Trapped
Trapped
Daniel pun ikut bangkit dari duduknya.
"Apa?!" ucap Daniel yang ikut terbawa emosi.
"Lo gak pantas ya mengatakan hal itu! Lo tuh terlalu naif sialan!" ucap Sean.
"Gue berhenti cukup sampai di sini... orang tua gue udah gak ada.. tapi gue bukannya mendoakan mereka.. mengerjakan hal yang baik-baik tapi gue justru melakukan hal-hal yang memberatkan mereka di akhirat.. sudah cukup semuanya yan! kalau pun nanti gue dipenjara, gue ikhlas karena gue sadar kalau gue bersalah.. gue pamit!" ucap Daniel.
"Terserah lo! Lo mau mati, mau hidup, gue gak peduli!" ucap Sean.
Daniel lalu mengambil tasnya dan pergi dari sana..
.....
Anin baru saja selesai merapikan dirinya.
Tok Tok Tok....
Pintu ruangan Anin kembali diketuk.
"Ya.. masuk.." sahut Anin dari dalam ruangan.
Ceklek!
Pintu pun dibuka dan menampilkan Rafka di sana.
"Sudah siap?" ucap Rafka.
Anin pun mengangguk.
"Iya bang.. udah.." ucap Anin.
"Oke kita jalan sekarang..." ucap Rafka.
Anin pun mengangguk. Ketika Anin akan mengambil kunci mobilnya di atas meja, Rafka melarangnya.
"Gak perlu bawa mobil.. kamu satu mobil sama abang.." ucap Rafka.
"Tapi bang.. selesai meeting nanti aku mau langsung pulang ke rumah.. aku gak balik lagi ke kantor.." ucap Anin.
"Anin.. sekali ini deh.. abang minta tolong sama kamu untuk nurut.. jangan bantah!" ucap Rafka.
Anin menghembuskan nafas beratnya.
"Iya iya ya udah.." ucap Anin mengalah.
Mereka pun akhirnya beranjak dari sana menuju tempat meeting.
...
Hanan kini telah berada di restoran Delima. Ia duduk di sana dengan penyamarannya.
"Anin kok belum datang ya??" gumam Hanan.
Hanan lalu mengirimkan pesan pada Anin.
[Sayang.. kamu sudah sampai di tempat meeting??] Hanan.
.....
Tring...
Sebuah pesan masuk ke handphone Anin. Membuat Rafka menoleh sekilas padanya.
Anin pun lalu membuka isi pesan tersebut.
'Pak Hanan...'ucap Anin di dalam hatinya.
Anin lalu membalas pesan dari Hanan.
[Belum pak.. masih di jalan... Kenapa?] Anin.
'Siapa yang mengirimkan pesan pada Anin??' ucap Rafka bertanya-tanya di dalam hatinya.
....
Tring.....
Sebuah pesan masuk ke handphone Hanan.
"Ternyata Anin masih di jalan.." gumam Hanan.
Hanan pun lalu membalas pesan dari Anin.
[Gak apa-apa kok.. cuma tanya aja.. nanti kalau kamu sudah sampai di tempatnya, kabarin saya ya??] Hanan.
....
Tring....
Anin tersenyum membaca pesan itu.
[Oke pak siap..] Anin.
Setelah itu, Anin kembali menyimpan ponselnya.
......
Evan masih menunggu kehadiran Anin di ruang kerjanya.
"Anin kenapa belum datang ya?? Padahal tadi katanya dia akan datang ke sini setelah zuhur.. tapi kenapa dia belum tiba sampai sekarang?? Dan gak ada kabar juga.." gumam Evan.
"Lebih baik gue coba hubungi dia aja deh.. biar lebih jelas.." gumam Evan.
Evan pun lalu mencari kontak Anin dan menghubunginya.
........
Drrrrttt....
Ponsel Anin berdering menandakan ada panggilan masuk di sana.
Anin mengambil ponselnya dan membaca nama si penelpon.
'Evan...?? Ya Allah.. aku lupa ngabarin ke Evan lagi kalau aku dan dia gagal untuk ketemuan karena tadi sewaktu aku mau menghubungi Evan, pak Hanan telepon.. jadi lupa deh.. huh..' ucap Anin di dalam hatinya seraya menepuk keningnya.
Anin lalu menerima panggilan dari Evan.
"Iya?? Halo Assalamualaikum.." ucap Anin pada Evan di seberang telepon.
"Halo nin.. waalaikumsalam... kamu udah di jalan belum?? Ini aku nungguin kamu dari tadi soalnya.. aku takutnya kamu kelupaan gitu.." ucap Evan.
