Dear Pak Polisi..

Pembekukan Wilbert



Pembekukan Wilbert

0Setelah selesai menghubungi Eric dan Jordan, Alex pun duduk di ruang televisi seraya menunggu kedatangan mereka berdua.     

"Semoga aja sih gak ada apa-apa.. tapi gak ada salahnya kan kalau gue siap-siap.. dari pada entar beneran kejadian dan gue gak ada persiapan apapun.." gumam Alex.     

......     

Hanan dan Andre kini telah memarkirkan mobil di depan gerbang rumah Wilbert. Di sana, sudah ada beberapa anggota kepolisian yang lain yang akan membantu mereka dalam menangkap Wilbert dan Zivan.     

"Kalian semua sudah siap??" ucap Hanan.     

"Siap delapan enam!!" ucap mereka dengan tegas dan serempak.     

"Oke, kita masuk sekarang!" ucap Hanan.     

Ting nung...     

Hanan memencet beli rumah Wilbert. Tak lama, pintu kecil pada gerbang dibuka oleh salah seorang Security yang menjaga rumah itu.     

"Selamat malam.." ucap Hanan pada Security tersebut.     

"Iya?? Selamat malam.. ada apa ya bapak-bapak polisi ini malam-malam datang ke sini?" ucap Security.     

"Apakah Wilbert ada di dalam?" ucap Hanan.     

"Iya pak.. ada.. ada apa ya pak?" ucap Security.     

"Izinkan kami untuk masuk." ucap Hanan.     

"Maaf sebelumnya pak.. tapi ada keperluan apa ya pak?" ucap Security.     

"Kami membawa perintah untuk menangkap saudara Wilbert dengan saudara Zivan.." ucap Hanan.     

"A-apa?? Kasus apa pak?" ucap Security.     

"Tolong jangan menghalangi kami dalam menjalankan tugas kami.. minggir!" ucap Hanan dengan tegas.     

"Ba-baik pak..." ucap Security tersebut kemudian minggir.     

Hanan dan beberapa yang lainnya pun memasuki halaman rumah Wilbert.     

Sesampainya di depan pintu rumah Wilbert, Hanan langsung membuka pintunya dengan sangat lebar.     

"Kamu cari di sana.. kamu di sana, kamu di sana, ndre, lo sama gue, kita ke atas.." ucap Hanan.     

"Oke nan!! Siap!" ucap Andre.     

Mereka pun kemudian berpencar. Mereka pun segera pergi ke tujuan masing-masing.     

Hanan dan Andre pun pergi ke lantai atas.     

Sesampainya di atas...     

"Ndre, lo ke kanan.. gue ke kiri.." ucap Hanan.     

"Siap delapan enam!" ucap Andre.     

Hanan dan Andre pun kemudian berpisah.     

Hanan membuka satu persatu pintu ruangan yang ada di lantai atas.     

.     

.     

Di lain sisi, Aurora tampak sedang tertidur dengan sangat pulas.     

Bertepatan dengan itu, Andre membuka pintu kamarnya.     

"Shit!! Ini kamar Aurora ternyata.." umpat Andre.     

.     

.     

Hanan membuka salah sebuah ruangan yang mana bertuliskan 'My Private Room'.     

"Ini pasti ruang kerja Wilbert.." gumam Hanan.     

Ceklek!     

Hanan membuka pintu ruangan tersebut.     

Ia mendapati seseorang yang sedang duduk di sebuah kursi, dengan posisi membelakangi.     

"Kena kau Wilbert!" gumam Hanan dengan senyum miring.     

Hanan lalu perlahan melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut.     

"Wilbert!! Jangan bergerak!!" ucap Hanan.     

Wilbert tersenyum miring ketika ia mendapati Hanan di sana.     

"Sudah gue duga bahwa lo akan ke sini.. Hanan ... Hanan... lo gak akan pernah bisa menangkap gue.. udahlah.." ucap Wilbert.     

Hanan tersenyum miring.     

"Siapa bilang?? Kenapa gue gak bisa menangkap lo sedangkan sekarang gue udah ada di depan lo?? Bodoh!" ucap Hanan.     

Puk Puk!     

Wilbert menepuk tangannya dan muncullah dua orang bodyguardnya.     

"Hubungi mereka dan perintahkan pada mereka untuk melakukannya sekarang.." ucap Wilbert.     

"Apa maksudmu??" ucap Hanan.     

"Kita lihat saja nanti.." ucap Wilbert.     

'Shit!! Apa yang akan dia lakukan? Apa jangan-jangan dia akan membahayakan Anin?? Shit!! Gue harus mencoba untuk menghubungi anak buah aku untuk berjaga di rumah.' ucap Hanan di dalam hatinya.     

Hanan kemudian meraih ponselnya.     

