Dear Pak Polisi..

Mas??



Mas??

0Inggrid mendengarkan dengan baik apa yang diucapkan oleh Anin.     

"Wiran itu adalah papa aku, tan.. memangnya kenapa ya tan?? Apa tante mengenal papa??" ucap Anin.     

Deg!!     

"Papa??" ucap Inggrid.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya tan.. kenapa ya tan??" ucap Anin.     

Inggrid terdiam sejenak.     

'Jadi, Anin adalah anaknya Wiran.. apakah dia adalah anak yang kulahirkan beberapa tahun yang lalu?? Atau justru dia adalah anak mas Wiran dengan istri barunya?? Karena pada saat itu mas Wiran mengatakan bahwa anak kami telah meninggal dunia.. Kenapa semuanya begitu rumit Ya Allah..' ucap Inggrid.     

"Permisi bu.. atas nama ibu Inggrid?" ucap pelayan seraya membawa sebuah paper bagi berisi makanan.     

"Ah iya saya.." ucap Inggrid yang tersadar dari lamunannya.     

"Ini pesanannya bu.. dan ini bill nya.." ucap pelayan.     

Inggrid pun menerimanya dan ia pun lalu membayar bill nya.     

"Terima kasih bu.." ucap pelayan.     

Inggrid pun mengangguk.     

"Sama-sama.." ucap Inggrid. Pelayan tersebut pun lalu pergi dari sana.     

"Hmm tante.. sebelumnya maaf, ada hubungan apa ya antara tante dengan papa? Apa tante mengenal papa?" ucap Anin.     

Inggrid tersenyum getir.     

"Papa kamu adalah teman saya.. hmm Anin, saya tidak bisa berlama-lama lagi di sini.. boleh saya meminta nomor handphone kamu??" ucap Inggrid.     

Anin lalu menatap Hanan untuk meminta jawaban. Hanan pun lalu mengangguk.     

Anin lalu mengangguk pada Inggrid.     

"Iya tante.. boleh.." ucap Anin.     

"Ini ponsel saya... silahkan kamu simpan nomor kamu di sini.." ucap Inggris memberikan ponselnya. Anin pun lalu menerima ponsel Inggrid. Ia lalu mengetikkan nomornya di sana dan menyimpannya.     

"Ini tante.. saya sudah menyimpan nomor saya di sini." ucap Anin.     

Inggrid pun mengangguk.     

"Ya udah.. saya permisi ya.. terima kasih Anin.." ucap Inggrid seraya bangkit dari duduknya.     

Anin pun mengangguk. Inggrid lalu pergi dari sana.     

"Kamu merasa ada yang aneh gak sih sayang dengan tante Inggrid?" ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya sayang.. entah kenapa aku merasa dia sangat terkejut ketika dia mengetahui bahwa aku adalah anaknya papa.." ucap Anin.     

"Sepertinya ada sesuatu antara dia dengan papa kamu.. mungkin nanti kamu bisa tanyakan hal ini pada papa kamu setelah papa kamu sembuh.." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya mas." ucap Anin.     

"Ya udah kita balik ke meja kita yuk.." ucap Hanan.     

"Iya mas ayo.." ucap Anin.     

Mereka pun lalu bangkit dari duduk mereka dan beranjak menuju meja mereka.     

Hanan dan Anin lalu kembali duduk pada kursi mereka.     

"Tadi itu siapa nin, nan?" ucap Arga.     

"Itu tante Inggrid.. waktu itu aku gak sengaja ketemu sama dia di mall karena aku nabrak dia.. jadi ya gitu.. bukan siapa-siapa sih.. cuma aku baru tahu juga kalau dia adalah temannya papa.." ucap Anin.     

"Dia teman papa lo nin?? Teman apa??" ucap Vio.     

Anin mengernyitkan keningnya bingung.     

"Teman apa?" ucap Anin.     

"Iya teman apa.. teman di masa lalukah? Teman hidupkah?? Teman baikkah? Teman kerja juga bisa.. kan banyak.." ucap Vio.     

"Gak tahu.." ucap Anin.     

"By the way nin.. muka lo sama dia tuh ada kemiripan lho.." ucap Ilona.     

"Masa sih??" ucap Anin.     

Mereka pun mengangguk.     

"Tapi Ilona benar nin.. wajah kamu dan dia tuh mirip.." ucap Evan.     

"Kok aku gak nyadar ya Van?" ucap Anin.     

