Dear Pak Polisi..

Danger



Danger

0Mata Wilbert kini tepat pada sasaran objek yang sedang dia cari. Kini, matanya dapat melihat Anin bersama dengan yang lainnya dengan sangat jelas.     

Wilbert tersenyum miring ketika matanya telah menangkap objek tersebut.     

"You can't go anywehere again after this, Anindya Putri Aisyah... I'll have you soon..." gumam Wilbert dengan senyum miring nya.     

Wilbert lalu bangkit dari duduknya, ia lalu menghubungi seseorang.     

"Ikuti instruksi dari saya.. lalu, lakukan tugasmu sesuai dengan yang saya perintahkan!.." ucap Wilbert pada seseorang di seberang telepon.     

"..."     

"Ikuti arah pandangku!! Lakukan sesuai perintah yang telah aku katakan sebelumnya padamu!! Jangan sampai semuanya berbalik padamu!" ucap Wilbert.     

"....."     

Tut.     

Wilbert memutuskan sambungan secara sepihak. Ia lalu tersenyum miring.     

"I got you!!" monolog Wilbert.     

......     

Anin bangkit dari duduknya... Ia menatap pada Arga.     

"Ga, tolong jangan pernah ganggu hidup aku lagi.. karena kita sudah selesai... gak ada lagi yang bisa dilanjut atau pun diperbaiki.." ucap Anin.     

Kini, semua pasang mata tertuju pada mereka. Mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sana.     

.....     

Ravi dan Dita yang mengetahui bahwa putra mereka ternyata juga merupakan satu dari keempat objek yang menjadi pusat perhatian di sana pun bingung dan bertanya-tanya.     

"Ta, apa yang sebenarnya telah terjadi??" ucap Ravi pada Dita.     

Dita mengendikkan bahunya.     

"Aku gak tahu mas... Apa sebenarnya yang menjadi permasalahn mereka ya?? Kenapa firasat ku mendadak saja merasa tidak enak??" ucap Dita.     

"Tenangkan pikiranmu.. Lebih baik kita duduk di sana.. Aku yakin bahwa Radit, Mr. Han, Mr. Arga dan Anin mampu menyelesaikan masalah mereka.. mungkin itu hanya masalah kecil saja.." ucap Ravi.     

"Tapi perasaanku benar-benar gak enak mas... Aku takut sekali jika sampai terjadi sesuatu pada putra kita.." ucap Dita.     

"Tidak apa, Ta.. semua akan baik-baik saja... Ayo kita duduk di sana.." ucap Ravi.     

Dita pun mengangguk. Mereka berdua lalu mengambil posisi duduk di sebuah kursi yang ada di sana.     

.....     

Mr. Jack bersama dengan beberapa partner bisnisnya kini saling bertukar obrolan.     

"Ini yang saya katakan tadi pada kalian..." ucap Jack.     

"Apa akan terjadi sesuatu yang menyeramkan di antara mereka nanti, Mr. Jack??"     

"Entahlah... tapi aku merasa bahwa satu di antara mereka nantinya akan menjadi korban.." ucap Jack.     

"Korban??"     

"Korban yang akan menjadi berita duka yang sangat mendalam.. di dalam pemikiranku, sesuatu yang sangat menyeramkan akan terjadi di pesta ini..." ucap Jack.     

"Tapi semua terlihat seperti biasa saja... tidak ada perdebatan yang menyeramkan.."     

"Mudah-mudahan saja apa yang aku pikirkan itu tidak benar-benar terjadi ya.. kita berdoa yang terbaik saja..." ucap Jack.     

"Apa sebenarnya yang sedang mereka perdebatkan?? Apakah mereka memperebutkan nona cantik itu??"     

"Aku juga merasa seperti itu.. karena hanya ada nona cantik itu di sana..." ucap Jack.     

"Aku heran.. bagaimana bisa Mr. Han juga ikut terlibat dalam perdebatan soal perempuan seperti itu?? Bukankah dia itu adalah seorang lelaki dengan ekspresi wajah yang selalu datar bahkan pada perempuan sekali pun?? Bagaimana bisa dia juga ikut terlibat di sana ya??"     

"Mungkin Mr. Han telah menemukan dambaan hatinya.. aku merasa bahwa perempuan itu benar-benar spesial.. sehingga mereka bertiga memperebutkan dia..." ucap Jack.     

"Ah iya lihatlah... Ketika pria di sana adalah pria yang tidak pernah dikabarkan memiliki kekasih.. dan malam ini, mereka justru berdebat karena seorang perempuan.."     

