Dear Pak Polisi..

Sebuah Rasa Penuh Tanya



Sebuah Rasa Penuh Tanya

0Anin sedikit memberi instruksi pada Hanan dengan bahasa tubuh.     

"Kenapa??" ucap Hanan pelan. Anin membisukan suaranya.     

"Zivan bertanya di mana saya sekarang.. apa yang harus saya jawab, pak?" ucap Anin.     

"Katakan saja yang sesungguhnya.. karena Zivan kan juga sudah mengetahui bahwa saya masih hidup.. tapi peringati dia untuk bisa menjaga rahasia ini.." ucap Hanan.     

"Lalu bagaimana dengan pak Radit dan kak Devan, pak?? Apa mereka juga bapak izinkan untuk mengetahui semua ini??" ucap Anin.     

Hanan berpikir sejenak sebelum dirinya akhirnya mengangguk.     

"Hmm iya boleh.. asalkan mereka bisa menjaga rahasia ini dan saya juga berharap setelah mereka mengetahui rencana pernikahan kita, mereka akan berhenti mencintai kamu dan mulai mengikhlaskan kamu.." ucap Hanan.     

Anin tersenyum getir.     

"Iya pak.." ucap Anin.     

Hanan pun mengangguk.     

Andre dan Alex yang juga berada di sana hanya mengamati tanpa berniat mengomentari. Alex yang sudah jelas merupakan teman lama Hanan sangat mengetahui bagaimana sifat dan karakter sahabatnya itu. Hanan adalah tipe lelaki yang memiliki tingkat kecemburuan yang tinggi, dia juga sebenarnya adalah tipe lelaki yang posesif tetapi dia tidak terlalu memperlihatkannya di depan Anin. Hanan selalu punya cara untuk bisa menjauhkan gadisnya dari lelaki mana pun yang berniat memisahkan dia dengan gadisnya.     

Bahkan ketika posisi keduanya berjauhan pun, Hanan selalu mengawasi pergerakan Anin untuk tetap menjaga Anin dalam kondisi dan jarak apapun.     

Anin kembali melanjutkan sambungannya.     

"Hmm.. aku sudah bersama dengan Hanan, Ziv.. Hanan.. Hanan sudah berhasil menyelamatkan aku dari Wilbert pada saat itu" ucap Anin.     

Deg!!     

......     

Radit dan Devan yang mendengar pernyataan Anin baru saja, benar-benar terkejut luar biasa. Pasalnya, yang mereka ketahui adalah bahwasannya Hanan telah lama tiada.     

Dan baru saja Anin mengatakan bahwa saat ini dia sedang bersama dengan Hanan.     

Pikiran Radit dan Devan benar-benar dipenuhi tanda tanya.     

"Sebentar.. sebentar... Anin sedang bersama dengan Hanan?? Hanan telah berhasil menyelamatkan Anin dari Wil-bert?? Maksudnya bagaimana ini, Ziv?? Bukankah Hanan telah lama tiada..?? Kenapa bisa seperti ini??" ucap Radit bingung.     

"Akan saya jelaskan nanti kak..." ucap Zivan.     

Radit seolah bertanya pada Devan. Namun Devan juga tak mengerti dengan semua ini. Dirinya pun hanya mengendikkan bahunya sebagai jawaban.     

Radit benar-benar tak habis pikir dengan semua yang telah terjadi di antara mereka.     

"Anin.. saya senang jika kamu saat ini telah baik-baik saja bersama dengan Hanan... semoga kalian bisa selalu bahagia dan niat baik kalian bisa segera terlaksana.. Hmm saya tidak bisa berlama-lama berbicara pada kamu dalam telepon ini karena saya yakin pada saat ini ada Hanan yang menemani kamu di sana.. saya tidak enak.. hanya itu saja.. semoga kebahagiaan selalu membersamai kalian.. Assalamualaikum.." ucap Zivan.     

....     

"I-iya Ziv.. Aamiin.. terima kasih atas semuanya dan juga doa baiknya, semoga doa-doa baik itu dikembalikan pada kamu juga ya.. Aamiin... waalaikumsalam Ziv.." ucap Anin.     

"Iya nin.." ucap Zivan.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

Entah mengapa, Anin menjadi merasa tidak enak untuk saat ini setelah mengatakan tentang Hanan tadi.     

'Kenapa aku jadi kayak jahat banget ya?? Aku seperti memberi harapan yang besar pada pak Radit dengan mengizinkan dia hadir di dalam hidup aku pada masa-masa sulit itu, tetapi aku dengan jahatnya mengatakan bahwa saat ini aku sedang bersama dengan Hanan dalam rencana pernikahan.. Rasanya aku seperti mencampakkan pak Radit ketika aku telah kembali bersama dengan Hanan... Ya Allah...' ucap Anin di dalam hatinya.     

