Dear Pak Polisi..

Rencana Rahasia Termanis



Rencana Rahasia Termanis

0"Boleh saya tahu ke mana saja bapak selama ini?? Selama bapak menghilang dari saya dan pura-pura meninggal??" ucap Anin.     

Hanan mengangguk.     

"Saya mengalami banyak sekali perjuangan dan perjalanan hidup selama saya menghilang dari kamu dan dinyatakan mati.." ucap Hanan.     

"Apa bapak juga baik-baik aja selama itu??" ucap Anin.     

"Kurang baik... saya hampir mati dua kali.." ucap Hanan.     

Anin tercengang. Mulutnya menganga mendengar apa yang dikatakan oleh Hanan baru saja.     

"A-apa? Bagaimana bisa bapak hampir mati dua kali pak?" ucap Anin terkejut.     

"Musuh saya ingin menghabisi nyawa saya karena marah ketika saya ingin membongkar kejahatannya.. dan saya yakin, pelakunya adalah orang yang sama..." ucap Hanan.     

"Astaghfirullah... kenapa semua ini bisa terjadi pak?? Bagaimana bisa??" ucap Anin.     

"Semua ini terjadi setelah saya dimutasikan menjadi satker intel.. di saat itulah, musuh saya mulai muncul.." ucap Hanan.     

"Lalu, apa dia sudah berhasil ditangkap?" ucap Anin.     

Hanan menggeleng.     

"Dia begitu licin dan licik... kami benar-benar sulit untuk menangkapnya.." ucap Hanan.     

"Astaghfirullah.. lalu bagaimana pak?? Apa yang dia lakukan sebagai wujud dari marahnya dan bencinya dia sama bapak.?" ucap Anin.     

"Dia melempar saya dengan pisau lipat, pisau silet bahkan dengan belati..." ucap Hanan.     

"A-apa?? belati?? Astaghfirullah... jadi bapak terluka dong??" ucap Anin.     

Hanan mengangguk.     

"Luka yang tergores di tubuh saya gak ada apa-apanya dibandingkan dengan luka kamu akibat mendengar kabar duka kehilangan saya ... iya kan??" Ucap Hanan tersenyum mengejek Anin.     

Anin tersipu malu. Karena pada nyatanya memang benar seperti itu. Anin bahkan melakukan mogok makan dan tidak selera dalam melakukan hal apa pun karena dirinya begitu terpukul pada saat dia kehilangan Hanan.     

Hanan tertawa kecil.     

"Maaf saya bercanda heheh... tapi luka yang tergores pada tubuh saya itu memang gak ada artinya dibandingkan luka akibat rindu yang tak kunjung bertemu.. ya.. bertemu kamu.. saya benar-benar tersiksa akan kerinduan itu, nin.. kerinduan akan segala tentang kamu.. saya rindu.. sangat rindu.." ucap Hanan.     

"Jika bapak merindukan saya, kenapa bapak tidak menghubungi saya untuk sekedar menyapa saya?? Kenapa bapak justru menyiksa hati dan diri bapak?" ucap Anin.     

"Karena saya memiliki alasan yang kuat di balik semua itu nin.. Dan saya tidak ingin jika para musuh saya akan melibatkan kamu dalam masalah ini.. saya tidak ingin.. bahkan kabar kematian saya juga disebar di media meskipun hanya dengan nama Enesial saja.. hal itu dilakukan untuk bisa mengelabui musuh kami.. saya sempat koma selama dua hari pada saat itu, tapi Allah mengizinkan saya untuk kembali hidup.. karena apa?? Saya masih memiliki hutang pada kamu... hutang untuk menikahi kamu.." ucap Hanan dengan senyumnya di akhir.     

"Bapak tahu?? Pada saat saya mendengar kabar duka mengenai bapak, saya seperti orang yang tidak punya tujuan hidup lagi.. karena apa?? Karena penuntun hidup saya telah tiada di samping saya pada saat itu.." ucap Anin.     

"Maafkan saya jika saya pernah membuat kamu tersiksa dan menderita... sejujurnya saya juga berat untuk melakukan semua itu.. tetapi hanya itulah satu-satunya yang terbaik pada saat itu.. hmm oh iya nin, saya mohon sama kamu.. untuk tidak memberitahukan tentang hal ini dahulu pada siapa pun.. baik tentang kabar bahwa saya masih hidup atau hal apa pun itu yang berkaitan dengan saya.. karena saya ingin mengurus pernikahan kita secara diam-diam dahulu agar nantinya semua berjalan dengan lancar tanpa ada yang mengganggu... bisa?" ucap Hanan.     

