Dewi Cantik Terlahir Kembali

Nona, Tadi Berdiri Tegak Kenapa Malah Jatuh?



Nona, Tadi Berdiri Tegak Kenapa Malah Jatuh?

0Zi Yi memandang Lu Jingye. Sedangkan Lu Jingye balas menatapnya dengan mata yang dalam.     

Zi Yi berpikir sejenak, lalu mengangguk, "Baiklah, malam ini cukup sampai di sini."     

Xiao Hong dan Xiao Huang bertanya serempak, "Lalu anggur pesananmu?"     

Zi Yi sangat murah hati, "Aku memberikannya pada kalian."     

Xiao Hong dan Xiao Huang hampir tidak bisa menahan tawa.     

Tetapi ketika Xiao Hong memandang Lu Jingye, ia masih sedikit enggan, pria yang luar biasa seperti itu… ia benar-benar ingin menyentuh otot dadanya.     

Setelah Zi Yi selesai berbicara, ia memanggil pelayan dan membawa kartu itu kepadanya untuk menyelesaikan tagihan.     

Setelah membayar tagihan, mereka berempat berdiri bersamaan.     

Zi Yi hendak berbicara ketika melihat langkah kaki Xiao Hong melangkah ke arah yang salah, dan kemudian mencondongkan tubuh ke depan sampai membuatnya hampir jatuh ke arah Lu Jingye.     

Zi Yi memandang gerak-gerik perempuan itu dan Lu Jingye dengan sedikit kegembiraan.     

Begitu Lu Jingye merasakan niat Xiao Hong, ia berbalik dan berjalan keluar dari sofa.     

Brak!     

"Eh…"     

Melihat Xiao Hong yang jatuh ke sofa dan hampir mematahkan pinggangnya, Zi Yi bertanya dengan ramah, "Nona, mengapa kamu jatuh, padahal tadi berdiri dengan tegak?"     

"Aku…" Wajah Xiao Hong memerah di bawah tatapan sepasang mata yang tidak terhitung jumlahnya, ia mengendalikan keinginan untuk menopang pinggangnya yang sakit. Ia justru memegang dahinya dan menjawab dengan lembut, "Aku hanya sedikit mabuk, aku tidak tahan jadi tidak bisa berdiri dengan benar."     

Zi Yi merinding mendengar suaranya, jadi ia berjalan keluar dari bar bersama Lu Jingye tanpa bertanya lagi.     

Berjalan keluar dari hotel dan masuk ke mobil, Zi Yi memandang Lu Jingye yang duduk di sebelahnya, kemudian bertanya sambil tersenyum, "Mengapa kamu tidak begitu mengerti bersikap lembut pada wanita?"     

Lu Jingye bahkan tidak memandangnya, tapi malah berkata kepada sopir, "Jalan."     

Ketika Zi Yi mengira pria ini tidak akan menjawab, Lu Jingye tiba-tiba berkata, "Memberi seseorang kesempatan kepada orang yang tidak kamu sukai adalah pria brengsek. Maaf saja, aku menganggap diriku seorang pria terhormat."     

Zi Yi hanya diam…     

Cih!     

"Kupikir kamu bukan seorang pria terhormat, kamu adalah…"     

Lu Jingye tiba-tiba berbalik untuk menatapnya.     

Tatapan matanya begitu dalam.     

Zi Yi tersenyum ke arah Lu Jingye, lalu berkata tanpa takut mati, "Dasar Bhiksu petapa."     

Lu Jingye tidak melakukan apa pun padanya, tetapi mengalihkan pandangannya, menatap lurus ke depan, dan tidak pernah berbicara dengannya lagi.     

Mobil melaju dari bar ke daerah tempat mereka tinggal melalui jalan yang tenang dan juga melewati sebuah taman.     

Setelah jam sepuluh malam di tempat-tempat ini, tidak ada mobil atau orang-orang yang lalu-lalang.     

Mobil itu melaju dengan tenang di jalan. Pada saat ini, pengawal yang duduk di sebelah sopir menggerakkan kontaktor di telinganya dan berkata kepada Lu Jingye, "Tuan Muda Kedua, ada penyergapan di taman depan."     

Zi Yi juga merasakan bahaya pada saat yang sama.     

"Atur seseorang untuk menghadapi mereka terlebih dahulu," ucap Lu Jingye memberi perintah kepada pengawal di depan.     

"Baik."     

Setelah itu mobil mereka berhenti.     

Hanya saja mobil baru berhenti sebentar ketika Zi Yi tiba-tiba bertanya kepada Lu Jingye, "Bagaimana faktor keamanan mobilmu?"     

Lu Jingye hanya menatap Zi Yi.     

Zi Yi menambahkan, "Jika kita tidak dapat menahan kekuatan peluncur roket, saya sarankan agar kita meninggalkan mobil dan segera melarikan diri untuk menyelamatkan hidup masing-masing."     

Ekspresi Lu Jingye membeku, sontak ia dengan cepat berkata kepada sopir dan pengawalnya, "Tinggalkan mobil, kita melarikan diri dulu!"     

Kemudian ia mendorong pintu mobil hingga terbuka, meraih tangan Zi Yi dan berlari ke samping dengan cepat.     

Setelah mereka lari sekitar lima meter, terdengar ledakan 'duarrr!' dari belakang mereka.     

Gelombang cahaya ledakan mobil dan gelombang panas yang intens menyebar ke sekeliling dalam sekejap, Zi Yi hanya merasakan pinggangnya mengencang, karena ia digendong oleh Lu Jingye dan berlari ke depan lebih cepat.     

Kecepatan Lu Jingye sangat cepat hingga membuat Zi Yi bertanya-tanya, apakah pria ini telah mempelajari Qinggong kuno yang legendaris itu?     

Lu Jingye tidak menurunkan Zi Yi sampai mereka berdua mencapai tempat yang sangat tersembunyi.     

Kemudian Lu Jingye mengeluarkan kontaktor dari sakunya dan meletakkannya di telinganya. Ia dengan tenang memerintahkan, "Cari sekarang juga."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.