Dear Pak Polisi..

Still Lucky



Still Lucky

0"Tolong lakukan sesuatu.. katakan pada dua penjaga di depan kamar saya untuk pergi pada bagian administrasi, mengurus administrasi rumah sakit saya.. saya mau mereka pergi dari depan kamar saya.. kirimkan nomor rekening kamu.. akan saya transfer uangnya nanti.. ketik di sini.." ucap Zivan.     

"Saya tidak butuh sir.. saya akan membantu sir.. saya permisi.." ucap suster.     

Suster tersebut pun lalu keluar dari kamar Zivan.     

"Dia benar-benar baik... sekarang saya harus melepas infus ini dan keluar dari sini..." gumam Zivan.     

Zivan pun melepas semua peralatan pengobatan yang menempel pada tubuhnya. Lalu setelah itu, dia kembali menghubungi Devan.     

"Dev, saya sudah meminta suster untuk membuat mereka pergi dari sana... jika mereka telah pergi, segera masuk ke dalam kamar saya.." ucap Zivan pada Devan di seberang telepon.     

"Oke Ziv.." ucap Devan.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Saya harus mengganti pakaian saya agar tidak ada yang curiga.." gumam Zivan lalu segera mengganti pakaiannya.     

.....     

"Pak, mereka sudah pergi ... Zivan telah meminta bantuan sesuatu pada suster... kita harus segera ke sana.." ucap Devan.     

Radit pun mengangguk lalu segera menghampiri kamar Zivan dengan hati-hati.     

Mereka pun telah berhasil masuk ke dalam kamar Zivan.     

Dan ternyata di dalam, Zivan telah mengganti pakaiannya.     

"Bagaimana?? Sudah amankah di luar?" tanya Zivan.     

Devan dan Radit pun mengangguk.     

"Aman Ziv.." ucap Devan.     

"Ya udah.. kita pergi sekarang.." ucap Zivan.     

"Ponsel kamu Ziv... jangan sampai ada yang tertinggal.." ucap Devan.     

"Ah iya.. saya hampir lupa.." ucap Zivan lalu mencabut handphonenya yang telah dicharger bersamaan dengan charger nya.     

"Kita keluar sekarang.." ucap Devan.     

Mereka pun lalu dengan hati-hati keluar dari kamar tersebut.     

....     

"Lo tinggal di mana Vi?" ucap Sean.     

"Apartemen xxx.." ucap Vio.     

"Gue antar lo ke sana ya.." ucap Sean.     

Vio pun mengangguk.     

Dirinya benar-benar mabuk berat saat ini.     

"Badan gue semakin panas ini.. panas banget.. lo ngebut dong bawa mobilnya... jangan pelan banget.." Ucap Vio kesal.     

"Sabarlah... udah gue bilangin juga dari tadi.. lo sih gak mau nurut.." ucap Sean.     

"Jangan gila ya lo! Gue emang lagi mabuk, tapi gue masih punya kesadaran!" ucap Vio.     

"Ya terserah sih.." ucap Sean.     

'Sial!! Panas banget lagi! Kenapa gue bisa kepanasan seperti ini sih?! Sumpah gue haus Banget! Dan kenapa gue seolah terangsang ketika gue terus ngelihat Sean?! Shit! Gue kenapa sih?!' ucap Vio di dalam hatinya.     

'Rasain lo! Lo gak akan bisa menahan lagi setelah ini..' ucap Sean di dalam hatinya.     

Sean lalu membuka kancing kemeja miliknya sendiri secara perlahan.     

Mata Vio melirik pada Sean yang tengah menyetir seraya terus membuka kancing kemeja miliknya sendiri hingga pada kancing terakhir.     

'Sial!! Kenapa dia buka kancing kemejanya?! Shit!! Badan dia bagus lagi!' umpat Vio di dalam hatinya.     

Sean menyeringai.     

'Lo gak akan bisa menahan setelah ini, Vio..' ucap Sean di dalam hatinya.     

"Panas banget ya.. gue baru merasa ternyata gue juga kepanasan.. Dan gue sudah merasa sejuk setelah gue buka kancing kemeja gue.." ucap Sean.     

Vio mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Sungguh, ia benar-benar tidak bisa menahannya.     

Dengan sengaja, Sean meraba paha Vio yang setengah terbuka karena menggunakan mini rok.     

Mendapat rangsangan seperti itu, Vio langsung menggeliang hebat.     

"Hhhhh... Shit!" umpat Vio.     

Sean tersenyum miring.     

