Dear Pak Polisi..

Other Things In Paper Bag



Other Things In Paper Bag

0"Wahhh kalau saya menceritakan semuanya pada kamu.. kamu tidak akan lagi penasaran dong dengan kelanjutan ceritanya... kamu harus menyelesaikan bacaan kamu untuk mengetahui bagaimana nasib Edward pada akhirnya setelah ditinggal oleh Emily.." ucap Hanan.     

"Hehehe... siap.. saya benar-benar tidak sabar untuk bisa menyelesaikan bacaan ini untuk mengetahui bagaimana kisah Emily dan Edward.." ucap Anin.     

"Ceritanya benar-benar menarik.. mungkin setelah kamu selesai membacanya nanti, kamu tidak akan bosan untuk membacanya lagi.." ucap Hanan.     

"Heheh... luar biasa sih emang.. Zivan memang the best.. Saya yakin, meskipun ketika Zivan telah tiada di dunia ini lagi nanti, orang-orang akan selalu mengenang dia dengan kenangan yang baik.. karena Zivan adalah orang yang baik dan penulis terbaik..." ucap Anin.     

Hanan mengangguk.     

"Dia akan selalu menjadi yang terbaik bagi siapa pun yang menghargai kebaikannya.. tetapi dia akan menjadi yang terburuk bagi siapa pun yang melihatnya hanya dari satu sudut pandang saja.." ucap Hanan.     

"Iya pak benar... saya benar-benar mengkhawatirkan kondisinya.." ucap Anin.     

"Tenanglah.. karena saya sudah mengirim orang untuk mengawasinya.. semoga dia lekas membaik.. tetapi yang saya dengar, saat ini dia sedang mengalami masa komanya.." ucap Hanan.     

"Saya tidak meragukan hal itu.. Zivan dalam kondisi tidak sadarkan diri pada saat itu dan bahkan saya hampir mengira bahwa dia akan tiada.. tetapi Alhamdulillah Allah masih mengizinkan dia untuk hidup.." ucap Anin.     

Hanan mengangguk.     

"Iya nin alhamdulillah.. kita sama-sama berdoa yang terbaik saja untuknya ya.." ucap Hanan.     

"Iya pak... aamiin.." ucap Anin.     

"Hmm oh iya nin... ini tadi orang suruhan saya sudah berhasil mengamb ponsel kamu yang tertinggal di rumah Wilbert..." ucap Hanan memberikan paper bagi tersebut.     

Anin pun menerimanya.     

"Bagaimana dengan kondisi Wilbert pak??" ucap Anin.     

"Dia menghubungi dokter tadi.. dan sepertinya kondisinya sudah mulai membaik.. satu hal yang saya kagumi.. Aurora masih terus baik pada Wilbert yang bahkan sekarang sudah terlihat mulai membencinya.." ucap Hanan.     

Anin mengangguk.     

"Saya kasihan ada Aurora.. dia masih terlalu kecil untuk bisa menerima kenyataan pahit ini... meskipun dia bukan anak kandung Wilbert, seharusnya Wilbert tidak melakukan hal itu padanya.." ucap Anin.     

"Apa??! Aurora bukan anak kandungnya?? Bagaimana bisa?? Kamu mendapatkan informasi ini dari siapa?" ucap Hanan.     

"Devan, pak.. senior saya sewaktu di kampus.." ucap Anin.     

Hanan mengerutkan keningnya.     

'Ada hal yang aneh di sini...' ucap Hanan di dalam hatinya.     

"Hmm iya iya.. ya sudah .. kamu bisa melepas kartunya pada ponsel itu dan pindahkan pada yang lain.." ucap Hanan.     

Anin pun lalu melihat isi dari paper bag tersebut dan ia terkejut ketika di dalamnya tidak hanya ada handphonenya yang rusak, tetapi ada hal lain.     

"Pak??" ucap Anin sedikit bingung.     

"Ya??" ucap Hanan dengan biasa.     

"Ini apa?? Dan milik siapa??" ucap Anin seraya mengeluarkannya dan menunjukkannya pada Hanan.     

.......     

Wil sedang dalam perjalanan saat ini menuju ke suatu tempat.     

"Saya akan memulai semuanya.. dan saya akan membuat kalian berdua terpisahkan tanpa perlu menguras biaya dan tenaga saya lagi... a game is started, Hanan Adyatma Nugroho.. And we will see who is the winner of it..." gumam Wil dengan senyum miringnya seraya mengemudi.     

........     

"Pa?? Papa jangan memberi harapan palsu pada Rafka seperti itu dong... ada-ada aja sih papa ..." ucap Asni pada Wiran.     

