Dear Pak Polisi..

Pertemuan Keluarga Radit



Pertemuan Keluarga Radit

0Mobil Radit diparkirkan di depan sebuah rumah yang begitu besar dan megah. Vio dan Radit pun turun dari mobil Radit.     

"Bagus banget rumahnya.. Rumah siapa ini pak??" tanya Vio pada Radit saat mereka telah turun dari mobil.     

"Rumah saya.. Ayo masuk.." ajak Radit lalu menggandeng tangan Vio.     

Vio yang digandeng pun melirik sekilas tangannya.     

'Duhhh kenapa gue jadi deg-degan gini sih ketika pak Radit pegang tangan gue?? Hey Vio!! Ada apa sih dengan lo?? Jangan gugup please..' batin Vio.     

Radit membuka pintu rumahnya dan ternyata di ruang tamu sudah ada Mama dan Papanya yang menunggu.     

"Hai Ma, Pa... Kapan sampai ke sini??" sapa Radit pada kedua orang tuanya dengan senyuman.     

"Ayo sayang duduk.." ucap Radit pada Vio.     

"Pak??" bisik Vio.     

"Mulai detik ini kamu adalah kekasih saya.." ucap Radit santai lalu duduk di sofa yang ada di sana dan diikuti oleh Vio.     

"Papa dan Mama sudah sampai sejak satu jam yang lalu. Kamu ke mana aja sih dit? Kok gak jemput Mama dan Papa di bandara tadi?" tanya Risa, Mama Radit.     

"Ini lho Ma.. Jemput calon mantu Mama dong.. Bukannya Mama dan Papa ingin Radit memperkenalkan calon istri Radit ke Mama dan Papa ya??" ucap Radit santai sambil merangkul Vio. Vio tersenyum kaku.     

"Ini calon istri kamu??" tanya Risa. Radit mengangguk.     

"Iya ma.. Sayang, kenalin diri kamu ke orang tua aku..." ucap Radit menoleh pada Vio. Vio pun mengangguk kaku. Ia lalu mengulurkan tangannya pada Risa.     

"Hai tante.. Aku Viona.." ucap Vio berjabat tangan pada Risa. Risa menyambut uluran tangannya dengan tersenyum.     

"Oh nama kamu Viona ternyata.. Kenalin, nama tante Risa.. Panggil aja tante Risa atau Mama juga boleh.." ucap Risa tersenyum.     

Vio pun mengangguk.     

Ia beralih pada papa Radit.     

"Hai om.. Saya Viona.." ucap Vio memperkenalkan diri.     

"Rendra.." ucap Papa Radit datar tanpa menerima jabatan tangan Vio. Risa pun menyenggol lengan Rendra.     

"Pa.. Gak boleh gitu.." bisik Risa.     

"Papa belum cuci tangan.. Nanti kena virus.." ucap Rendra singkat.     

Vio pun tersenyum kaku.     

.......     

Anin dan Rafka sedang berada di pasar malam sekarang.     

"Bang, beli itu dong... Permen kapas..." ucap Anin menunjuk pedagang permen kapas.     

"Oke!! Ayo kita ke sana!!" ucap Rafka menarik tangan Anin.     

Saat mereka telah sampai di tempat pedagang permen kapas tersebut, Rafka memberi tawaran pada Anin.     

"Nin, kamu mau yang mana?? Yang paling besar??" tanya Rafka.     

"Boleh!!" ucap Anin mengangguk.     

"Pak, yang paling besar ya.. Sama lolipop supernya dua.." ucap Rafka.     

"Siap mas.." ucap si pedagang.     

Pedagang itu pun memberikan permen kapas beserta lolipop tersebut pada Rafka.     

Setelahnya, Rafka memberikan uang lima puluh ribu pada pedagang tersebut.     

"Kembaliannya ambil aja pak.. Ayo nin.." ucap Rafka lalu ia dan Anin pergi dari sana dan mencari sebuah tempat untuk duduk.     

"Ini buat kamu... Dan ini lolipopnya juga buat kamu.." ucap Rafka memberikan permen kapas tersebut dan lolipop itu.     

"Thank you bang.." ucap Anin tersenyum.     

"Sama-sama.. " balas Rafka dengan senyuman.     

"Bang, selfie yuk.." ajak Anin.     

"Ayo.. Pakai handphone siapa?? Handphone kamu??" ucap Rafka.     

"Oiya bentar coba.. bang, pegangin dulu.." ucap Anin memberikan permen kapas dan lolipop tersebut pada Rafka, Rafka pun menerimanya.     

Ivi merogoh saku celananya namun tak menemukan handphonenya.     

"Lho bang, handphone aku kok gak ada ya??" ucap Anin bingung.     

"Terakhir tadi kamu letak di mana emang??" tanya Rafka.     

Anin sedikit mengingat.     

"Di meja tv bang... Oiya aku lupa tadi bawa handphone aku..." ucap Anin menepuk keningnya pelan.     

"Oalah.. Ya udah ini pakai handphone aku aja.." ucap Rafka.     

"Siniin permennya bang.." ucap Anin mengambil permen tersebut dari tangan Rafka. Rafka lalu mengambil ponselnya dan mulai mengambil foto untuk mereka berdua.     

"Satu.. Dua.. Tiga.. Cheeseee..." ucap Rafka dan Anin bersamaan.     

"Wahhh bagus bang hasilnya.. Lagi dong bang..." ucap Anin.     