'Kena lo!' ucap Sean di dalam hatinya.     

"Jangan sentuh gue sialan!!" tmpat Vio pada Sean.     

"Gue gak sengaja.. tadinya gue mau pegang ini, eh justru itu lo yang kepegang.." ucap Sean.     

"Jangan kurang ajar ya lo!" ucap Vio.     

"Gue gak sengaja Vio.. ya walaupun gue tahu kalau lo suka sih... belum ada kan cowok yang nyentuh lo?? Miris ya lo.. lo cantik.. lo kaya.. tapi gak ada seorang laki-laki pun yang tertarik sama lo.. seharusnya lo bersyukur karena gue suka sama lo.." ucap Sean.     

"Apa?! Lo suka sama gue??" ucap Vio terkejut.     

"Iyalah.. kalau gak untuk apa gue melakukan semua ini?? Gue biarin aja lo seharunya tadi di sana.." ucap Sean.     

'Apa benar Sean suka sama gue??' ucap Vio di dalam hatinya.     

"Kita sudah sampai... ayo.." ucap Sean.     

Mereka berdua pun lalu turun dari mobil dan segera menuju lantai apartemen Vio.     

.     

.     

Mereka pun kini telah berada di dalam kamar apartemen Vio.     

Vio segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.     

"Sial!! Sean benar-benar brengsek!! Dia pasti masukin obat perangsang ke minuman gue makanya gue menjadi seperti ini!! Gue beruntung karena gue masih selamat.. huuh.." monolog Vio.     

.....     

Pagi yang cerah, Matahari bersinar memancarkan cahayanya..     

Anin, Hanan, Andre dan Alex tengah menikmati sarapam pagi masakan Anin.     

"Hari ini lo berdua ada penyidikan kan?? Mengenai apa?? Teroris yang melakukan bom bunuh diri di depan rumah ibadah itu atau yang lain?" ucap Alex.     

"Hal lain, Lex.." ucap Andre.     

"Apa?" ucap Alex.     

"Narkoba... kita mendapat informasi bahwa mereka semakin liar dalam mengedarkan narkoba tersebut.. bahkan mereka dengan beraninya meracuni otak-otak anak muda masa kini sehingga banyak sekali aksi kejahatan yang semakin beredar sekarang... bahkan mereka mencampuri narkoba tersebut ke dalam minuman dan makanan untuk lebih mudah meracuni mereka.. bahkan mereka membuka sebuah komunitas dengan mengatasnamakan agama untuk bisa membuat banyak orang mengonsumsi narkoba itu.. bahkan ada beberapa dari mereka yang mengandalkan ketampanan dan kecantikan mereka untuk mencari pelanggan tetap, terutama anak-anak orang kaya.." ucap Hanan.     

"Wahh bahaya dong itu kalau kayak begitu... harus segera diatasi itu... kalau gak segera diatasi, bisa-bisa generasi penerus bangsa ini nantinya menjadi generasi pengonsumsi narkoba bukan generasi berkualitas." ucap Alex.     

"Iya makanya itu.. mungkin malam ini kita akan melakukan penggrebekan pada beberapa tempat-tempat hiburan malam.. karena biasanya yang sering mereka racuni adalah orang-orang frustasi yang ada di sana.." ucap Hanan.     

"Ya udah.. ntar calling aja yang lain.. yang lagi ada di Jogja.. supaya mereka grebek juga tempat-tempat hiburan malam yang ada di daerah sana.. karena gue yakin bahwa mereka juga menyebar di berbagai daerah.." ucap Andre.     

"Iya ndre.. lo hubungi yang lain nanti.. jangan lupa yang di jakarta juga.. mereka biasanya menyebar pada kota-kota besar.." ucap Hanan.     

"Oke.. untuk urusan calling ntar akan menjadi urusan gue.. lo tenang aja.." ucap Andre.     

"Siiippp... gue percaya sama lo..." ucap Hanan.     

Andre pun mengangguk.     

Drrrrttt....     

Ponsel Anin berdering menandakan ada panggilan masuk di sana. Segera Anin mengamb ponselnya yang berada di atas meja tepatnya di sebelah piring makannya.     

"Siapa?" ucap Hanan.     

"Hmm pak Radit, pak.." ucap Anin.     

Hanan pun mengangguk paham.     

"Gak apa-apa.. terima aja.." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk lalu dirinya pun menerima panggilan dari Radit.     

.......     

Maafkan Typo....     

Thank You for Reading....     

Please support this novel by buying privilege...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.