Blushing
Blushing
"Itu.. mobil siapa ya?? Mungkinkah itu adalah mobil yang ditumpangi oleh Anin dan Rafka?? Aku harus segera ke sana." monolog Hanan.
Hanan lalu semakin mendekatkan mobilnya pada mobil yang berhenti tersebut. Ia menuruni kaca mobilnya dan untuk menghilangkan rasa penasarannya, Hanan mengetuk kaca mobil si pemilik tersebut tepat pada bagian jok di sebelah pengemudi.
Tok Tok Tok....
...
Anin tersentak ketika ada seseorang yang mengetuk kaca mobilnya.
Rafka pun begitu.
'Siapa yang mengetuk kaca mobil gue??' ucap Rafka di dalam hatinya.
Karena mobil tidak bisa menyala, otomatis kaca juga tidak bisa diturunkan. Anin memutuskan untuk turun dari mobil.
Dan.....
...
Hanan tersenyum menatap siapa yang dia lihat saat ini. Seorang yang sejak tadi ia cari-cari akhirnya turun dari mobil yang baru saja ia ketuk kaca jendelanya.
Anin pun ikut tersenyum bahagia ketika dirinya mendapati Hanan.
"Pak Hanan?!" ucap Anin terkejut senang.
Hanan lalu segera melepas seatbeltnya dan turun dari mobil.
.
.
Sementara di lain sisi, Rafka menatap Anin dan Hanan dengan amarah.
"Sial!! Gue gagal kali ini!!" umpat Rafka.
.
.
Hanan langsung memeluk Anin.
"Saya benar-benar mencemaskan kamu Anin... kenapa handphone kamu tidak bisa dihubungi??" ucap Hanan.
"Ceritanya panjang pak... kita bisa membahas hal ini nanti.. sekarang saya mau kita untuk cepat-cepat pergi dari tempat ini.. saya takut pak.. tempat ini benar-benar menyeramkan.." ucap Anin.
Mereka pun saling melerai pelukan mereka.
"Apa Rafka masih ada di dalam?" ucap Hanan melirik pada mobil.
Anin pun mengangguk.
"Iya pak, ada.." ucap Anin.
Rafka lalu turun dari mobil dan menunjukkan ekspresi senyum palsunya.
"Hey bro.." sapa Rafka pada Hanan.
"Mobil lo mogok?" ucap Hanan.
Rafka pun mengangguk.
"Ya udah.. lo tunggu di sini.. biar gue hubungi mobil derek ya untuk membawa mobil lo.." ucap Hanan.
'Sial!! Dia mau berdua-duaan dengan Anin!' umpat Rafka di dalam hatinya.
"Hmm iya iya.. thanks.." ucap Rafka.
Hanan pun lalu menghubungi seseorang.
"Halo... ke jalan Rambutan sekarang ya... ada mobil mogok.. nanti kamu derek oke??" ucap Hanan pada seseorang di seberang telepon.
"Iya pak.. siap.."
"Oke!" ucap Hanan.
Tut.
Sambungan telepon pun terputus.
"Gue udah hubungi orang gue... mungkin setengah jam lagi mereka akan sampai.." ucap Hanan.
Rafka pun mengangguk.
"Bang, handphone aku tadi mana??" ucap Anin.
"Hmm??? O-oh.. ada di dalam.. sebentar abang ambilin.." ucap Rafka.
Anin pun mengangguk. Rafka lalu kembali ke mobil untuk mengambil ponsel Anin. Mata Hanan mendadak memicing penuh selidik pada Rafka.
'Apa yang sebenarnya sedang dia rencanakan untuk Anin??' ucap Hanan di dalam hatinya.
Tak lama Rafka kembali dan memberikan ponsel Anin.
"Ini nin.." ucapnya. Anin pun lalu menerimanya.
"Ya udah ya.. gue sama Anin duluan..." ucap Hanan.
Rafka pun mengangguk.
Hanan dan Anin lalu memasuki mobil dan Hanan pun mulai melajukan mobilnya.
"Gimana ceritanya kamu bisa sama Rafka tadi di sana?" ucap Hanan.
"Mobilnya mendadak mogok pak.. jadi kita terpaksa berhenti dan cancel meetingnya..." ucap Anin.
"Kamu kenapa gak bawa mobil sendiri aja?" ucap Hanan.
"Gak dibolehin sama bang Rafka.." ucap Anin.
"Apa alasan dia gak ngebolehin kamu untuk bawa mobil sendiri?" ucap Hanan.
"Entahlah... saya merasa lelah sekali untuk hari ini pak.." ucap Anin menatap pada jendela.
"Kita ke rumah saya dulu ya.. kamu perlu istirahat sejenak di sana.." ucap Hanan.
