Dear Pak Polisi..

Malam Yang Mencengangkan



Malam Yang Mencengangkan

0Zivan yang secara diam-diam mendengar percakapan antara Wil dengan Anin pun sedikit terkejut dengan apa yang Wilbert katakan.     

"Ternyata dia benar-benar menunjukkan kelicikannya.. dia benar-benar akan merebut Anin dari Hanan tanpa mempedulikan hal apa pun lagi.. Wilbert benar-benar berbahaya jika dalam urusan cinta.. pokoknya saya harus menyelamatkan Anin dari Wilbert... Wilbert tidak boleh merebut Anin dari Hanan... gak.. gak boleh.. saya tidak pernah menyangka bahwa kamu akan senekat ini, Wil.." gumam Zivan di tempat persembunyiannya.     

...     

"Kamu gak perlu tahu alasannya kenapa.. tapi yang jelas, saya mau kamu dan dan saya untuk pergi dari rumah ini segera..." ucap Wilbert.     

"Ta-tapi.. ki-kita akan pergi ke mana Wil??" ucap Anin bingung dan gugup.     

'Bagaimana ini?? Mengapa Wilbert juga meminta aku untuk pergi dengannya?? Dan mau dibawa ke mana aku dengannya??' ucap Anin di dalam hatinya.     

"Jangan banyak tanya!! Segera persiapkan barang bawaan kamu! Atau tidak perly membawa barang apa pun! Kita pergi sekarang!" ucap Wilbert yang akan menarik tangan Anin.     

"Tu-tunggu Wil.. tunggu... oke.. aku akan siap-siap dulu.. setelah selesai, aku akan temui kamu.." ucap Anin.     

'Entah mengapa untuk saat ini, aku lebih percaya pada Zivan dari pada dengan Wilbert.. semoga pilihanku kali ini tidak salah.. Maafkan aku Wil..' ucap Anin di dalam hatinya.     

Wilbert pun melepas genggamannya pada tangan Anin.     

"Oke. Saya tunggu di ruang utama! Hanya sepuluh menit, tidak lebih!" ucap Wilbert.     

Anin pun mengangguk.     

"I-iya.." ucap Anin gugup.     

Wilbert pun lalu pergi meninggalkan Anin.     

Anin dengan segera memasuki kamarnya dan menguncinya.     

Anin langsung bersandar pada pintu kamarnya dan bernafas lega.     

"Huh.. ya Allah.. kenapa malam ini begitu menegangkan..??" gumam Anin.     

Tiba pun lalu segera keluar dari tempat persembunyiannya.     

"Anin, kita sudah tidak bisa membuang-buang waktu lagi.. kita harus meninggalkan tempat ini sekarang juga.. harus..." ucap Zivan.     

Anin pun mengangguk.     

"Saya lebih mempercayai kamu untuk kali ini, Ziv.. entah mengapa saya merasa takut berada di dekat Wilbert saat ini.." ucap Anin.     

Zivan pun mengangguk.     

"Satu hal, dia ingin menguasai kamu, Anin.. saya tidak ingin jika hal itu terjadi pada kamu.. Hanan masih hidup!" ucap Zivan.     

Anin menganga, teekejut tak percaya atas apa yang dia dengar barusan.     

"Apa?! Jadi benar jika selama ini ternyata pak Hanan masih hidup??" ucap Anin.     

Zivan pun mengangguk.     

"Anin, kita tidak punya banyak waktu.. kita harus pergi sekarang.. ayo.." ucap Zivan menggenggam tangan Anin.     

Mereka berdua pun lalu keluar dari kamar tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi.     

Tepat pada saat mereka telah sampai pada anak tangga terakhir, terdengar suara tembakan ke udara.     

Dorrr!!     

Sontak, Anin dan Zivan pun terkejut mendengar suara tembakam tersebut.     

......     

Para anggota kepolisian satker intel pada saat ini tengah melakukan pembekukan aksi produksi permen bercampur narkoba yang dilakukan oleh para pelaku di sebuah rumah kontrakan.     

"Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, mereka melakukan proses produksi permen bercampur narkoba tersebut di rumah kontrakan ini.. mereka sengaja melalukan produksinya di rumah kontrakan ini agar tidak dicurigai.. lokasi kontrakan ini juga lumayan jauh dari pemukiman warga, sehingga terkait apa pun yang mereka lakukan di sini, tentu tidak akan ada yang mencurigai.."     