"Ya Allah.. tadi aku lupa mau kasih kabar ke kamu kalau aku gak bisa ketemu sama kamu hari ini.. karena aku ada meeting mendadak.. aku minta maaf ya.." ucap Anin.
"Hmm gitu.. iya gak apa-apa kok nin... aku kira kamu kelupaan gitu.. makanya aku telepon buat diingatkan.." ucap Evan.
"Maaf ya... tapi kita bisa atur jadwal untuk bertemu di lain waktu ya.." ucap Anin.
"Iya boleh nin.. nanti kamu kasih kabar aja ke aku kapan bisanya.." ucap Evan.
"Iya iya boleh... nanti aku kabarin ya.." ucap Anin.
"Iya nin.. ya udah ya.. Assalamualaikum.." ucap Evan.
"Waalaikumsalam.." ucap Anin.
Tut.
Sambungan telepon pun terputus.
"Dari siapa??" tanya Rafka.
"Hmm?? Oh ini.. dari Vio.." ucap Anin.
"Sure??" ucap Rafka.
Anin pun mengangguk.
Mata Anin kembali fokus melihat jalanan. Namun, ia menajamkan penglihatannya ketika ia merasa ada sesuatu yang janggal di sana.
"Bang, ini bukan jalan menuju restoran Delima.." ucap Anin.
Rafka hanya diam tak merespon ucapan Anin.
"Abang... kenapa kita lewat sini?? Ini bukan jalan menuju restoran Delima.. abang salah jalan.." ucap Anin.
"Udah.. kamu diem aja.. pelajari berkasnya.." ucap Rafka.
"Tapi bang.." ucap Anin.
"Diam Anin! Pelajari berkasnya! Kalau sampai presentasi nanti kalah karena kamu tidak menguasai materinya, maka itu artinya kamu telah melepas satu klien karena kesalahan kamu!" ucap Rafka.
Anin pun mendadak panik.
Ia pun akhirnya memutuskan untuk diam dan mempelajari berkas tersebut.
'Gue gak akan pernah membiarkan lo dan Hanan bersatu, Anin! Apa pun akan gue lakukan untuk bisa membuat lo jauh dari Hanan!' ucap Rafka di dalam hatinya.
'Kenapa aku mendadak cemas ya?? Ada apa ini?? Aku harus memberi kabar pada pak Hanan..' ucap Anin di dalam hatinya.
Anin lalu sembunyi-sembunyi mengetikkan sebuah pesan untuk Hanan.
[Pak.. saya tidak jadi pergi ke restoran Delima sepertinya.. karena bang Rafka berada pada jalan lain.. bukan jalan menunu restoran Delima.. saya gak tahu kami akan ke mana nanti.. tapi saya takut pak.. bang Rafka terlihat berbeda..] Anin.
Send.
Setelah mengirimkan pesan itu, Anin segera menyimpan ponselnya. Ia bahkan mengubah nadanya menjadi hanya getar saja.
.......
Tring.....
Sebuah pesan masuk ke handphonenya.
Hanan membaca pesan itu dengan mata yang menajam.
"Apa?! Ini udah gak benar ini... pantes aja gue dari tadi merasa gak tenang.. sialan! Apa yang akan Rafka lakukan sama Anin?! Gue harus lacak keberadaan Anin sekarang.." monolog Hanan.
........
Jalanan yang mereka lewati semakin lama semakin terasa menyeramkan karena begitu sepi dan tak ada rumah-rumah penduduk yang terlihat.
Mobil Rafka mendadak berhenti.
"Astaga.. ada apa dengan mobil ini??" gumam Rafka.
"Mobilnya kenapa bang??" ucap Anin.
"Gak tahu... sepertinya ada masalah.. sebentar abang coba untuk telepon orang bengkel.." ucap Rafka.
Anin pun mengangguk.
"Duhhh handphone abang mati nin.. gimana ini??" ucap Rafka.
"Ya Allah.. ya udah coba pakai handphone Anin aja bang..." ucap Anin memberikan ponselnya pada Rafka. Rafka pun lalu menerimanya.
"Duh nin... abang gak ingat nomornya... gimana dong ini??" ucap Rafka.
"Aduhh gimana ya bang??" ucap Anin berusaha berpikir dan menoleh pada jendela untuk memikirkan jalan keluar.
Tanpa Anin ketahui, Rafka melakukan sesuatu pada ponsel Anin agar lokasi Anin tidak dapat terdeteksi.
Rafka juga dengan sengaja mematikan ponsel Anin.
"Nin.. handphone kamu juga mati lagi nih.. gimana ini?" ucap Rafka.
Anin terkejut.
"Apa?? Handphone aku juga mati bang??" ucap Anin.
Rafka pun mengangguk.
"Aduhh gimana ya??"
............