gak bawa surat-surat kendaraan yang aku save di dalam dompet.. dompet aku ketinggalan, handphone juga.. apes.." ucap Anin.
"Tapi kok dia mau ya anterin lo?? Padahal ya kata teman gue, dia itu polisi ganteng yang jutek banget lho.." ucap Sinta.
Anin mengendikkan bahunya tak acuh.
..............
Maafkan Typo...
Thank You for Reading ..
Please support dengan powerstone dan membeli hak istimewa..
:red_heart::red_heart::red_heart:
This novel is only in webnovel...