"Kita lakukan penggrebekan sekarang juga.. jaga depan, belakang, samping kanan kiri.. jangan sampai mereka lolos untuk kali ini.. karena mungkin ini akan menjadi hari terakhir saya bergabung dengan tim ini.." ucap seseorang dengan menundukkan kepala. Air matanya menetes di balik perlengkapan wajahnya untuk pengamanan diri.     

"Apa maksud anda pak??"     

"Saya akan berhenti sebelum misi ini selesai.. karena ada hal yang lebih penting dari misi ini.."     

"Pak, kita sudah berjuang sejauh ini untuk negeri ini.. kita akan sampai pada puncak terakhir kita sedikit lagi.. apa anda yakin bahwa anda akan berhenti setelah perjuangan luar biasa ini yang anda lakukan??"     

"Iya pak... apa anda yakin?? Karena selama ini, yang paling banyak berjasa dan paling dikenang perjuangannya adalah anda.. di usia anda yang masih terbilang muda seperti ini, anda sudah banyak sekali berjasa untuk negeri ini, terutama pada tim polisi satker intel.. polres kita pak..."     

"Benar pak.. jika bapak berhenti, maka siapa nantinya yang akan memandu kami dalam menjalankan bahkan menyelesaikan misi-misi yang diberikan oleh komandan Farid..?? Siapa pak??"     

"Guys... udah.. kita bahas ini nanti setelah kita berhasil menyelesaikan misi ini.. kita sama-sama berdoa yang terbaik saja.. dan lo, nan... gue harap lo bisa mengambil langkah yang tepat dan bijak nantinya.. jangan gegabah.."     

Seorang yang akan berhenti dari pekerjaan tersebut pun mengangguk.     

Mereka semua pun lalu mulai melakukan pengepungan pada rumah kontrakan tersebut.     

.......     

Wiran sedang dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Namun di sepanjang perjalanan, pikiran dan perasaan Wiran benar-benar tidak tenang memikirkan putrinya, Anindya.     

"Ya Allah.. kenapa perasaan saya menjadi tidak tenang seperti ini?? Ada apa ini?? Kenapa saya terus saja kepikiran soal Anin??" gumam Wiran.     

"Saya benar-benar tidak tenang memikirkan Anin... Saya harus menghubungi dia.. saya harus memastikan bahwa dia baik-baik saja bersama dengan Wilbert, Jangan lupakan bahwa Wilbert juga merupakan orang yang berbahaya dan nekat.. Astaghfirullah.. kenapa saya membiarkan Anin tinggal di rumahnya pada saat itu??" Monolog Wiran.     

Wiran pun lalu mengambil ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Anin.     

Menunggu hingga beberapa detik, Anin tak kunjung menerima panggilan darinya.     

Hal itu tentu menambah kecemasan pada diri Wiran.     

"Ada apa ini?? Kenapa Anin tidak menerima teleponnya??" gumam Wiran.     

"Saya harus coba sekali lagi.." gumam Wiran lalu mulai mencoba untuk menghubungi Anin lagi.     

Namun Anin tak kunjung menerima panggilan darinya.     

"Kenapa ini?? Ya Allah.. ada apa dengan Anin?? Tolong selamatkan dia di mana pun dia berada.. Saya juga gak tahu lagi di mana Wil tinggal.. dia kan si Secret Identitas.. ya Allah." gumam Wiran dengan penuh kecemasan.     

......     

Brak!!!     

Pintu depan dari rumah kontrakan tersebut pun berhasil di dobrak oleh ketua tim dari polisi satker intel tersebut.     

Mereka langsung menodongkan pistol tersebut dari jarak yang sedikit jauh pada semua orang yang ada di dalam rumah tersebut.     

"Jangan bergerak!! Kalian semua telah kami kepung!!" ucapnya.     

Seluruh anggota satker intel langsung menodongkan pistol mereka dan berjaga.     

Para pelaku langsung menghentikan kegiatan mereka yang tadinya sibuk mengemasi permen bercampur narkoba tersebut, mereka pun mengangkat tangan mereka seolah menyerah.     

"Ambil barang buktinya!" titah ketua tim tersebut.     

"Siap delapan enam!" ucap kedua orang anggota yang diperintahkan.     

"Tangkap mereka!!" titahnya lagi pada anggota yang lainnya untuk menangkap para pelaku.     

Dan beberapa pelaku pun telah berhasil ditangkap dan diborgol oleh beberapa polisi tanpa melakukan perlawanan.     

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang bersembunyi di sana.     

"Shit!! Dia masih hidup!! Gue akan menghabisi nyawa lo hari ini juga!!" umpat orang tersebut.     

............     

Thank You for Reading...     

Maafkan Typo...     

Please support this novel...     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.