Dear Pak Polisi..

Credible Cafe



Credible Cafe

0Anin dan Hanan kini telah tiba di Credible Cafe.     

Mereka juga telah memesan makanan dan minuman. Sembari menunggu kehadiran Arga dan Hilda, Anin dan Hanan memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu.     

"Anin..." ucap Hanan pada Anin di tengah-tengah makan siang.     

Anin menatap pada Hanan.     

"Iya pak??" ucap Anin.     

"Apa pun yang terjadi pada saya dan hubungan ini suatu hari nanti, tolong jangan pernah membenci saya apa lagi sampai berniat untuk melupakan saya.. karena percayalah, semua bukan atas keinginan saya tapi kehendak dari Yang Maha Kuasa..." ucap Hanan.     

Anin terdiam sejenak mendengar pernyataan dari Hanan barusan.     

'Kenapa pak Hanan tiba-tiba mengatakan hal ini?? Kenapa aku merasa bahwa pak Hanan seolah-olah seperti sedang mengucapkan salam perpisahan?? Apa maksud Dari semua ini?' ucap Anin bertanya-tanya di dalam hatinya.     

Anin masih terdiam menatap dalam manik mata Hanan.     

"Apa maksud dari ucapan bapak??" ucap Anin.     

Hanan tersenyum.     

"Saya hanya ingin mengatakan nya saja, Anin.." ucap Hanan.     

"Apa bapak yakin bahwa ucapan tadi hanya sekedar perkataan saja tanpa maksud tertentu??" ucap Anin.     

Hanan terdiam sejenak lalu ia menunjukkan senyumnya kembali, senyum yang memiliki makna tersembunyi.     

"Hmm iya.. Jangan jadikan ucapan saya tadi sebagai beban, Anin.. makanlah.. kamu perlu asupan untuk stamina kamu.." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk walaupun masih ada keraguan di hatinya mengenai ucapan Hanan.     

"Hmm iya pak.." ucap Anin.     

Mereka berdua kemudian kembali melanjutkan makan mereka.     

...     

Arga kini telah selesai bersiap-siap. Ia sedang menunggu Hilda di ruang utama rumah. Ketika dirinya sedang menunggu Hilda, bertepatan dengan itu, Ilona baru saja pulang dari pemotretan.     

"Hey Ga... udah rapi aja.. mau ke mana??" ucap Ilona.     

"Gue sama mama mau pergi ke Credible Cafe untuk menemui Anin, na.. gue titip rumah ya.." ucap Arga.     

Ilona terdiam sejenak. Ia pun lalu mengangguk.     

"Hmm iya Ga... good luck ya.. semoga semua masalah lo bisa segera selesai.." ucap Ilona tersenyum kikuk.     

Arga pun mengangguk.     

"Iya na.. thanks..." ucap Arga.     

"Sama-sama Ga.." ucap Ilona.     

Tak lama, Hilda pun datang di antara mereka.     

"Mama sudah siap?" ucap Arga.     

Hilda pun mengangguk.     

"Iya Ga.. mama sudah siap.. kita berangkat sekarang ya.." ucap Hilda dengan senyum bahagia.     

"Hmm iya ma.." ucap Arga.     

"Ilona, tante titip rumah ya.." ucap Hilda. Ilona pun mengangguk.     

"Iya tante.. hati-hati.." ucap Ilona.     

Hilda pun mengangguk lalu pergi meninggalkan rumah.     

"Semoga pelakunya bisa segera terungkap..." gumam Ilona. Ilona pun lalu menutup pintu dan melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya.     

.....     

"Di Cabania's Cafe... di sana, biasanya mereka melakukan pengedaran sekaligus narkoba party.. karena di sana biasanya customer yang datang itu adalah customer yang berasal dari kalangan atas yang sedang frustasi.. sehingga mereka bisa lebih mudah melakukan pengedaran nya.." ucap Zivan.     

"Lo yakin??" ucap Andre.     

"Iya ndre... Gue bahkan pernah ditawarin begituan waktu gue nemenin Wilbert melakukan penyidikan untuk pelaku prostitusi.." ucap Zivan.     

"Astagfirullah.. berarti malam ini kita bisa langsung ke sana??" ucap Andre.     

"Gue melakukan penyamaran terlebih dahulu.. ntar kalian sebagai pemantau dan jangan lupa gunakan kamera tersembunyi untuk merekam kegiatan di sana seperti apa.. ntar gue yang pancing..." ucap Zivan.     

"Oke siap... ntar malam berarti ya.. jam berapa?" ucap Andre.     

"Jam sepuluh mereka mulai beraksi.. karena semua dilakukan di jam-jam tengah malam.." ucap Zivan.     

