Dear Pak Polisi..

Persiapan Menuju Acara



Persiapan Menuju Acara

0Rio baru saja menerima invitation card dan setelan untuk menghadiri acara tersebut yang dibawakan oleh kepercayaannya.     

Rio membawanya masuk ke dalam apartemen setelah menerimanya dari kepercayaannya. Ternyata di sana telah ada Vio dan Daniel yang menunggu.     

"Pa?? Papa dari mana??" ucap Vio.     

"Ambil ini.. tadi dianter sama anak buah papa.." ucap Rio.     

"Hmm ... setelan?" ucap Vio.     

Rio pun mengangguk.     

"Papa juga belikan untuk kamu.. nanti malam kamu pakai ya.. biar warna setelan kita senada.." ucap Rio.     

"Iya pa.." ucap Vio.     

Rio pun mengangguk lalu mengambil posisi duduk.     

"Hmm oh iya pa... ini Daniel... teman aku yang tadi aku ceritain.." ucap Vio.     

Daniel pun mengulurkan tangannya, Rio pun lalu menjabatnya.     

"Sebenarnya saya ingin mengobrol banyak dengan kamu, Daniel.. tapi sepertinya waktu kita tidak banyak untuk malam ini... mungkin besok kamu bisa datang ke kantor saya bersama dengan Vio.. kita akan membahas hal itu di sana besok..." ucap Rio.     

Daniel pun mengangguk.     

"Iya om baik.." ucap Daniel.     

"Vi, kamu siap-siap ya.. papa juga mau siap-siap karena kita akan berangkat sebentar lagi.. maghrib dulu ya Vi.." ucap Rio.     

Vio pun mengangguk.     

"Iya pa.." ucap Vio.     

"Daniel, kamu kalau ingin ikut dengan kita juga gak masalah kok.." ucap Rio.     

"Hmm gak usah om.. saya di sini aja.." ucap Daniel.     

Rio pun mengangguk.     

'Gak tahu kenapa, saya seperti merasa mengenal anak ini..' ucap Rio di dalam hatinya.     

Rio pun lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.     

"Niel.. gue siap-siap dulu ya..." ucap Vio.     

Daniel pun mengangguk.     

"Iya Vi.." ucap Daniel.     

Vio pun lalu beranjak dari sana.     

....     

Anin benar-benar bingung saat ini. Pasalnya sebentar lagi acara itu tentu akan dimulai.     

"Duhh aku harus gimana ya?? Aku gak bisa terus-terusan diam seperti ini... Aku udah janji bahwa aku akan membantu pak Radit.. tapi bagaimana ya??" gumam Anin.     

Saat sedang sibuk dalam pikirannya, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk oleh Hanan.     

Tok Tok Tok....     

"Iya sebentar..." ucap Anin.     

Anin pun lalu melangkahkan kakinya menuju pintu kamar.     

Ceklek!     

Pintu kamar pun terbuka dan menampilkan Hanan yang telah rapi dengan setelannya.     

Anin terpukau menatap Hanan yang terlihat jauh lebih tampan dari biasanya.     

"Anin??" ucap Hanan memanggil Anin.     

Anin pun tersadar dari lamunannya.     

"Hmm?? Bapak... sudah rapi seperti ini mau pergi ke mana??" ucap Anin.     

"Saya ada undangan nin... saya ke sini karena saya mau pamit sama kamu... saya pergi sendiri.. di rumah ada Andre dan Alex... kamu gak apa-apa kan jika saya tinggal??" ucap Hanan.     

"Bapak undangan pernikahan di hari biasa??" Ucap Anin.     

Deg!     

'Apa yang harus saya jawab?? Apa saya harus menjawab dengan jujur??' ucap Hanan di dalam hatinya.     

"Hmm iya nin... kamu gak apa-apa kan kalau saya tinggal di rumah??" ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

'Apa aku sekalian aja ya izin ke pak Hanan untuk pergi dengan pak Radit??' ucap Anin di dalam hatinya.     

"Hmm pak..." ucap Anin.     

Hanan pun menatap pada Anin.     

"Iya??" ucap Hanan.     

"Saya ingin mengatakan sesuatu pada bapak.." ucap Anin.     

"Apa itu??" ucap Hanan.     

"Saya.... saya... saya mau izin sama bapak.." ucap Anin.     

"Izin?? Izin untuk apa??" ucap Hanan sedikit bingung.     

"Hmm... saya.. saya-" ucapan Anin pun terpotong ketika ponsel Hanan berdering.     

Drrrrttttt....     

Sebuah panggilan masuk di handphone Hanan.     

