Dear Pak Polisi..

Rencana Yang Terdengar



Rencana Yang Terdengar

0Anin dan Arga sudah tiba sejam yang lalu di rumah Arga. Anin memasang muka kesalnya terus-menerus pada Arga. Ia hanya duduk di sofa ruang tv dan memainkan ponselnya.     

Arga yang duduk di samping Anin pun kesal lantaran Anin mengabaikan sejak tadi.     

"Anin... Kamu tuh ngapain sih dari tadi sama handphone kamu?" tanya Arga kesal.     

"...." Anin hanya diam tak menjawab.     

"Anin... Kamu dengerin aku gak sih?" tanya Arga lagi. Ia begitu kesal pada Anin.     

"Apa sih ga?" tanya Anin tanpa menoleh ke Arga. Ia tetap fokus menatap layar handphonenya.     

"Kamu ngomong sama siapa?" tanya Arga sudah bersiap emosi.     

"Kamu" balasnya singkat tanpa melihat Arga.     

"Lihat aku Anin! Kamu tuh ngomong sama orang tapi gak mau ngelihat muka orangnya! Gak sopan!" kesal Arga.     

"Aku mau pulang!" ketus Anin tanpa menoleh ke Arga.     

Anin pun bangkit dari duduknya.     

"Gak bisa!" tegas Arga.     

"Ini udah malam ga! Nanti aku dicariin Papa! Kamu ngerti gak sih?!" kesal Anin menatap kesal Arga. Arga ikut berdiri dan menatap Anin kesal.     

"Aku tahu! Tapi urusan kita belum selesai!" ucap Arga.     

"Urusan apa lagi sih?? " kesal Anin.     

"Kamu kenapa berubah sekarang? Kenapa kamu lebih memilih pergi dengan orang lain dari pada sama aku?" tanya Arga.     

Anin menarik nafasnya dalam lalu membuangnya.     

"Ya Allah ga... Kita sudah membahas ini tadi di jalan, kenapa harus dibahas lagi sih Ga?" ucap Anin geram.     

"Apa kamu udah gak punya perasaan lagi sama aku? Apa sudah ada yang berhasil menggantikan posisi aku di hati kamu? Iya nin? Jawab!" tegas Arga. Anin terdiam sejenak.     

'Iya... Aku udah gak ada perasaan apa pun lagi sama kamu ga... Hati aku udah di orang lain..' Batin Anin.     

"Jawab aku nin! Kenapa kamu diam aja?!" tegas Arga memegang pundak Anin.     

"Enggak Ga.. Apa sih kamu? Jangan ngaco deh.." ucap Anin mengelak.     

"Aku harap kamu gak bohong soal perasaan kamu ... Karena jujur aku sangat mencintai kamu nin... Aku gak bisa hidup tanpa kamu.. Aku gak mau kehilangan kamu.." ucap Arga menatap Anin dalam.     

"Kita gak akan pernah tahu takdir apa yang akan terjadi pada kita suatu haru nanti, aku, hanya manusia biasa ga... Kalau sewaktu-waktu Allah meminta kita untuk berpisah, aku bisa apa?" ucap Anin dalam.     

"Tapi aku gak mau pisah sama kamu.." ucap Arga menekan kalimatnya.     

"Kalau aku dipanggil sama Allah gimana Ga?" tanya Anin.     

"Lebih baik aku duluan yang dipanggil Allah.. Dari pada aku harus merasakan kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya." ucap Arga.     

Anin meneteskan air matanya.     

"Kamu jangan ngomong gitu dong Ga... Kamu harus tetap hidup.. Meski nanti aku udah gak sama kamu lagi.." ucap Anin sedih.     

Arga menggelengkan kepalanya.     

"Gak.. Aku gak bisa dan aku gak mau... Aku bisa kehilangan kamu Anin... Aku udah mengatakan ini berulang kali sama kamu... Aku akan melakukan apa pun supaya kamu gak ninggalin aku.. Aku harus apa nin?" tanya Arga menggenggam erat tangan Anin. Anin pun mengusap air matanya yang terus mengalir.     

"Udah Ga.. Aku mau pulang.. Kalau kamu gak bisa, aku pulang sendiri ya.. Kamu istirahat aja.." ucap Anin.     

