Dewi Cantik Terlahir Kembali

Lu Jingye, Kita Lihat Saja Nanti



Lu Jingye, Kita Lihat Saja Nanti

0Setelah hari berubah gelap, Zi Yi kembali ke kamarnya.     

Perusahaan besar yang bertanggung jawab dua hari lalu akan berada dalam tahap ledakan besar dan penutupan jaringan malam ini, jadi ia akan memanfaatkan malam ini untuk mendapatkan perusahaan energi baru yang disukainya.     

Walau kerajaan bisnis terlihat masih sangat tenang, tetapi jauh dalam kegelapan, seolah ada angin topan yang akan datang menerjang.     

Bos besar perusahaan itu mungkin tidak menyangka akan ada begitu banyak perusahaan yang mengambil keuntungan dari situasi kali ini. Pada lebih dari pukul satu pagi, akhirnya diluncurkanlah investasi yang kejam dan murah hati dalam jumlah besar.     

Perusahaan lain tentu segera menindaklanjuti. Beberapa orang besar langsung memulai peperangan di pasar saham.     

Sama seperti perang sengit yang semakin intensif, sebuah kekuatan tidak kasat mata pun mulai menyusup.     

"Ini waktu yang tepat." Begitu Zi Yi menemukan kekuatan tidak kasat mata ini, ia segera mengambil alih perusahaan energi baru tersebut.     

Pada saat yang sama, beberapa perusahaan lain akhirnya menemukan kekuatan tidak kasat mata itu dan ingin melakukan sesuatu. Seorang manajer senior Grup Biofarmasi UP di Negara D tiba-tiba berseru, "Direktur, gawat! Perusahaan biofarmasi atas nama kita telah diakuisisi, terlebih lagi dengan harga terendah!"     

"Apa?" Pria dengan rambut coklat bermata biru di depan meja tersebut dengan cepat memancarkan cahaya haus darah di matanya setelah mendengar ini, "Siapa dia? Segera periksa!"     

Hanya dia satu-satunya yang mengambil bagian dari penjarahan. Apalagi selama ini, tidak ada yang berani mengambil barang-barangnya dari genggamannya.     

Selama tahu identitas orang asing ini, ia harus membuat orang itu membayar harga yang menyakitkan.     

Ketika bawahannya mengetahui identitas atas dalang semua ini, wajah mereka berubah. "Direktur, dari Grup Keluarga Lu."     

Suasana tiba-tiba menjadi sangat sunyi.     

Suasana yang begitu sengit melayang di udara.     

Prak!     

Cangkir kopi dan seisinya jatuh ke lantai, sedangkan cangkir kopi pecah berkeping-keping.     

Bahu sekelompok bawahan yang duduk di bawah kendali Rick merosot, mereka bahkan tidak berani mengeluarkan suara.     

"Lu! Jing! Ye!" Rick merapalkan nama itu sambil menggertakkan gigi dengan wajah garang. "Beraninya kamu merebut yang sudah sepantasnya menjadi milikku, aku akan melihat seberapa kuat dirimu!" ujar Rick.      

Dengan itu, ia mengambil ponselnya dan berjalan keluar pintu.     

*****     

Di tempat lain, ada laporan yang masuk, "Direktur, Grup Biofarmasi UP sudah kita akuisisi."     

Laporan dari bawahannya ini datang dari earphone. Lu Jingye yang mendengarnya masih menatap layar komputer dengan tenang, memperhatikan jumlah kurva yang tampaknya tiada batasnya.     

Akhirnya, ia mengarahkan pandangannya ke salah satu titik sambil berkata, "Mundur."     

Begitu Lu Jingye menutup komputer, ponselnya berdering.     

Ya, sebuah nomor asing.     

Lu Jingye memilih tombol jawab dan memanggil nama orang tersebut secara langsung, "Rick."     

Suara Rick terdengar suram dan terdengar begitu membunuh, "Kamu ternyata mampu menebak identitasku!"     

"Tidak sulit untuk menebakmu," ucap Lu Jingye dengan tenang.     

"Hiss, kamu masih terlihat seperti orang yang tahu segalanya."     

"Terima kasih atas pujianmu."     

"Oh! Apa menurutmu semudah itu mengambil sesuatu yang menjadi milikku?"     

"Bagaimana aku bisa tahu jika aku tidak mencobanya?"     

"Kalau begitu sebaiknya kamu siap-siap menyesalinya!"     

"Karena aku sudah melakukannya, aku tidak akan menyesalinya."     

"Bagus, Lu Jingye. Kita lihat saja nanti."     

Menyadari bahwa panggilan telah ditutup, Lu Jingye dengan tenang berdiri dan berjalan ke jendela.     

Ia pun membuka tirai yang membuat cahaya bulan masuk ke ruangannya.     

Lu Jingye tanpa sadar melihat ke jendela di lantai dua dan menemukan cahaya yang datang dari jendela itu.     

Ia mengerutkan kening pada cahaya tersebut.     

'Apakah gadis kecil itu belum tidur?'     

Lu Jingye mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi nomor Zi Yi.     

Dari telepon terdengar suara gadis kecil yang jelas dan menyenangkan, "Lu Jingye, tengah malam begini kamu tidak tidur, tapi malah menghubungiku? Apa kamu sudah menyadari telah menyukaiku, hingga membuatmu tidak bisa tidur?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.