Dear Pak Polisi..

See Your Future Not Your Past



See Your Future Not Your Past

0"Ihhhh apaan sih bapak??" ucap Anin salah tingkah.     

"Kamu yang apaan sih?? Orang saya cuma nyanyi kok.." ucap Hanan.     

"Bapak ih... lagi sakit juga masih bisa-bisanya ngeledekin saya.." ucap Anin.     

Hanan tertawa renyah.     

"Saya harap suatu hari nanti kita bisa bercanda seperti ini dengan bebas di dalam satu atap yang sama setelah akad dilaksanakan.." ucap Hanan.     

"Omongan bapak udah ngelantur itu.." ucap Anin.     

"Makanya kamu aamiin-in dong supaya bukan sekedar omongan yang ngelantur.." ucap Hanan.     

"Kalau saya gak mau gimana pak." ucap Anin.     

"Ya gak apa-apa.. itu artinya kamu bersedia menikah dengan Arga.." ucap Hanan.     

"Ihhh enggak! Saya gak mau nikah sama dia.. Ihh.. dia kemarin juga ajak saya nikah soalnya.." ucap Anin keceplosan.     

"Apa?? Arga ajak kamu menikah dengannya?? Lalu, apa yang kamu katakan ketika dia menanyakan hal itu pada kamu?" ucap Hanan..     

Deg!     

"Hmm.. saya.. saya..." ucap Anin bingung.     

"Saya apa nin?? Apakah kamu menerima lamarannya untuk menikah dengan kamu?? Iya nin??" ucap Hanan.     

"Hmm... E-enggak kok pak.. gak mungkinlah.. saya kan udah gak cinta lagi sama dia.. mana mungkin saya mau menikah dengannya.." ucap Anin.     

"Lalu?? Apakah kamu menolaknya?? Jika memang iya. Bagaimana cara halus kamu dalam menolaknya?" ucap Hanan.     

Anin menghembuskan nafasnya berat.     

"Sa-saya.. saya..." ucap Anin gugup.     

"Saya apa nin?? Kamu beralibi?? Begitu?? Beralibi dengan alasan saat ini kamu ingin fokus dengan pendidikan dan karir kamu dulu?? Begitu?" Ucap Hanan.     

Tepat sekali..!! Tebakan Hanan benar-benar tepat.     

'Duhhh tebakan pak Hanan benar lagi.. Gimana dong ini?? Kok pak Hanan bisa tahu sih kalau jawaban aku menolak Arga tuh kayak gitu?? Aneh deh.. apa jangan-jangan pak Hanan ini cucunya cenayang ya?? Ihhh...' batin Anin.     

"Anin... jawab saya.." ucap Hanan.     

"Hmm... i-iya pak begitu..." ucap Anin.     

"Ya Allah nin... jika kamu beralibi seperti itu, nanti, ketika pendidikan kamu telah selesai, karir kamu telah tercapai dengan sangat baik dan maksimal.. ketika itu juga hubungan kamu masih berlanjut dengan Arga, maka tentu dia akan menuntut kamu mengenai lamarannya yang kamu tolak karena alasan ingin fokus pada karir dan pendidikan.." ucap Hanan.     

Jleb!!.     

Anin menelan salivanya sendiri dengan susah payah.     

Bagaimana pun apa yang dikatakan oleh Hanan ada benarnya juga.     

'Iya sih.. benar juga apa yang dikatakan oleh pak Hanan.. Gimana kalau nanti benar Arga menuntut semuanya ketika gue udah berhasil menyelesaikan pendidikan gue dan mencapai karir gue?? Mati gue.. Duhhh terus gue harus gimana dong sekarang??' batin Anin bertanya-tanya.     

"Nin, jangan paksa diri kamu jika kamu memang benar-benar tidak bisa.. Jangan biarkan kebohongan ini menyakiti lahir dan batin kamu.. Kamu berhak bahagia nin.. Masa lalu itu, masa lalu kamu yang kelam bersama dengan Arga hanyalah masa lalu.. bagaimana pun kamu harus melupakan semuanya.." ucap Hanan.     

"Tapi pak.. Saya gak sanggup kalau Arga sampai hancur dan kehilangan semuanya lagi hanya karena saya meninggalkan dia.. " ucap Anin.     

"Anindya.. Hiduplah dengan memandang ke depan, bukan ke belakang.. karena kamu hidup untuk hari selanjutnya, bukan hari kemarin." ucap Hanan.     

"Iya saya tahu.. bapak benar.. tapi kemarin-kemarin saya pernah mencoba untuk mengakhiri hubungan saya dengan Arga.. kita bahkan sudah sempat putus.. tapi bapak tahu?? Arga kembali drop dan masuk rumah sakit pak.. Sepupunya Arga yang memberitahukan hal ini pada saya.. Hingga saya dan Arga pada akhirnya kembali bersatu lagi dalam hubungan yang penuh dengan kebohongan dan keterpaksaan ini pak.." ucap Anin menunduk lemah.     

Hanan mengambil tangan kiri Anin dan menggenggamnya.     

"Nin, kita bisa hidup bersama di sini tanpa adanya Arga yang mengganggu..." ucap Hanan.     

"Tapi saya gak bisa berbahagia di atas penderitaan orang lain pak.." ucap Anin.     

