Lagi-lagi Membuat Sensasi

Menghadapi Preman Lokal yang Membuat Masalah



Menghadapi Preman Lokal yang Membuat Masalah

0Ye Wangchuan bersandar ke belakang dan berkata dengan santai, "Sebelumnya kamu sering datang ke sini untuk makan malatang? Aku lihat sepertinya kamu sangat mengenal bosnya."      

(Malatang merupakan hidangan yang berasal dari daerah Sichuan, Tiongkok. Hidangan ini berupa sup pedas.)     

Qiao Nian makan mie dengan sepenuh hati dalam suasana hati yang baik. Sambil makan, dia menjawab tanpa mendongak, "Aku tidak sering datang ke sini. Kalau ada waktu, aku akan datang untuk makan. Dulu, Bibi Chen bekerja sebagai asisten rumah tangga di kediaman Keluarga Qiao. Setelah tidak melakukannya lagi dan keluar, dia membangun kios kecil ini."     

"Dia memilih sayur dan daging yang paling segar di pasar setiap pagi. Sayur dan daging itu dibersihkan dan dirapikan sehingga lebih higienis daripada kios yang ada di sekitarnya."     

Mendengar Qiao Nian berbicara tentang orang tua angkat untuk pertama kalinya, sorot mata Ye Wangchuan mendalam. Baru saja dia akan berbicara, tiba-tiba gadis yang duduk di hadapannya itu mengerutkan alis dan meletakkan sumpit. Dengan rahang menegang, Qiao Nian berkata, "Kamu makan dulu. Aku akan ke sana!"     

Saat berbicara, Qian Nian sudah bangkit dan berjalan ke arah gerobak roda tiga. Ye Wangchuan berbalik dan melihat beberapa pemuda kasar yang mengenakan celana panjang robek sedang berkerumun di depan gerobak roda tiga tersebut. Mereka membuat kekacauan, mengambil sayuran yang sudah tersusun rapi di rak sayuran dengan seenaknya.     

"Bukannya lusa kemarin aku baru memberimu 200 Yuan? Kamu sudah menghabiskan semuanya lagi?" Dari kejauhan, Qiao Nian mendengar suara Bibi Chen yang tertekan dan tak berdaya.     

Di antara sekelompok pemuda kasar itu, ada seorang remaja yang jelas-jelas sedang dalam masa perubahan suara. Dia menimpali tidak sabar dengan suaranya yang puber itu, "Uang itu sudah habis digunakan, Bu. Beri aku uang lagi."     

"Tidak!" ucap Bibi Chen sambil menepuk tangan pemuda yang akan mengambil dompetnya itu. Dia lalu berujar sambil menjaga dompetnya, "Uang ini untuk membayar biaya rawat inap ayahmu. Kamu tidak boleh menggunakannya!"     

Pemuda bersuara puber itu menarik tangannya. Dia menggertakkan gigi dan terlintas keragu-raguan dalam sorot matanya. Rekan yang ada di sebelahnya segera membuat keributan dan berkata, "Oh, Chen Yuan, berapa usiamu? Kenapa ibumu belum menyapih? Kamu masih meminta uang pada ibumu dan kalau ibumu tidak memberikannya, kamu tidak akan berani mengambilnya."     

('Menyapih' berasal dari kata 'Sapih'. Arti menyapih adalah menghentikan anak menyusu).     

"Diam kalian!"     

Sekelompok pemuda pengangguran tidak bermoral itu sejak awal tidak takut pada Chen Yuan. Mereka terus mengejeknya, "Kalau aku, aku tidak akan peduli wanita tua itu akan memberikannya atau tidak, aku akan langsung mengambilnya. Bagaimanapun juga, kamu mengambil uang dari keluargamu sendiri."     

"Bisnis kios kalian ini begini bagus, tapi masih kekurangan uang? Ayahmu telah dirawat di rumah sakit selama lebih dari satu tahun, jadi untuk apa buang-buang uang? Menurutku, biarkan dia mati dan lupakan saja. Dengan begitu, kamu akan menghemat uang dan dia juga terbebas dari penderitaan… Sialan… Apa yang kamu lakukan!"     

Pemuda bersuara puber itu tiba-tiba menyerbu dan meninju dengan kejam wajah pemuda yang sedang berbicara itu. Dia membentak, "Aku menyuruhmu diam! Diam!"     

Ketika beberapa lainnya melihat bahwa pengikut yang selalu menguntit di belakang mereka berani meninju, mereka pun meludah lalu mengelilinginya. Mereka menggosok-gosok kepalan tangan, bersiap-siap untuk berkelahi.     

Wanita paruh baya di depan mereka itu tidak pernah melihat adegan ini. Dia selalu bertingkah baik​​ sepanjang hidupnya. Dengan air mata berlinang, dia bergegas melerai ketika melihat putranya berkelahi dengan pemuda pengangguran itu. Dia tidak peduli dengan kiosnya yang hancur.     

"Jangan berkelahi! Kalian jangan berkelahi lagi."     

"Wanita tua sialan! Pergi dari sini!"     

Sebelum Bibi Chen itu mendekat, salah seorang pemuda pengangguran itu menepis tangannya dengan kejam dan membuat gerakan untuk memukul. Bibi Chen ketakutan setengah mati menyaksikan kepalan tinju yang besar akan mendarat di wajahnya. Namun, sebuah tangan ramping tiba-tiba terulur dan menangkap kepalan tinju pemuda itu. Pada saat yang sama, dia juga memapah Bibi Chen.     

"Bukannya sampah harus tetap berada di tempat pembuangan sampah? Kenapa ke sini membuat keributan?     

Bibi Chen tertegun, dia menolehkan wajah dan menatap wajah melon yang seputih porselen milik Qiao Nian dengan bingung. Dia terkejut lalu dengan terbata-bata, dia memanggil, "Nian, Niannian?"     

"Sial! Dari mana datangnya gadis itu! Jangan ikut campur! Percaya atau tidak, aku juga akan memukulmu!" Pemuda yang tangannya ditangkap oleh Qiao Nian itu berteriak.     

Bibi Chen kemudian kembali ke akal sehatnya dan mendorong Qiao Nian dengan cemas. Dia buru-buru berkata, "Niannian, jangan pedulikan aku. Cepatlah pergi. Mereka semua preman. Jangan buat masalah dengan mereka."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.