Lagi-lagi Membuat Sensasi

Berkelahi Lalu Masuk Kantor Polisi



Berkelahi Lalu Masuk Kantor Polisi

0Qiao Nian tidak peduli dengan preman yang berkerumun di depannya. Dia menunjuk pada sayuran yang dihancurkan di tempat itu dan bertanya, "Kamu yang melakukan ini?"     

Si preman itu tertegun sejenak. Dia lalu terkekeh dan bertanya balik, "Memangnya kenapa kalau kami yang melakukannya?"     

"Tidak. Hanya saja, kalian harus ganti rugi!" ujar Qiao Nian terus terang.     

Si preman itu tampak tergoda olehnya. Sepasang matanya memandang Qiao Nian dari atas sampai ke bawah dengan mesum. Dengan semena-mena, dia berkata, "Oke. Kamu beri tahu kakak dulu, kamu sekolah di mana? Kelas berapa? Lain hari, kakak akan ke ke sekolahmu untuk bayar ganti rugi."     

Ujung mata Qiao Nian tampak berapi-api. Dia tersenyum dan menjawab, "Aku tidak punya waktu luang di lain hari, bagaimana kalau hari ini?"     

"Hahaha, hari ini? Ya, boleh juga… Di depan ada hotel. Bagaimana kalau kamu temani kakak tidur. Kakak akan memberimu uang. Mau berapa pun juga boleh. Mau nyawa kakak juga akan kuberikan padamu!"     

"Niannian!" Wajah Bibi Chen menjadi pucat. Dia menarik lengannya karena takut Qiao Nian akan dilaporkan ke sekolah. Dia terus menggelengkan kepala.     

"Tidak apa-apa. Aku tidak butuh uang ganti rugi. Jangan khawatir, Bibi baik-baik saja," ucap Bibi Chen. Dia tidak mau melibatkan Qiao Nian ke dalam nasib buruk putranya. Atau, dia tidak akan merasa tenang sepanjang hidupnya.     

Qiao Nian menarik Bibi Chen ke tempat yang aman lalu berkata padanya, "Bibi Chen, tinggallah di sini dulu. Aku akan membantumu mendapatkan uangnya kembali."     

"Aku tidak menginginkannya lagi. Niannian, jangan pergi…"     

Para preman melihat mereka berdua sedang tarik-menarik di sana. Salah satunya lalu berjalan menghampiri dengan tidak senang. Dia mengulurkan tangannya hendak meraih bahu Qiao Nian. Qiao Nian menyipitkan mata dan hendak menghindarinya. Tiba-tiba, sebuah tangan besar melambung dan meraih tangan si preman lalu memelintirnya ke belakang. Si preman itu pun berteriak kesakitan.     

"Apa kamu baik-baik saja?" Ye Wangchuan mendekat. Sorot matanya tampak dingin dan tajam.     

Qiao Nian hampir lupa bahwa Ye Wangchuan masih di sini. Dia pun mengangguk.     

Saat ini, wajah si preman yang kesakitan tiba-tiba menjadi marah. Dia memegang bangku lalu hendak memukulkannya pada mereka sembari berteriak, "Dasar jalang! Tidak tahu malu! Cari mati, ya!"     

Ye Wangchuan menarik Qiao Nian ke belakangnya, suaranya yang rendah dan dalam terdengar berkata, "Anak perempuan seharusnya tidak berkelahi. Menyingkirlah."     

Si preman yang kebetulan bergegas menghampiri dengan bangku itu sudah hampir berada di depan mata mereka. Si pria jangkung dan tampan mengangkat kakinya. Menggunakan satu kaki, dia menendang dengan mulus dan tajam. Preman yang memegang bangku itu terbang. Bangku plastiknya pun hancur berkeping-keping. Perkelahian ini seperti sedang mengalahkan lawan dalam sebuah permainan RPG.     

(RPG adalah singkatan dari role-playing game, yang merupakan salah satu jenis game terkenal).     

Alis Qiao Nian terangkat saat melihat Ye Wangchuan mengalahkan lawan. Cih, melihat tampangnya yang lembut, tidak disangka dia masih bisa berkelahi! Batinnya.     

Banyak sekali orang yang makan di kios ini. Banyak mobil di jalanan yang juga berhenti untuk menyaksikan keseruan pertengkaran itu.     

Selang beberapa saat, di persimpangan sudah ramai. Ada orang yang menghubungi polisi ketika para preman membuat masalah. Ketika polisi datang dengan tergesa-gesa, semuanya sudah berakhir. Seorang pria berusia awal 20 tahunan dengan aura yang kuat membawa seorang gadis kecil ke samping, yang sepertinya terlibat dalam keributan.     

Para polisi juga tidak tahu bagaimana situasinya sekarang. Mereka hanya dapat membawa kedua belah pihak yang berkelahi ke kantor polisi sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Putra Bibi Chen terluka parah karena dipukul beberapa orang, jadi dia pergi ke rumah sakit dulu untuk sementara waktu.     

Sebelum masuk ke mobil polisi, Qiao Nian memberikan semua uang yang diambil dari preman itu kepada Bibi Chen. Dia menepuk-nepuk pundaknya untuk menghibur Bibi Chen dan berujar, "Aku akan pergi ke rumah sakit untuk menemui Paman Chen dalam beberapa hari. Aku juga akan membawakan kalian sup rebusan daging untuk Paman Chen. Sup ini bermanfaat untuk penyakitnya."     

Wanita paruh baya itu mengangguk-angguk. Matanya tampak berkaca-kaca. Dia memegang tangan Qiao Nian erat-erat. Dia merasa malu dan bersalah. Dia berkata, "Niannian, maafkan aku…"     

Qiao Nian merasa tertekan. Dia menepuk tangan Bibi Chen sembari berujar, "Tidak apa-apa. Bibi Chen, jangan terlalu banyak berpikir."     

Perawat yang ada di ambulans mendesak Bibi Chen untuk bergegas masuk. Bibi Chen mengangkat matanya lagi lalu berkata dengan tulus pada pria tampan memesona yang ada di hadapannya, "Tuan, terima kasih untuk hari ini."     

Jika bukan karena Qiao Nian bersama temannya, Bibi Chen tidak tahu akan jadi seperti apa Chen Yuan yang dipukul oleh sekelompok preman itu. Namun, dia membuat Qiao Nian masuk kantor polisi. Bagaimanapun juga, dalam hatinya juga merasa tidak enak.     

Setelah ambulans menutup pintu, Bibi Chen mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan ponsel lalu melakukan panggilan telepon pada nomor yang sudah lama tidak dia hubungi.      

"Halo, Presdir Qiao...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.