Arga menggelengkan kepalanya.     

"Gak, aku akan anter kamu pulang." ucap Arga. Ia pun kemudian mengambil kunci mobilnya dan mengantarkan Anin pulang.     

......     

Vio sedang asyik menonton Drama Korea di laptopnya. Ia menonton Drakor tersebut sambil mengunyah cemilan yang ia letakkan di dalam toples. Namun, saat tangannya akan kembali memakan cemilan tersebut, ternyata cemilan yang ia isi di dalam toples telah habis.     

"Aih udah habis... Males banget gue ambil lagi ke dapur..." ucap Vio kesal. Ia melirik jam dinding yang mana arah jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam.     

"Hoam... Masih jam sebelas gak apa-apa deh.. Ayo Vio semangat! Semangat biar langsing!" ucapnya menyemangati dirinya sendiri sambil turun dengan malas dari tempat tidurnya. Ia menuruni anak tangga untuk bisa sampai ke dapurnya. Lampu-lampu di ruangan telah dimatikan.     

"Hoam... Gelap banget... Hidupin lampu aja deh.." ucap Vio sambil menyalakan lampu.     

Dengan mata yang mengantuk ia berjalan perlahan menuju dapur dan ia pun sampai di sana. Ia lalu mengambil beberapa stok cemilan yang telah ia beli lalu mengambil minuman dingin dengan ukuran botol yang besar. Minuman tersebut ia selipkan di lengannya sementara tangannya memegangi cemilan yang masih terbungkus plastik.     

Ia berjalan santai menuju tangga. Namun samar-samar ia mendengar suara seseorang.     

'Lo bisa lakuin semuanya besok malam... Besok kan malam minggu, nah anaknya tuh biasanya jarang di rumah. Kita bisa bebas di rumah ini...' suara yang didengar oleh Vio.     

Ia pun semakin mencari sumber suara tersebut. Semakin ia melangkah, maka semakin jelas terdengar suara tersebut.     

'Ok lu tenang aja... Gue bakalan siapin makanan mewah untuk kalian semua... Jangan lupa ya lo dekor yang bener... Dan semuanya harus selesai di jam dua belas.. Karena gue takutnya tuh anak sialan besok pulang ke rumah..'     

"Wah sialan! Dia mau party di sini besok! Enak aja! Gak akan gue biarin. Awas lo nenek sihir gue bakal kerjain lo supaya lo gagal pesta besok! Lihat aja besok.. Tunggu pembalasan gue! Enak aja bilangin gue anak sialan! Rumah gue kenapa lo yang sewot.. Uhhh... Awas ya lo" monolog Vio dan berjalan menuju kamarnya untuk melanjutkan kegiatannya .     

.......     

Anin sedang membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Sejak pulang dari rumah Arga tadi, ia benar-benar tidak bisa tidur. Beruntungnya, Papa dan Mamanya tidak di rumah hari ini, hanya ada dia, bibi dan abangnya.     

Ia pun duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Ia lalu mengambil ponselnya yang terletak di nakas. Ia membuka sesuatu di sana.     

Tiba-tiba otaknya memutar semua kenangan yang pernah terjadi di antara dirinya dengan Hanan.     

"Hanan.... Gue kangen sama lo..." rengek Anin. Ia lalu mencari kontak Hanan di handphonenya, bukan untuk menghubungi Hanan namun untuk menstalking percakapan mereka yang lalu.     

Anin membaca semua history chat dari Hanan.     

"Hiks... Gue kangen sama lo nan... Lo ke mana sih? Kenapa gue gak lihat lo lagi di jalan?" rengek Anin.     

Sesekali ia tersenyum bahkan tertawa kecil pada saat membaca chattingan mereka di masa lalu.     

"Kenapa gue harus ngerasain kehilangan lo sih nan padahal gue belum pernah memiliki lo? Maafin gue nan hiks..." sedih Anin menatap foto profil Hanan di mana di dalam foto tersebut Hanan terlihat gagah dengan seragam sabharanya.     

"Gue kangen lo... Lo ke mana nan?? Hiks.." tangis Anin yang lama kelamaan membuat dirinya masuk ke alam mimpi.     

.......     

Halo!!!     

Maaf karena author baru update!!     

Thank you for reading :red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.