Dear Pak Polisi..

Orang Asing di Rumah Sakit



Orang Asing di Rumah Sakit

0Anin memasuki ruang ICU dan menjenguk Wiran yang masih belum sadarkan diri di sana.     

Anin menggenggam tangan Wiran. Air matanya terus mengalir begitu deras membanjiri pipinya.     

'Papa.. kenapa papa bisa sampai seperti ini?? Apa yang sebenarnya telah terjadi pada papa??' ucap Anin di dalam hatinya.     

Anin lalu mengecup punggung tangan Wiran.     

"Anin sayang papa.. papa harus segera sembuh..." lirik Anin.     

Setelah mengatakan hal itu, Anin pun memutuskan untuk keluar dari ruang ICU tersebut.     

...     

Sementara di lain sisi, Arga dan yang lainnya baru saja memasuki kantin rumah sakit.     

Mereka mendapati Hanan yang tengah duduk sendirian dan seperti seseorang yang sedang melamun.     

Mereka lalu melangkahkan kaki mereka menuju meja Hanan.     

"Nan.." ucap Andre dan menyadarkan Hanan dari lamunannya.     

Hanan pun tersadar dari lamunannya dan menoleh pada mereka.     

Percayalah, wajah Hanan saat ini benar-benar sembab dan menyedihkan. Matanya menyiratkan sebuah kesedihan.     

"Duduk.." ucap Hanan.     

Sebagian dari mereka pun duduk di meia yang sama dengan Hanan dan sebagian yang lainnya duduk pada meja sebelahnya.     

"Apa yang sebenarnya telah terjadi nan?" ucap Arga.     

Hanan terdiam sejenak. Ia menghela nafasnya lalu bibirnya mulai terangkat untuk berbicara.     

#Flashback On     

Hanan dan Anin kini sedang berada di halaman belakang. Mereka tengah menikmati waktu santai mereka saat ini.     

"Tadi malam papa aku dan papa kamu gak datang ya mas di acara pernikahan Vio dan Daniel?" ucap Anin.     

"Sepertinya tidak sih nin.. mungkin mereka lelah karena acara kita.. kenapa memangnya nin?" ucap Hanan.     

"Kok aku tiba-tiba kepikiran soal papa ya mas??" ucap Anin.     

"Apa kita ke rumah papa aja sekarang?" ucap Hanan.     

Anin berpikir sejenak.     

"Hmm sebentar ya mas biar aku coba hubungi papa dulu.." ucap Anin.     

Hanan pun mengangguk.     

"Iya sayang.." ucap Hanan.     

Anin lalu mencari kontak Wiran untuk dihubungi.     

Ia pun mulai menghubungi nomor Wiran. Lama menunggu, panggilan darinya tak kunjung dijawab oleh Wiran.     

"Bagaimana sayang?" ucap Hanan.     

Anin menggeleng dan terlihat cemas.     

"Papa gak angkat teleponnya mas.. aku benar-benar takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada papa.." ucap Anin.     

"Kita ke ruang kerja aku sekarang ya.. nomor papa aktif kan tadi pas kamu hubungi?" ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya mas aktif.." ucap Anin.     

"Ya udah kita ke ruang kerja aku sekarang, lalu kita lacak posisi papa kamu sekarang ada di mana." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya mas ayo.." ucap Anin.     

Mereka lalu bangkit dari duduk mereka dan memasuki rumah menuju ruang kerja Hanan.     

Di dalam ruang kerja Hanan...     

Hanan pun menyalakan laptopnya dan duduk di kursi kerja.     

"Sayang, sini handphone kamu.. kamu duduk aja di sana ya.. biar aku yang mencari tahu.. pokoknya kamu gak boleh cemas." ucap Hanan menunjuk sofa.     

"Gak mas.. gak apa-apa.. aku di sini aja.. aku juga ingin tahu di mana keberadaan papa." ucap Anin.     

"Nanti akan aku beritahu.. jadi sekarang, kamu duduk dulu di sana ya.. tenangkan diri kamu.. aku gak mau jika kamu sampai kenapa-kenapa." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Ya udah mas.." ucap Anin pasrah lalu duduk di sofa.     

Hanan pun lalu mulai melacak keberadaan Wiran melalui nomor ponselnya.     

Dan setelah beberapa saat, Hanan pun akhirnya dapat menemukan titik keberadaan di mana Wiran berada.     