"Oke oke.. tapi ini gue gak ngerepotin lo kan, Ziv?" ucap Andre.     

"Enggaklah.. sama sekali enggak.. santai lah kalau sama gue.. lo kayak sama siapa aja sih wkwk.." ucap Zivan.     

"Siplah.. ya udah berarti nanti gue tinggal kabari ke Hanan aja ya mengenai rencana kita.." ucap Andre.     

Zivan pun mengangguk.     

"Oke.." ucap Zivan.     

.........     

Hanan dan Anin baru saja menyelesaikan makan siang mereka. Dan Hanan juga sudah membayar bill nya.. selanjutnya, Hanan memesan jus dan dessert untuk mereka beserta Arga dan Hilda nanti.     

"Mereka masih lama gak ya?? Udah hampir jam tiga sih ini.." ucap Hanan.     

"Gak tahu pak.. mungkin mereka kejebak macet.." ucap Anin.     

Hanan hanya manggut-manggut saja.     

......     

Mobil Arga telah terparkir dengan rapi di parkiran Credible Cafe.     

"Mama sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Anin, Ga.. dia pasti tambah cantik.." ucap Hilda tersenyum. Arga tersenyum kikuk.     

"Hmm iya ma.. ya udah yuk ma kita turun.." ucap Arga. Mereka pun lalu turun dari mobil dan melangkahkan kaki memasuki cafe.     

Sesaat, Arga mengedarkan pandangannya untuk mencari di mana keberadaan Anin dan perlahan, ekspresi wajahnya berubah menjadi sedikit terkejut ketika dirinya tak hanya melihat Anin yang berada di meja itu, tetapi juga ada Hanan di sana.     

'Jadi, Anin datang bersama dengan Hanan?? Apa sudah tidak ada lagi kesempatan untuk gue bisa memiliki Anin?? Ya Allah.. bagaimana pun gue harus belajar untuk bisa mengikhlaskan Anin.. Bismillah..' ucap Arga di dalam hatinya.     

"Ga?? Itu bukannya Anin ya??" ucap Hilda pada Arga ketika dirinya mendapati Anin di sana.     

Arga pun mengangguk.     

"Iya ma.. itu Anin.." ucap Arga.     

"Tapi kenapa dia tidak datang sendiri?? Kenapa dia justru datang bersama dengan seorang lelaki?" ucap Hilda.     

"Lelaki yang saat ini bersama dengan Anin adalah calon suaminya Anin, ma... dia adalah Hanan.. seorang polisi intel.." ucap Arga.     

"Polisi?? Polisi intel?? Maka itu artinya dia adalah seorang polisi yang-" belum selesai Hilda melanjutkan kalimatnya, Arga sudah lebih dulu mengiyakan.     

"Iya ma.." ucap Arga.     

Hilda menatap kekecewaan di wajah Arga.     

"Apakah rasa itu masih begitu besar untuk Anin, Ga??" ucap Hilda.     

Arga tersenyum getir.     

"Masih ma.. masih sangat besar sekali.. tetapi aku sadar, bahwa cinta Anin sudah bukan lagi untuk aku, melainkan Hanan.." ucap Arga.     

"Mama tahu bagaimana sakitnya, Ga.. karena mama juga mengalami itu di pernikahan mama bersama dengan papa kamu.. kamu yang sabar ya.." ucap Hilda.     

Arga pun mengangguk.     

"Ya udah ma.. kita langsung aja ke sana.." ucap Arga.     

Hilda pun mengangguk. Mereka berdua lalu melanjutkan langkah mereka menuju meja Hanan dan Anin.     

"Hai nan.. Hai nin.. selamat sore.." ucap Arga ketika dirinya dengan Hilda telah sampai di meja Hanan dan Anin.     

"Hai Ga.. tante.. silahkan duduk.." ucap Anin dengan ramah.     

"Iya.. silahkan duduk Ga.. tan.." ucap Hanan.     

Arga dan Hilda pun mengangguk lalu mengambil posisi duduk pada kursi yang telah tersedia.     

"Kalian mau minum apa?? Tadi pak Hanan udah pesenin jus sih.. tapi kalau kalian mau ganti juga gak apa-apa.." ucap Anin.     

"Gak apa-apa nin.." ucap Arga.     

Anin pun mengangguk.     

"Hmm oh iya Anin.. ini tante bawakan oleh-oleh buat kamu.. semoga kamu suka ya.." ucap Hilda seraya menyerahkan sebuah paper bag pada Anin.     

Anin pun menerimanya dengan senang hati.     

"Terima kasih tante.. maaf kalau ngerepotin.." ucap Anin.     

Hilda pun tersenyum.     

"Gak kok sayang... sama sekali tante gak repot.." ucap Hilda.     

..........     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.