" Iya benar... Putra tunggal dari Sir Ravi itu juga tidak pernah dirumorkan bahwa ia pernah menjalin hubungan dengan siapa pun.. tapi tadi aku melihat dia datang ke pesta ini bersama dengan nona cantik itu.."     

"Betapa beruntungnya nona cantik itu.. diperebutkan oleh tiga pebisnis muda yang tampan dan tak pernah terdengar gosip miring sekalipun..."     

"Yang beruntung bukanlah si nona cantik itu.. tetapi salah satu dari mereka yang berhasil memilikinya.." ucap Jack.     

Mereka sedikit tak percaya dan tercengang.     

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu, Mr. Jack??"     

"Lihatlah... mereka bertiga itu sulit untuk jatuh cinta pada seorang perempuan... dan hari ini, mereka bertiga justru memperebutkan satu orang perempuan yang sama.. bukankah itu berarti bahwa nona cantik itu spesial?? Anggap saja mereka sedang melakukan sebuah pertandingan untuk bisa mendapatkan nona cantik itu.. dan pemenangnya adalah yang sangat beruntung... seperti itu.." ucap Jack.     

"Ah iya.. aku paham sekarang..."     

"Nona cantik itu benar-benar mempesona.."     

"Ada satu orang lagi pebisnis muda yang juga tidak pernah terdengar rumor tentang dirinya yang memiliki kekasih.. dia tidak pernah dekat dengan seorang perempuan sekalipun... dan dia juga menyembunyikan identitasnya.."     

"Bagaimana bisa dia memiliki kekasih jika dirinya saja menutupi identitasnya?? Dan bahkan tidak pernah memperlihatkan wajah di balik masker hitamnya..."     

"Dasar pria black identity!"     

"Hati-hati kau jika berbicara.. tadi aku melihat bahwa dia juga datang ke pesta ini.. dia itu berbahaya.." ucap Jack.     

Mereka menutup mulut mereka tak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Jack baru saja.     

"Sungguh Mr. Jack??"     

Jack pun mengangguk.     

"Aku melihatnya tadi.." ucap Jack.     

"Apa dia juga akan ikut masuk dalam golongan pebisnis muda tanpa rumor miring soal asmara yang juga akan memperebutkan nona cantik itu??"     

"Kurasa dia tidak akan pernah peduli tentang perempuan.."     

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal ini?"     

"Karena dia terlalu sibuk menyembunyikan identitasnya.. untuk mengurus identitasnya saja dia sibuk, bagaimana bisa dia memikirkan soal perempuan?? Hahahah..."     

"Sekali lagi kukatakan.. jaga bicaramu... dia itu berbahaya.. dia juga memiliki banyak mata-mata yang kapan saja bisa membunuh orang yang dia benci.." ucap Jack.     

Mereka pun kembali tersadar dan akhirnya bungkam.     

.....     

"Kamu pamit sama aku tidak dengan alasan seperti ini, Anin... kita berpisah dengan cara yang baik-baik.. Aku memahami kamu pada saat itu untuk mengakhiri hubungan kita karena alasan agama.. tetapi nyatanya apa?! Kamu memutuskan aku dan kamu menjalin hubungan dengannya?! Kenapa kamu bisa sejahat itu sekarang, nin?? Kenapa?! Kenapa kamu tega sekali?!" ucap Arga.     

Anin merasa bersalah. Bagaimana pun pada saat itu, Anin memutuskan Arga dan Hanan dalam waktu yang sama karena alasan takut akan dosa pacaran.     

Tetapi hubungan dia justru semakin dekat dengan Hanan dan menghindari Arga.     

Apakah Anin sejahat itu pada Arga?? Dia bahkan pernah menjalin hubungan dengan Hanan di saat dirinya masih menjalin hubungan dengan Arga.     

Mata Anin kini telah berkaca-kaca. Ia benar-benar merasa bersalah pada Arga. Bagaimana pun ia pernah mengkhianati Arga pada saat itu karena dia sangat mencintai Hanan.     

"Maafin aku, Ga... maaf... tapi semuanya udah berlalu.." ucap Anin.     

"Semua memang sudah berlalu tapi luka itu belum benar-benar sembuh.. Kamu tahu bagaimana rasanya dikhianati?? Rasanya sakit sekali nin.. padahal aku benar-benar mencintai kamu pada saat itu.." ucap Arga.     

"Aku minta maaf... maaf Ga..." ucap Anin.     

"Aku memaafkan kamu tapi tidak dengan dia!" ucap Arga menunjuk Hanan.     

Deg!     

......     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.