Anin tersenyum lalu mengangguk.     

"Bisa pak.. saya berjanji bahwa saya juga akan selalu melindungi bapak semampu saya.. sebagaimana bapak melindungi saya selama ini.." ucap Anin.     

Hanan tersenyum.     

"Saya selalu bersyukur atas pertemuan saya dengan kamu.. meskipun rintangan, ujian, dan cobaan selalu diberikan pada kita.. tetapi saya percaya, bahwa Allah memberikan semua itu karena Allah percaya bahwa saya dan kamu sama-sama bisa melewatinya.. dan In Syaa Allah semua akan indah pada waktunya..." ucap Hanan.     

"Aamiin ya Allah.. semoga Allah memudahkan niat baik kita berdua ya pak.. dan semoga niat baik ini bisa segera terlaksana.." ucap Anin.     

Hanan mengangguk.     

"Aamiin ya Allah.." ucap Hanan.     

Drrrrtttt....     

Ponsel Hanan pun berdering, menandakan ada panggilan masuk di sana. Segera Hanan pun menerima panggilan tersebut.     

"Ya halo..." ucap Hanan pada seseorang di seberang telepon.     

"....."     

"Oh oke oke.. saya keluar sekarang.." ucap Hanan.     

"...."     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Dari siapa pak??" ucap Anin.     

"Yang mengantar makanan, nin.. kamu tunggu di sini sebentar ya.. biar saya ambil pesanannya.." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya pak..." ucap Anin.     

"Ya udah saya keluar sebentar.." ucap Hanan. Hanan pun lalu keluar dari kamar tersebut dan bergegas untuk mengambil pesanan makanan tersebut.     

"Alhamdulillah ya Allah.. akhirnya aku bisa kembali dipertemukan dengan pak Hanan.. dan semoga setelah rintangan dan ujian yang akan maupun telah kami lewati nanti, hubungan kami berdua bisa menjadi lebih baik lagi. Aamiin ya Allah.." gumam Anin.     

.......     

"Raf, gimana dengan Anin?? Dia sudah bisa dihubungi atau belum?? Atau apakah kamu sudah mendapatkan informasi tentangnya?" ucap Asni pada Rafka.     

"Belum ma... nomornya Anin tuh gak aktif.. dan orang-orang suruhan aku juga susah buat melacak lokasi Anin sekarang karena handphone dia lagi mati.." ucap Rafka.     

"Duhhh Anin ke mana ya..?? Dia kenapa coba?? Kenapa susah sekali untuk dihubungi?? Kalau begini ceritanya, mama jadi khawatir deh sama dia.." ucap Asni.     

"Iya ma.. aku juga gitu.. kira-kira papa tahu gak ya di mana alamat si Wil itu?? Temennya si Anin?" ucap Rafka.     

"Kayaknya papa kamu gak tahu deh Raf.. karena kalau dia tahu, dia pasti akan langsung mencari Anin ke sana tanpa perlu cerita sama kita.." ucap Asni.     

"Iya sih ma.. lalu kita harus bagaimana ya ma?? Gak biasanya Anin seperti ini.." ucap Rafka.     

"Raf, coba deh kamu cek di internet mengenai biodata si Wil Wil itu... Barangkali di situ ada alamatnya dia atau identitas dia terlihat di situ.." ucap Asni.     

"Namanya dia kan kita gak tahu secara lengkap ma.. tapi ya udah gak apa-apa.. aku akan coba dulu.. semoga aja berhasil.." ucap Rafka.     

Asni pun mengangguk.     

"Iya aamiin.. semoga ya.." ucap Asni.     

Rafka pun lalu mulai mencari informasi mengenai Wilbert di internet.     

......     

Sejak acara makan siang kemarin di rumah Radit, Anin dan Radit hingga kini belum ada berkomunikasi sama sekali.     

"Kenapa perasaan saya tidak tenang memikirkan soal Anin sejak kepulangan Anin kemarin siang ya?? Ada apa dengan perasaan saya ini??" gumam Radit.     

Radit lalu mengaktifkan ponselnya, mencoba untuk mengirimkan pesan pada Anin.     

[Anin...?? Are you okay??]-Radit.     

Send.     

Mata Radit mengernyit kala pesan yang ia kirim pada Anin hanya ceklis satu saja.     

"Ini kok ceklis satu ya?? Apa nomor Anin gak aktif??" gumam Radit bertanya-tanya pada dirinya sendiri.     

...     

Maafkan Typo....     

Thank You for Reading...     

Please support this novel...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.