Sungguh, hatinya benar-benar merasa tak enak pada Radit yang selama ini selalu ada untuknya dalam kondisi dan situasi apa pun dan sesibuk apapun dia.     

Radit yang Anin kenal saat ini benar-benar Radit yang berbeda dengan Radit pada masa pertama kali mereka bertemu. Radit telah menjelma menjadi sosok Radit yang lebih bisa memahami sifat Anin dan lebih sabar.     

Anin kembali terhanyut dalam pikirannya hingga dia melamun.     

Hanan yang mengetahui hal itu, dengan hati-hati melambaikan tangan di depan wajah Anin.     

"Anin... are you okay??" ucap Hanan.     

Anin pun tersadar dari lamunannya. Ia seperti terkejut.     

"Hmm.. i-iya pak?? Kenapa?" ucap Anin.     

"Kamu melamunkan apa tadi?" ucap Hanan.     

'Aku gak mungkin menceritakan semuanya sama pak Hanan... gak.. aku gak boleh cerita soal ini..' ucap Anin di dalam hatinya..     

Anin pun menggeleng.     

"Sa-saya tidak melamun kok pak tadi.." ucap Anin.     

"Saya tahu jika saat ini kamu sedang berbohong pada saya nin... tapi gak apa-apa kok kalau kamu memang gak mau cerita sama saya.. saya tidak akan pernah memaksa.." ucap Hanan.     

"Hmm saya permisi ke kamar dulu pak.." ucap Anin lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menuju kamarnya.     

Sepergian Anin, Hanan langsung mengusap wajahnya gusar. Ia memejamkan matanya dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan.     

"Ya Allah... Ini yang saya takutkan..." gumam Hanan.     

Andre dan Hanan saling memandang. Mereka seolah berbicara hanya dengan gerakan tubuh yang sederhana.     

"Hanan.." ucap Andre.     

Hanan masih menundukkan wajahnya.     

"Kenapa sih lo nan?? Lo mikirin apa?? Cerita sama kita.. kali aja kan kita bisa bantu kasih solusi buat lo.." ucap Alex.     

"Gue gak apa-apa... Gue permisi.." ucap Hanan lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan meja makan.     

.......     

Saat ini Anin tengah berada di dalam kamarnya. Ia sedang duduk di tempat tidurnya dengan bersandar pada kepala tempat tidur.     

Anin memeluk bantal dalam posisi duduknya.     

"Kenapa aku menjadi terus kepikiran soal pak Radit ya?? Aku benar-benar takut sekali jika pak Radit berpikir yang tidak-tidak mengenai aku.. aku takut jika dia nantinya akan membenci aku karena hal ini.. ya Allah.. kenapa semuanya harus seperti ini sih??" monolog Anin bimbang.     

Anin benar-benar gelisah. Ia benar-benar tidak tenang kepikiran soal Radit.     

"Selama ini.. pak Radit sudah banyak sekali membantu aku.. aku banyak sekali berhutang budi padanya.. apa aku tega melakukan semua ini sama dia?? Dan pada hari itu, di waktu aku ikut lunch bersama dengan kedua orang tuanya, kedua orang tuanya juga benar-benar hangat sekali sama aku.. mereka benar-benar baik sama aku yang baru mereka kenal.. Anin... ada apa dengan kamu sih?? Kenapa kamu menjadi seperti ini??" gumam Anin.     

Mungkinkah Anin telah jatuh cinta pada Radit karena kebaikan yang selama ini Radit lakukan untuk Anin?? Ketika Hanan tidak ada di sampingnya, Radit selalu ada untuknya.. Bahkan Radit selalu meluangkan waktunya untuk Anin. Radit selalu ada pada masa-masa sulit Anin, apa lagi pada saat Anin menduduki bangku semester akhir dunia perkuliahan. Radit lah yang paling banyak membantunya.     

Bahkan Radit ada untuk Anin ketika Anin mendapat kabar duka soal kematian Hanan. Radit berupaya menghiburnya, menghapus segala luka dan pedih yang ada pada hati dan pikiran Anin. Radit bahkan berhasil menyembuhkan Anin dari pahitnya luka akibat kehilangan Hanan pada saat itu.     

Tegakah Anin melakukan hal itu pada Radit yang bahkan tak pernah sekalipun menyakitinya??     

.....     

Bersambung.....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.