"Tapi mobil saya gimana pak?" ucap Anin.
"Saya akan suruh orang untuk mengambil mobil kamu dan membawanya ke rumah saya.. nanti malam saya akan mengantar kamu untuk pulang.." ucap Hanan.
"Sebenarnya siang tadi saya ada janji bertemu dengan Evan.. tapi saya batalkan karena meeting mendadak ini.. kalau saya tahu akan seperti ini, saya lebih baik gak usah ikut meeting.." ucap Anin.
"Mau bertemu di mana dengan Evan?? Kamu mau saya antar?" Ucap Hanan.
Anin mengernyitkan keningnya.
"Bapak serius mau mengantar saya ke Evan?" Ucap Anin.
"Saya akan menemani kamu.. bukan sekedar mengantar kamu.." ucap Hanan.
"Hmm gitu.. posesif banget bapak ya sama saya.." ucap Anin terkekeh.
"Posesifnya saya adalah tanda besarnya cinta saya untuk kamu.." ucap Hanan.
Anin tersipu malu. Pipinya mendadak memerah seperti tomat. Yups.. dia blushing.
"Nin, pipi kamu merah tuh..." ucap Hanan.
Sontak Anin langsung memegang kedua pipinya karena malu.
Hanan tersenyum.
"Itu kenapa bisa sampai seperti itu?" ucap Hanan.
"Hmmm??" Ucap Anin.
"Pipi kamu kenapa bisa sampai merah seperti itu?" ucap Hanan.
"Hmm... tadi kepanasan.. iya saya kepanasan.." ucap Anin.
"Oh gitu.. bukan karena blushing?? wkwkw.." ucap Hanan terkekeh.
"Bapak ihhhh... kalau udah tahu kenapa tanya lagi?? Ish!" ucap Anin kesal.
"Wkwkwk .. saya hanya senang membuat kamu kesal .." ucap Hanan.
"Pokoknya saya ngambek!" ucap Anin membuang mukanya.
"Kalau ngambek saya turunin nih..." ucap Hanan.
"Bapak ihhhh!!" ucap Anin kesal.
"Hahaha... maaf maaf... handphone kamu tadi mati kenapa?? Kehabisan baterai??" ucap Hanan.
Anin pun mengangguk.
"Kamu bawa charger gak?" ucap Hanan.
Anin pun mengangguk.
"Bawa pak.." ucap Anin.
"Ya udah charge di mobil saya aja.. tuh di situ.." ucap Hanan.
Anin membelalakkan matanya.
"Mobil bapak bisa untuk charge??" ucap Anin tak percaya.
Hanan pun mengangguk.
"Iya dong... wkwk... udah buruan dicharge.." ucap Hanan.
"Sombong hmm..." ucap Anin.
Hanan tersenyum.
"Bukan sombong.. saya hanya berusaha untuk bisa memenuhi segala kebutuhan kamu.." ucap Hanan.
"Iya deh iya.." ucap Anin.
Anin pun lalu mulai mencharge ponselnya dan menyalakan ponselnya. Anin membelalakkan matanya terkejut, pasalnya baterainya ternyata masih ada tujuh puluh persen lagi.
"Pak.." ucap Anin.
"Iya??" ucap Hanan menoleh sekilas pada Anin.
"Ini baterai saya masih full lho.. masih ada tujuh puluh persen.. tapi kok tadi bisa mati ya??" ucap Anin.
"Kalau rusak sih gak mungkin.. karena itu handphone kan masih baru.." ucap Hanan.
"Iya pak gak mungkin.. aneh deh.." ucap Anin.
"Tunggu deh.. tadi handphone kamu kok bisa sama Rafka?" ucap Hanan.
"Tadi dia pinjam ponsel saya untuk menghubungi orang bengkel karena ponsel dia mati.. nah terus tiba-tiba katanya ponsel aku habis baterai juga.. pas saya mau ambil handphonenya lagi, dia gak kasih.." ucap Anin.
'Ini pasti permainan si Rafka.. apa sebenarnya maksud dan tujuan dia?' ucap Hanan di dalam hatinya.
"Mulai sekarang, jangan terlalu mempercayai dia.. dan lagi jangan terlalu menuruti kemauan dia.. kalau dia terlihat mencurigakan, kabarin saya.. ingat, jangan pernah juga kamu berikan ponsel kamu ke dia.. dia masih belum bisa dipercaya.." ucap Hanan.
Anin pun mengangguk.
"Iya pak.. mulai sekarang saya akan lebih berhati-hati sama bang Rafka." ucap Anin.
Hanan pun mengangguk.
"Lalu, kita akan ke mana ini? Rumah saya atau ke tempat Evan?" ucap Hanan.
..........