"Suapin dong aku gulali nya.." ucap Rafka.     

"Oke.." Anin pun menyuapi gulali ke dalam mulut Rafka lalu berpose.     

Mereka pun mengambil banyak gambar dengan berbagai pose.     

"Yeay.. Bagus... Mau main gak?" tanya Rafka pada Anin.     

"Mauuu!!" ucap Anin semangat.     

"Mau main apa?" tanya Rafka.     

"Semuanyaaa!!!" ucap Anin     

'Aku merindukan kamu yang sekarang ada di depanku nin.. Semoga kita bisa selalu seperti ini..' batin Rafka tersenyum.     

"Let's go!!" ucap Rafka. Mereka pun pergi untuk menaiki banyak permainan.     

........     

Hanan tengah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.     

Ia menatapi layar handphonenya yang tidak menerima notif apa pun.     

"Anin ke mana sih?? Kok belum dibales juga pesan gue?? Apa dia sengaja ya?? Atau lagi pergi?? Pergi ke mana? Kenapa dia gak bilang? Jangan-jangan dia ketiduran.." gumam Hanan menunggu balasan dari Anin. Hanan lalu bangkit dari tempat tidur, membuka pintu menuju balkon dan duduk di balkon kamar.     

"Bosen banget ya Allah... Every saturday night always be like this.. Kapan coba gue bisa melepas masa jomblo gue?? Aihhh.." kesal Hanan.     

Tring!     

Mendengar notif masuk di handphonenya, ia segera mengecek ponselnya karena ia mengira bahwa itu adalah notif dari Anin. Namun ketika ia melihat notif tersebut, dirinya langsung kembali pada keadaan semula. Ia menutup kembali ponselnya karena notif tersebut bukan berasal dari Anin.     

"Argh!! Kenapa malah notif dari para bitch sih?? Shit!!" Umpat Hanan.     

"Mending gue coba untuk menghubungi Anin aja deh dari pada penasaran.." gumam Hanan lalu mencoba untuk menghubungi Anin.     

Menunggu beberapa lama, namun Anin tak kunjung menerima panggilannya.     

"Argh!! Sial!! Ada apa sih ini?!" emosi Hanan.     

......     

Radit dan Vio kini berada di halaman rumah Vio.     

"Makasih pak untuk malam ini.. " ucap Vio pada Radit. Radit pun mengangguk dan tersenyum.     

"Sama-sama.." ucap Radit.     

"Pak, bantuin saya ya.. Saya mau bongkar kebusukan Mama tiri saya.. Boleh kan pak??" ucap Vio.     

"Boleh.. Ayo.." ucap Radit.     

"Bapak beneran mau masuk?" tanya Vio.     

"Beneran.. Apa yang bisa saya bantu??" tanya Radit.     

"Saya yakin banget kalau di dalam, Mama tiri saya sedang pesta dengan teman-temannya.. Saya gak rela pak.. Saya mau bapak rekam semua kejadian itu dari tempat tersembunyi pada saat saya melabrak perempuan itu karena tadi kata mang Dadang CCTV dengan sengaja dirusak oleh dia." ucap Vio.     

"Boleh.. Sekalian aja kamu hubungi Papa kamu sekarang.. Jadi dia bisa langsung ketangkap basah oleh Papa kamu.." ucap Radit.     

"Ah iya bapak bener juga.. Kebetulan Papa tugas juga gak jauh dari sini.. Dan sore tadi waktu aku hubungi katanya Papa akan pulang malam ini.. Mungkin sebentar lagi.. Aku coba hubungi papa dulu ya pak.." ucap Vio lalu menghubungi Papanya.     

"Halo Pa.. Papa udah di mana?" tanya Vio.     

"Ini udah masuk ke komplek nak.. Kamu di mana?" tanya Papa Vio.     

"Di rumah Pa.. Papa gak bilang ke Mama Dena kan kalau Papa pulang hari ini? Supaya jadi kejutan." ucap Vio.     

"Enggak kok sayang.. Tapi kok kamu tumben mau surprise-in Mama kamu?" tanya Papa Vio.     

"Udah pokoknya nanti Papa juga tahu.. Buruan ya Pa.. Aku tunggu ini." ucap Vio.     

"Iya nak.. Assalamualaikum.." ucap Papa Vio.     

"Waalaikumsalam pa.." ucap Vio.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Gimana?" tanya Radit.     

"Papa udah masuk komplek.. Palingan sebentar lagi juga udah sampai.. Kita mulai aja pak.. Jadi pas Papa masuk, pas banget kan kita grebek dia.." ucap Vio.     

"Oke ayo.." ucap Radit. Mereka pun berjalan menuju Rumah Vio.     

"Pak, bapak di sini ya.. Jangan lupa divideoin.." ucap Vio.     

"Siap!!" ucap Radit.     

"Oke pak.. Ini pakai kamera saya aja pak.." ucap Vio memberikan kameranya.     

"Oke... Pokoknya kamu masuk langsung direkam kan?" tanya Radit.     

Vio mengangguk.     

"Iya Pak.. Udah ya pak saya masuk dulu.. Makasih banyak by the way pak.." ucap Vio. Radit mengangguk.     

"Iya sama-sama Vi.." ucap Radit.     

Vio pun masuk ke dalam rumahnya yang terdengar suara dentuman musik.     

.......     

Thank you for reading..     

Please vote leave the powerstone, review and best comment..     

Hope you like this:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.