Dear Pak Polisi..

Masalah Proyek Rumah Sakit



Masalah Proyek Rumah Sakit

0Hanan melihat pada riwayat panggilan terakhir di handphone Wiran. Dan dirinya mendapati sebuah kontak yang terakhir kali menghubungi Wiran.     

"Pengawas Proyek Rumah Sakit??" ucap Hanan.     

"Gimana mas?? Pengawas proyek Rumah Sakit?? Maksudnya dia yang terakhir kali menghubungi papa saya ya mas?" ucap Anin.     

Hanan pun mengangguk.     

"Ada apa dengan proyek rumah sakit yang sedang dibangun oleh papa kamu ya?? Apa jangan-jangan karena menerima telepon dari dia papa kamu shock lalu menjadi seperti sekarang ini?" ucap Hanan.     

"Hmm ya udah mas.. coba aja dihubungi lagi.. kita tanya tentang kebenarannya.." ucap Anin.     

Hanan pun mengangguk.     

"Iya iya biar saya hubungi ya.." ucap Hanan.     

Hanan pun lalu mencoba untuk menghubungi nomor pengawas tersebut melalui ponsel Wiran.     

"Halo.. Dengan pengawas proyek rumah sakit Wiran?" ucap Hanan pada orang di seberang telepon.     

"Iya benar.. maaf, anda siapa ya?" ucap pengawas tersebut.     

"Saya anaknya.. jadi pak, saya ingin bertanya, sebelumnya anda menghubungi nomor papa saya kan?" ucap Hanan.     

"Iya benar... ada apa ya?" ucap pengawas tersebut.     

"Jadi begini pak.. saat ini papa saya sedang mengalami kritis di ruang ICU.. kemungkinan besar, hal itu disebabkan karena dia shock setelah menerima panggilan terakhir dari anda.. boleh saya tahu, apa yang anda sampaikan pada papa saya sehingga papa saya menjadi seperti sekarang ini?" ucap Hanan.     

"Apa? Pak Wiran kritis? Innalillahi... maaf pak.. saya tidak bermaksud membuat pak Wiran menjadi seperti itu.. saya hanya ingin menyampaikan bahwasannya material pembangunan proyek rumah sakit ini semuanya hilang dan bangunan rumah sakit yang belum selesai mengalami insiden kebakaran sehingga bangunannya menjadi rusak dan kami juga tidak dapat memperbaikinya dikarenakan material yang hilang.." ucap pengawas tersebut.     

"Apa?! Bagaimana bisa semua itu terjadi? Apa tidak ada seorang pun yang berjaga di sana?" ucap Hanan.     

"Ada pak.. kami meminta dua orang dari pekerja di sini untuk menjaga proyek ini.. tapi dua orang penjaga itu kondisinya juga saat ini babak belur karena dihajar oleh para pelaku.." ucap pengawas.     

"Siapa yang melakukan semua ini?" ucap Hanan.     

"Berdasarkan informasi dari dua penjaga proyek, katanya pelakunya adalah preman di sini pak.." ucap pengawas.     

"Sebelumnya proyek gimana? Apa kalian juga pernah diganggu oleh preman tersebut?" ucap Hanan.     

"Tidak pernah pak.. dan pak Wiran juga sudah memberi uang preman terhadap mereka agar mereka tidak mengganggu proyek ini.. tetapi entah kenapa mereka melakukan ini pak." ucap pengawas.     

"Kalian sudah melaporkannya pada pihak berwajib?" Ucap Hanan.     

"Maaf pak.. kami belum melaporkannya karena belum ada arahan dari pak Wiran." ucap pengawas.     

"Laporkan semua kejadian ini pada polisi di sana sekarang dan minta mereka untuk segera mengusut kasus ini.. nanti saya akan ke sana untuk mengurus proyek ini.." ucap Hanan.     

"Baik pak terima kasih.." ucap pengawas tersebut.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Mas, gimana?" ucap Anin.     

"Pantas saja papa kamu shock.. ternyata proyeknya sedang dalam masalah saat ini." ucap Hanan.     

"Masalah apa mas?" ucap Anin.     

"Proyek rumah sakit yang hampir selesai, ternyata dengan sengaja dibakar oleh preman di sana. Dan material proyek juga semuanya dibawa oleh mereka sehingga mereka tidak bisa memperbaiki kerusakan proyek tersebut." ucap Hanan.     

Anin terkejut tak percaya.     

"Ya Allah... bagaimana bisa sih?? Hiks.. padahal papa sudah menghabiskan milyaran uang untuk membangun rumah sakit itu.. kalau sudah begini, bagaimana jadinya??" ucap Anin bingung.     