"Tapi dengan cara kamu memiliki hubungan spesial dengan Arga seperti ini, maka itu artinya kamu sedang menderita di atas kebahagiaan Arga, nin.." ucap Hanan.     

"Itu lebih baik pak dari pada saya harus berbahagia di atas penderitaan orang lain.. lebih baik saya yang menderita dari pada orang lain pak..." ucap Anin.     

"Lalu bagaimana dengan penderitaan saya, nin?? Apakah kamu tidak memikirkan penderitaan saya? Rasa sakit saya ketika saya melihat kamu bersama dengannya?" ucap Hanan.     

Deg!!     

Mendengar ucapan Hanan barusan, membuat Anin merasa tertampar secara tidak langsung.     

'Ya Allah.. apa hamba sudah terlalu jahat pada pak Hanan?? Apakah hamba berdosa telah memberikan pak Hanan harapan yang tak berujung?? Maafkan hamba ya Allah..' batin Anin.     

Anin menangis dalam diam.     

Melihat Anin yang menangis seperti itu, Hanan benar-benar tak sanggup. Ia dengan segera menghapus air mata yang mengalir di pipi Anin dengan jari-jemarinya.     

"Tolong jangan menangis di depan saya, Anin.. saya gak sanggup melihat kamu menangis seperti ini.." ucap Hanan seraya menghapus air mata Anin yang terus mengalir begitu derasnya di pipinya.     

"Hiks... tapi saya sudah terlalu jahat sama bapak, pak.. hiks.. kenapa bapak masih tetap mencintai saya yang sudah jelas-jelas selalu melukai bapak?? Kenapa pak?? Hiks.. Lupakan saya yang selalu menyakiti bapak, pak.. Saya gak bisa melihat bapak tersiksa dan menderita seperti ini.. Saya jadi merasa terlalu jahat pak karena terus-terusan melukai bapak secara tidak langsung." ucap Anin.     

Hanan menggeleng.     

"Jangan nangis, Anin.. Saya gak mau melihat kamu menangis.. saya mohon... hati saya lebih sakit lagi ketika melihat kamu menangis seperti ini karena kesalahan saya, Anin.." ucap Hanan.     

"Hiks.. bapak gak salah sama saya.. saya yang salah karena saya telah memberikan harapan yang tak berujung untuk bapak... hiks.. maafin saya pak.. saya merasa berdosa sekali atas hal ini.." ucap Anin.     

Hanan menggenggam kedua tangan Anin. Lalu ia letakkan pada dadanya.     

"Anindya... Hati saya mungkin sakit sekali ketika melihat kamu bersama Arga... tapi kamu tahu apa yang lebih sakit dari rasa sakit di hati saya karena melihat kamu dengan Arga??" ucap Hanan menatap dalam Anin.     

Anin diam tak menjawab.     

"Kamu tahu?? Ketika kamu menangis seperti ini di depan saya.. di hadapan saya.. hati saya terasa jauh lebih sakit, nin.. Sakit sekali ketika melihat orang yang sangat saya cintai menangis karena rasa bersalahnya terhadap saya yang terlalu berlebihan dalam berharap dengan kamu.." ucap Hanan.     

Anin menatap dalam manik mata Hanan. Ia benar-benar tak sanggup.     

'Kenapa pak Hanan sebaik ini sih?? Kenapa??' batin Anin.     

"Hiks... Seandainya kita bertemu sebelum saya mengenal Arga.. mungkin, semuanya gak akan serumit ini pak.." ucap Anin menunduk.     

"Allah slalu punya rencana atas tiap-tiap pertemuan yang terjadi terhadap setiap insan.. Bisa jadi, Allah mempertemukan kita sekarang itu karena Allah mempunyai sebuah rencana indah yang luar biasa untuk kita.." ucap Hanan.     

"Bagaimana jika semuanya adalah kebalikan??" ucap Anin.     

"Allah tidak pernah memiliki rencana yang buruk bahkan sekalipun untuk hamba-Nya.. Karena sebaik-baik rencana adalah rencana-Nya ..." ucap Hanan.     

"Astaghfirullah.. bapak benar.. Karena boleh jadi Allah menggagalkan rencana kita untuk kebahagiaan yang tak pernah kita duga untuk miliki.." ucap Anin.     

"Yaps.. Kita boleh saja berencana, tetapi takdir tetap atas kuasa Allah.." ucap Hanan.     

"Terima kasih pak.. karena selama ini, bapak selalu menjadi penenang dan pengingat saya di saat hati saya semakin goyah tak jelas.." ucap Anin.     

"Itu sudah kewajiban saya untuk selalu mengingatkan kamu.." ucap Hanan.     

"Dulu mereka bilang bahwa semua polisi itu sama... sama-sama jahat.. tapi sekarang bagi saya, gak semua polisi itu jahat.. Karena yang jahat itu sebenarnya bukan polisinya tapi attitudenya yang disebabkan karena kurangnya iman.. Jadi, jangan salahkan profesinya, salahkanlah attitude dan imannya.." ucap Anin.     

"Yaps... saya setuju dengan ucapan kamu.. Jangan salahkan profesinya tapi salahkan pribadinya.. Jangan sampai hanya karena satu oknum, semuanya menjadi terlibat dan akhirnya terlihat buruk.. Padahal gak semuanya begitu.." ucap Hanan.     

.............     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.