"Kepung sekarang di sana!! Pastikan bahwa semua aman terkendali!" titah Hanan pada seseorang di seberang telepon.     

Wilbert bangkit dari duduknya dan tersenyum miring.     

"Percuma... anak buah lo akan datang terlambat.." ucap Wilbert.     

"Gak usah banyak bacot ya lo!" ucap Hanan emosi.     

"Serang dia!!" titah Wilbert pada anak buahnya untuk menyerang Hanan.     

Mereka pun langsung menyerang Hanan. Dan Hanan pun melakukan perlawanan untuk melawan mereka.     

Bugh!! Bugh!! Bugh!!     

.     

.     

Di lain sisi, Andre mendengar suara keributan.     

"Suara orang berantem.. tapi di mana?? Apa jangan-jangan itu Hanan?? Gawat!! Gue harus menambah anggota.. Wilbert benar-benar berbahaya.." monolog Andre.     

Andre pun lalu mencoba untuk menghubungi komandan.     

"Halo ndan.. tolong kirimkan anggota yang lebih banyak ke sini.. kami dikepung oleh seluruh anak buah Wilbert.." ucap Andre.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

Segera Andre berlari mencari dari mana asal suara pertengkaran itu.     

"Sialan!! Hanan!!" teriak Andre ketika melihat Hanan dikeroyok.     

Bugh!! Bugh!! Bugh!!!     

Andre melawan mereka bersama dengan Hanan.     

Perkelahian terus terjadi di sana.     

Kesal dengan kelakuan Wilbert, Andre menjegal kaki Wilbert dengan kakinya.     

Tac!!     

Suara kaki Wilbert yang dijegal oleh Andre dan membuat dirinya tersungkur.     

Andre tersenyum puas melihat Wilbert yang merasa sakit.     

Setelah melakukan pertarungan yang hebat, Akhirnya Hanan dan Andre berhasil meruntuhkan perlawanan anak buah Wilbert.     

Wilbert memegangi kakinya yang terasa sakit dan keseleo.     

"Akh... sialan!! Beraninya lo ya jegal kaki gue!" ucap Wilbert emosi.     

"Tangkap dia!!" ucap Hanan pada Andre.     

Andre pun menangkap Wilbert dan langsung memasang borgol.     

"Lo borgol gue, lo tangkap gue, Anin menjadi korbannya.. lo akan lihat Anin menderita!!" ucap Wilbert.     

"Gue lebih percaya sama kuasa Allah dari pada sama lo!! Bawa dia ndre!" ucap Hanan.     

"Siap delapan enam!!" ucap Andre.     

Andre kemudian membawa Wilbert keluar dari ruangan tersebut.     

"Papa!!!" teriak Aurora ketika dirinya melihat Wilbert dibekuk oleh Andre.     

Aurora berlari memeluk kaki Wilbert.     

"Papa... papa mau ke mana?? Kenapa tangan papa diborgol??" ucap Aurora.     

"Aurora.. Aurora sayang.. sini sayang sama paman.." ucap Hanan berusaha untuk menjauhkan tubuh Aurora dari Wilbert.     

"Enggak!! Aku gak mau!! Kenapa paman melakukan semua ini pada papa?! Papa salah apa??" ucap Aurora.     

"Aurora.. kamu masih terlalu kecil untuk bisa mengetahui semua ini.. udah ya.. kamu sama paman saja.. kita pergi untuk menemui miss Anin.." ucap Hanan membujuk.     

"Enggak!! Aku gak mau!! Aku maunya sama papa!! papa!! Hiks.." ucap Aurora menangis.     

"Aurora.. udah sayang.. lepasin papa.. kamu gak boleh cengeng seperti ini.. jangan menangis nak.." ucap Wilbert.     

"Kalau papa pergi.. papa ditahan, lalu siapa yang akan menemani aku di sini?? Aku udah gak punya siapa-siapa pa.. paman Zivan juga sudah tidak di sini.. hiks.. papa.." ucap Aurora.     

"Sudah Aurora.. di sini masih ada bibi dan para pekerja lainnya.. tenanglah papa tidak akan lama.." ucap Wilbert.     

Aurora menggeleng. Ia tetap memeluk kaki Wilbert.     

"Gak mau.. kalau papa dibawa, aku juga harus dibawa.. aku gak mau sendirian.. aku gak mau.. aku sayang sama papa.. hiks.." ucap Aurora.     

"Lo lihat.. lo tega menahan gue?? Lo gak mikirin perasaan anak gue?" ucap Wilbert.     

"Apa lo memikirkan perasaan kedua orang tua Radit ketika lo membunuh Radit pada acara penting mereka?? Lo mikirin gak?! Apa lo mikirin bagaimana perasaan istrinya Mr. Jack yang harus kehilangan Mr. Jack di saat dia tengah hamil tua?! Lo mikirin gak?!" ucap Hanan dengan tegas.     

........     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.