Setelah benar-benar menemukan titik keberadaan Wiran, Hanan langsung menutup laptopnya.     

"Gimana mas?? Papa di mana?" ucap Anin.     

"Kita ke sana sekarang.." Ucap Hanan seraya menggenggam tangan Anin.     

Anin pun mengangguk lalu mereka pun beranjak dari sana menuju tempat tujuan.     

#Flashback Off..     

"Dan setelah itu, kita berdua pergi ke sana, ke hotel.. lalu di sana kita mendapati papanya Anin yang sudah tidak sadarkan diri.. gue suruh pegawai untuk menghubungi ambulance dan membawa bokapnya Anin ke rumah sakit.. bokapnya Anin kritis dan gue berusaha untuk menenangkan Anin tapi Anin justru salah paham sama gue dan Anin akhirnya marah-marah sama gue dan seperti sekarang ini.." ucap Hanan menjelaskan.     

Mereka pun yang mendengarkan hal tersebut merasa kasihan pada Hanan.     

"Ya Allah nan.. gini amat sih hidup lo.. jadi, Anin di mana sekarang?" ucap Andre.     

"Di depan ruang ICU.." ucap Hanan.     

"Dia sendirian di sana?" ucap Arga.     

Hanan menggeleng.     

"Enggak.. ada anak buah gue yang mengawasi dari tempat tersembunyi.. karena tadi ada sedikit hal yang membuat gue kesal." ucap Hanan.     

"Kenapa?" ucap Arga.     

"Yang menangani papanya Anin tuh seorang dokter muda.. dan gue melihat dia kayak curi-curi pandang gitu sama Anin.. gue gak tahu sih benar atau enggaknya.. tapi ntah kenapa gue merasa bahwa dia sepertinya menyukai Anin." ucap Hanan.     

"Fix! Ini masalah baru! Kita gak bisa membiarkan semua ini terjadi! Siapa nama dokter itu?" ucap Arga.     

Hanan mengendikkan bahunya.     

"Gue gak tahu dan gak mau tahu.." ucap Hanan.     

"Oke oke.. back to the topic.. apa penyebab bokapnya Anin sampai gak sadarkan diri ketika lo berdua temui di kamar hotel?" ucap Evan.     

"Kita gak tahu apa penyebabnya apa.." ucap Hanan.     

"Ndre, lex.. ada tugas baru untuk lo berdua.." Ucap Arga.     

"Menyelidiki penyebab om Wiran menjadi seperti itu?" ucap Andre.     

Arga pun mengangguk.     

"Sekarang ya.. lo berdua ke sana sekarang..." ucap Arga.     

"Ke mana ?? Hotel apa namanya?" ucap Andre.     

"Nanti gue shareloc.." ucap Hanan.     

"Ya udah kita jalan sekarang ya.." ucap Alex.     

Andre pun mengangguk lalu pergi dari sana dengan Alex.     

"Ya udah nan kita temui Anin aja sekarang.." ucap Arga.     

Hanan pun mengangguk lalu mereka pun pergi untuk menghampiri Anin di depan ruang ICU.     

......     

Anin duduk di depan ruang ICU seraya menunggu perkembangan dari kondisi Wiran.     

Ia menundukkan wajahnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Hiks.. papa... kenapa semua ini harus terjadi sama papa sih??" lirih Anin.     

Di tengah-tengah kesedihannya Anin, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri dirinya dan duduk di sampingnya.     

"Kita semua pasti akan mengalami bahagia dan sedih di dalam hidup kita.. bukan karena Tuhan gak sayang sama kita.. tapi karena Tuhan ingin menguji kita dan mengangkat derajat kita."     

Mendengar perkataan tersebut, Anin lalu mendongakkan kepalanya dan menoleh pada sumber suara.     

"Anda siapa?" ucap Anin.     

Orang tersebut lalu mengulurkan tangannya dan melempar senyum pada Anin. Anin lalu melirik pada uluran tangan tersebut dan mengernyitkan keningnya bingung.     

"Kita kenalan terlebih dahulu.." ucapnya.     

Anin masih menatap uluran tangan tersebut tanpa berniat untuk menjabat tangan lelaki tersebut.     

Lelaki tersebut lalu tersenyum.     

"Tadi kamu bertanya siapa saya kan?? Kita berkenalan terlebih dahulu jika kamu memang ingin mengetahui siapa saya.." ucapnya.     

.......     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.