"Anin sebentar ya.. saya terima telepon terlebih dahulu.." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya pak.." ucap Anin.     

Hanan pun lalu menerima panggilan dari seseorang.     

...     

Wilbert telah selesai bersiap-siap saat ini. Dirinya pun lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.     

"Sebenarnya saya begitu malas untuk pergi ke sana... tapi apa boleh buat?? Saya tetap harus pergi ke sana.." monolog Wilbert.     

Saat Wilbert melangkahkan kakinya melewati ruang televisi, Aurora tiba-tiba berlari ke arahnya dan berhambur ke dalam pelukannya.     

"Papa... Papa mau pergi ke mana??" ucap Aurora.     

Wilbert memejamkan matanya sejenak.     

"Papa akan pergi ke sebuah acara.. kamu tetap tinggal di rumah ya.. makan malamlah dengan bibi... jangan menunggu kepulangan papa.. setelah kamu selesai makan, kamu langsung tidur.." ucap Wilbert.     

Aurora sedang dalam kekecewaan nya.     

"Apakah aku tidak boleh ikut pergi bersama dengan papa??" ucap Aurora.     

"Tidak bisa Aurora... tetaplah tinggal di rumah.. papa harus pergi sekarang..." ucap Wilbert melerai pelukan Aurora padanya.     

"Seandainya paman Zivan ada di sini, mungkin aku gak akan merasa kesepian seperti sekarang... setidaknya paman selalu mengajak aku bermain.." ucap Aurora menunduk.     

"Saat ini aku benar-benar merasa kesepian pa.. aku gak lagi datang ke kursus dan aku juga gak pernah lagi bertemu dengan miss Anin dan paman Zivan.. kenapa semuanya menjadi seperti ini pa?? Kenapa orang-orang meninggalkan aku??" ucap Aurora.     

'Maafkan papa ra.. maafkan papa... semua ini terjadi karena papa.. tapi papa seperti ini karena papa ingin memperjuangkan Anin untuk bisa menjadi milik papa.. maaf..' ucap Wilbert di dalam hatinya.     

"Ini sudah takdir... lebih baik kamu makan malam dan istirahat setelah itu.. papa harus pergi sekarang.." ucap Wilbert.     

"Tolong bawa paman Zivan kembali lagi ke sini pa.. aku benar-benar merindukannya.." ucap Aurora.     

Wilbert pergi tanpa berniat merespon ucapan Aurora.     

.......     

Vio dan Rio telah selesai bersiap-siap untuk pergi ke acara tersebut.     

"Vi, kamu sudah selesai??" ucap Rio.     

Vio pun mengangguk.     

"Iya pa sudah kok.." ucap Vio.     

"Gaunnya bagus di tubuh kamu... berarti pilihan papa tidak salah.." ucap Rio tersenyum.     

Vio pun ikut tersenyum.     

"Warnanya juga pas pa.. aku suka.. gak terlalu norak.." ucap Vio.     

Rio pun mengangguk.     

"Iya Vi.. lo cantik pakai gaun itu.." ucap Daniel memuji Vio dengan tersenyum. Vio pun tersenyum.     

"Thanks before nih.. tapi itu berarti kalau gue gak pakai gaun ini, gue jelek dong ya??" ucap Vio terkekeh.     

"Wkwk ya enggaklah.. lo tetap cantik kok dengan style apapun.." ucap Daniel.     

"Hahah iya iya ... thanks ya.." ucap Vio yang diangguki oleh Daniel.     

"Ya udah Vi.. kita berangkat sekarang ya.." ucap Rio.     

"Iya pa... Niel, gue sama papa berangkat ya.." ucap Vio.     

"Iya Niel... titip apartemen ya.." ucap Rio.     

Daniel pun mengangguk.     

"Iya Vi, om.. hati-hati and enjoy the party.." ucap Daniel.     

Vio dan Rio pun mengangguk. Mereka pun lalu pergi meninggalkan apartemen tersebut.     

........     

Wilbert kini sedang dalam perjalanan menuju acara tersebut. Dia mengemudikan mobilnya sendiri tanpa sopir untuk kali ini.     

"Yang penting nanti saya tunjukkin diri aja.. nah setelah itu saya pulang..." gumam Wilbert.     

Tiba-tiba pikiran Wilbert menjadi penuh tentang Aurora.     

"Kasihan juga Aurora.. dia pasti merasa kesepian banget sekarang karena di rumah gak ada siapa-siapa selain pekerja... Semoga aja cara yang dilakukan oleh anak buah saya untuk membawa Zivan kembali pulang ke rumah bisa berhasil.." gumam Wilbert.     

...........     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.