"Makanya tadi Vio tanya ke kamu ada hubungan teman seperti apa antara papa kamu dengannya.. soalnya dari tadi kita bahas, wajah kamu dan dia itu mirip.. sedangkan dengan tante Asni, kalian gak punya kemiripan sama sekali.." ucap Evan.     

"Dari tadi gue juga berpikir yang sama.. tapi gue kira opini gue salah sih.. dan ternyata kalian semua juga punya pemikiran yang sama kayak gue." ucap Hanan.     

"Nah kan... coba tanyain yang benar sama dia.. ada hubungan apa dia sama papa kamu.. atau kalau kalian punya hubungan kekeluargaan, it's okay lah bisa ada kemiripan.. tapi ini kan cuma teman.. dan kita juga gak tahu teman apa yang di maksud.." ucap Arga.     

"Permisi... ini pesanan pada meja nomor sembilan.." ucap dua orang pelayan yang menghampiri meja mereka lalu menghidangkan pesanan tersebut di atas meja.     

"Nanti kita bahas lagi.. sekarang kita makan dulu.. kita butuh asupan untuk bisa berpikir keras." ucap Andre.     

Mereka pun mengangguk dan mulai menyantap makanan mereka.     

......     

Inggrid baru saja tiba di rumahnya. Ia pun lalu melangkahkan kakinya memasuki kamarnya. Di sana, ia lalu duduk di tepi ranjang dan mengusap wajahnya.     

"Anin.. Dia adalah putri seorang Wiran... tapi siapa ibunya?? Kenapa aku merasa bahwa ada ikatan antara aku dengannya??" gumam Inggrid.     

"Sepertinya aku perlu untuk mempertanyakan hal ini pada mas Wiran.. aku masih tidak percaya jika anakku memang benar telah tiada.. Iya.. aku harus menemui Wiran.." gumam Inggrid.     

......     

Devan keluar dari ruangannya. Ia pun memasuki mobilnya dan meninggalkan kursus.     

"Wilbert dan yang lainnya kini telah berada di dalam penjara.. siapa yang bisa aku ajak untuk bekerja sama dalam menghancurkan hubungan Anin dengan Hanan ya??" gumam Wilbert seraya mengemudikan mobilnya.     

Wilbert berpikir sejenak untuk mencari ide.     

"Kalau Arga gimana ya?? Tapi yang gue tahu dari informasi sih katanya si Arga sudah merelakan Anin sama Hanan... ck! Siapa lagi sih yang bisa gue ajak join??" gumam Devan.     

Citttttt!!!     

Devan terpaksa menghentikan mobilnya secara mendadak ketika sebuah mobil dari arah lain hampir saja membuat dirinya celaka karena menyebrang tanpa melihat bahwa ada mobil dirinya yang melintas.     

Emosi dengan hal itu ditambah dengan pikirannya yang tengah kacau, Devan lalu turun dari mobilnya dan mengetuk kaca mobil si pemilik mobil tersebut.     

Tok Tok Tok...     

"Hey!! Keluar lo!" ucap Daniel.     

Si pemilik mobil pun lalu menurunkan kaca mobilnya.     

"Sorry sorry.. gue gak sengaja... gue buru-buru soalnya.." ucapnya.     

Devan mengernyitkan keningnya.     

"Lo itu bukannya...."     

........     

"Habis makan kok laper ya??" ucap Alex.     

"Dasar buto lo.. rakus benar.. orang semua makan satu porsi.. nah lo? Dua porsi juga masih laper.. amit-amit deh lo.." ucap Andre.     

"Gue bercanda Vangkeh.. ya kali gue gak kenyang setelah selesai makan.." ucap Alex.     

"Bacot lo.. bilang aja porsi makan lo tuh emang kayak buto.." ucap Andre.     

"Bodoh amat deh.. terserah lo.." ucap Alex.     

"Mbak.. minta bill nya ya.." ucap Hanan memanggil pelayan.     

Pelayan pun lalu menghampiri meja mereka dan memberikan bill pada Hanan.     

"Ini bill nya mas.." ucap pelayan.     

Mendengar si pelayan memanggil Hanan dengan sebutan 'Mas' , Anin mendadak kesal.     

Ia langsung memeluk lengan Hanan.     

"Aku gak suka ya ada orang lain yang panggil kamu dengan sebutan yang sama seperti aku manggil kamu.." Ucap Anin sinis.     

......     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.