"Siapa sih yang memberikan harapan palsu pada Rafka?? Saya tidak pernah memberikan harapan palsu padanya.. saya berkata apa adanya.. apa pun akan saya lakukan untuk Anin.." ucap Wiran.     

"Jadi papa bersungguh akan mengizinkan aku untuk menikah dengan Anin apabila aku berhasil membawa Anin ke sini dengan tangan dan kakiku sendiri?" ucap Rafka.     

"Dan dalam kondisi seperti sebelumnya... without pain or something else.." ucap Wiran.     

"Baik pa.. baik... aku akan melakukannya.." ucap Rafka bersemangat.     

"Oke good.... papa tunggu kabar baik dari kamu.." ucap Wiran.     

Rafka pun mengangguk.     

"Siap.." ucap Rafka.     

Ketika mereka sedang asyik mengobrol, bibi datang bersama dengan seorang tamu.     

"Assalamualaikum..." ucap tamu tersebut ketika dirinya telah berada di antara Keluarga Anin.     

"Waalaikumsalam..." ucap mereka bertiga sebelum menoleh pada orang tersebut.     

.......     

"Di mana Anin berada ya?? Apa mungkin dia sedang mengajar di kursusnya depan saat ini?? Kalau memang iya, lebih baik saya datang saja ke kursus Devan untuk memastikan.. semoga benar jika Anin sedang berada di sana.." gumam Radit.     

Radit pun lalu bangkit dari duduknya, mengambil kemejanya, menyambar kunci mobilnya dan pergi meninggalkan kamarnya menuju halaman rumah.     

Radit pun mengemudikan mobilnya dengan sedikit lebih cepat.     

"Saya benar-benar mencemaskan kamu, nin.." gumam Radit cemas.     

.......     

Bel pulang murid-murid di kursus telah berbunyi. Maka itu artinya pembelajaran untuk waktu itu telah berakhir.     

Devan kini sedang berada di dalam ruangannya.     

"Bahkan sampai sekarang saya tidak mendapatkan kabar apa pun tentang Anin... di mana Anin?? Kenapa dia tidak memberi kabar ketika dia tidak masuk mengajar hari ini?? Aneh sekali..." gumam Devan.     

.......     

Mobil Radit telah tiba pada halaman kursus Devan. Ia pun segera turun dari mobilnya dan melangkahkan kakinya dengan segera menuju bagian administrasi.     

"Permisi... saya ingin bertemu dengan Devan..." ucap Radit.     

"Apakah anda telah membuat janji dengannya sebelumnya??" ucapnya sopan.     

"Tidak ada janji! Hubungi dia dan katakan bahwa Radit ingin bertemu dengannya." ucap Radit sedikit kesal.     

"Baik." ucapnya lalu menghubungi Devan.     

.....     

Drrrtt.....     

Telepon di ruangan Devan berdering...     

Devan pun segera menerimanya.     

"Ya halo..." ucap Devan pada seseorang di seberang telepon.     

"Maaf Mister.. seseorang atas nama Radit ingin bertemu dengan anda... apakah anda bersedia?" ucapnya sopan.     

"Izinkan." ucap Devan dengan singkat.     

Tut.     

Devan memutuskan secara sepihak.     

"Ada apa ya pak Radit tiba-tiba ingin bertemu dengan saya??" gumam Devan bertanya-tanya.     

....     

"Baik pak... anda diperbolehkan bertemu dengannya... ruangannya ada di sebelah kiri atas nama Mr. Devan.." ucapnya.     

Tanpa menjawab, Radit langsung meninggalkan tempst tersebut dan bergegas menuju ruangan Devan.     

Tok Tok Tok....     

Radit mengetuk pintu ruangan Devan sebelum masuk. Bagaimana pun ia masih memiliki etika yang baik.     

......     

"Masuk!" sahut Devan dari dalam ruangan.     

Radit pun memasuki ruangan Devan. Ia lalu kembali menutup pintunya setelah masuk ke dalamnya.     

"Silahkan duduk pak.." ucapan Devan mempersilahkan Radit untuk duduk.     

Radit pun mengangguk.     

"Terima kasih, Dev.." ucap Radit. Radit pun duduk di sana.     

Devan hanya mengangguk.     

"Hmm oh iya pak... ada apa ya?? Tumben sekali bapak datang ke sini.." ucap Devan.     

"Dev, apa hari ini Anin datang untuk mengajar?? Dia masih mengajar di kursus kamu kan?" ucap Radit.     

"Anin masih mengajar di kurus saya pak... tetapi hari ini saya tidak tahu mengapa, dia sedang tidak hadir pak.." ucap Devan.     

"Apa dia memberi alasan mengapa dia tidak hadir??" Ucap Radit.     

Devan pun menggeleng.     

..........     

Thank You For Reading...     

Maafkan Typo...     

Please support this novel....     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.