Anin mengusap wajahnya frustasi.     

Hanan mengusap pundak Anin.     

"Tenanglah sayang.. aku akan mengurus semuanya.. kamu gak perlu khawatir.." ucap Hanan.     

"Tapi itu proyek besar mas..." ucap Anin.     

Hanan mengangguk.     

"Iya aku tahu.. kamu percaya kan sama aku?" ucap Hanan.     

"Iya mas aku percaya sama kamu... tapi mas.." ucap Anin.     

"Udah kamu tenang aja.. aku akan mengurus semuanya.. kamu gak perlu cemas seperti itu.. kita akan memperbaiki pembangunan proyek tersebut.. dan semoga bisa segera selesai." ucap Hanan.     

"Tapi biayanya besar mas.." ucap Anin.     

"Gak masalah Anin.. selagi aku masih mampu.. kenapa enggak?? Keluarga itu yang utama.. kalau uang, uang itu masih bisa dicari.. udah ya.." ucap Hanan.     

"Makasih mas.. makasih ... kamu selalu bisa membuat aku tenang.." ucap Anin memeluk Hanan.     

Hanan lalu mengecup puncak kepala Anin.     

"Iya sayang.. apa pun akan aku lakukan demi melihat kamu bahagia.." ucap Hanan.     

.     

.     

Sementara di lain sisi, dokter Edward mengurungkan niatnya untuk keluar dari ruang ICU ketika tak sengaja melihat Anin memeluk Hanan dari balik kaca ruang ICU.     

"Siapa laki-laki itu?? Kenapa Anin memeluknya?? Dan di sana.... di sana juga ada banyak orang-orang yang sepertinya seumuran dengannya.. apa mereka teman-teman Anin??" gumam dokter Edward.     

"Dokter Edward..." ucap suster.     

"Ya?" ucap Edward sedikit terkejut namun berhasil disembunyikan.     

"Kenapa anda masih di sini?" ucap suster.     

"Pintu kedua masih bisa diakses?" ucap Edward.     

Suster pun mengangguk.     

"Iya dok masih.. kenapa?" ucap suster.     

Edward tanpa sepatah kata pun lalu pergi dari sana.     

"Ihh jutek banget sih.." gerutu suster tersebut.     

.     

.     

Andre dan Alex pun akhirnya tiba di rumah sakit.     

"Assalamualaikum.." ucap Alex dan Andre ketika mereka telah berada di antara Hanan dan yang lainnya.     

"Waalaikumsalam.." ucap mereka.     

"Nan, gimana? Lo udah melakukannya?" ucap Andre.     

Hanan pun mengangguk.     

"Iya ndre udah.. dan gue juga sudah mendapatkan petunjuknya..." ucap Hanan.     

"Alhamdulillah.. syukurlah.. jadi gimana?" ucap Andre.     

"Mungkin hari ini atau besok gue akan terbang ke Medan untuk langsung meninjau proyek rumah sakit itu.. karena masalahnya ada di sana." ucap Hanan.     

"Mau mempersiapkan penerbangan nan?" ucap Alex.     

Hanan pun mengangguk.     

"Iya Lex.." ucap Hanan.     

"Pakai penerbangan pribadi atau gimana??" ucap Alex.     

"Pribadi aja sih.." Ucap Hanan.     

"Time nya kapan?" ucap Alex.     

"Belum tahu lex.. ntar aja.." ucap Hanan.     

Alex pun mengangguk.     

"Sayang... kalau aku ke sana, kamu mau ikut atau tidak?" ucap Hanan.     

"Lama gak mas?" ucap Anin.     

"Gak terlalu lama kok.. kita hanya meninjau proyeknya dan membeli material yang baru saja untuk kebutuhan pembangunan proyek." ucap Hanan.     

"Aku mau ikut dan melihat langsung seperti apa proyek itu.. tapi bagaimana dengan papa, mas?" ucap Anin.     

"Aku bisa memerintahkan anak buah aku untuk menjaga papa kamu.. seperti papa aku dulu.. Lagi pula kita hanya beberapa jam saja ke sana.. Aku hanya ingin melihat seberapa besar kerusakannya.." ucap Hanan.     

Anin berpikir sejenak.     

"Ya udah mas boleh.. aku ikut.." ucap Anin.     

"Syukurlah.. kita berangkat besok pagi aja ya.. jadi sore atau malam kita sudah ada di sini lagi." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya mas." ucap Anin.     

"Vio, Daniel.. kalian mau ikut?" ucap Hanan.     

Vio dan Daniel lalu saling memandang.     

.......     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.